Wafatnya Rasulullah dan Kematian

Prof. DR. H. Umar Shihab (Ketua MUI)

Bapak, ibu, hadirin-hadirat yang berbahagia, saya bersyukur kehadirat Allah karena masih bisa hadir dalam peringatan wafatnya Rasulullah. Manusia yang paling mulia. Manusia yang kalau menyebutkan namanya mendapat pahala. Bahkan siapa yang mengeraskan suaranya dihadapan Rasulullah akan mendapatkan siksa. Alquran telah menyebutkan:

يَأيهَا الذِيْنَ ءامَنُوا لا تَرفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَبِيّ وَلا تَجْهَرُوا لَهُ بِالقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أعْمَالَكُمْ وَأنْتُمْ لا تَشْعُرُوْنَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari. (QS. Alhujurât: 2)

Orientalis mengatakan bahwa ayat ini tidak perlu lagi lagi kita gunakan karena Nabi sudah wafat. Mereka lupa bahwa anak cucu Rasulullah masih ada, sehingga sebagian ulama tafsir mengatakan jangan mengangkat suaramu dihadapan sulalâturrasûl (para pewaris rasul). Kalau sekarang ini kuburan Rasul ada di Madinah, orang yang berada di sekitar kuburan itu dilarang berteriak.

Pada suatu ketika ada orang-orang Badui—ada yang mengatakan istilahnya al-a’rab—bercakap-cakap dan bercanda di hadapan kuburan Rasulullah. Salah satu riwayat mengatakan bahwa Sayidina Ali kw. marah, dan dia mengatakan, “Tidakkah kamu tahu bahwa di sini dikuburkan orang yang paling mulia sepanjang kehidupan manusia?” Sebagian hali tafsir yang lain mengatakan bahwa kalau ada orang sementara duduk untuk membicarakan tentang keadaan Rasulullah, tentang kehidupan Rasul, maka jangan mengangkat suara lebih besar daripada orang yang berselawat kepada Rasulullah.

Ayat ini juga menggambarkan kepada kita bahwa Rasulullah begitu mulia, begitu agung, sehingga Allah menyebutkan akan terhapus amalmu kalau kamu mengangkat suaramu lebih tinggi dari suara Nabi, akan terhapus amalmu kalau engkau ingin menyamakan nabi dengan orang biasa. Dari sinilah para ulama tafsir mengatakan bahwa seseorang yang mencintai Rasul pasti akan mendapat imbalan surga.

Kita semua tentu mencintai rasul. Saya, tadi sore merasa kurang enak badan. Suatu saya ditelepon, saya katakan, “Insyallah saya datang,” karena cinta saya kepada rasul. Dan tadi qâri kita membacakan ayat:

محمد رَسُوْلُ الله والذِيْنَ مَعَهُ أشِدّاءُ عَلَى الكُفَار رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكعًا سُجدًا يَبْتَغُوْنَ فَضْلاً مِنْ الله وَرِضْوَانًا سِيْمَاهُمْ في وُجُوْهِهِمْ مِنْ أثَرِ السُجُوْدِ

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. (QS. Alfath: 29)

Saya selalu berharap bahwa kita ini pasti mati. Tidak ada seorang pun yang tidak mati. Salah satu riwayat mengatakan orang yang takut mati itu tandanya masih ada dosa, sedangkan kita ingin mati dengan mendapatkan syafaat di hari kemudian oleh Rasulullah. Karena itu tadi pada sore hari tadi saya katakan kalau saya mati dalam perjalanan atau dalam melaksanakan dakwah untuk orang mencintai rasul maka pasti saya menjadi umat rasul. Pasti saya akan mati dalam keadaan syahid. Karena saya tahu mati itu suatu hal yang pasti.

Ada salah satu riwayat pernah Sayidina Ali ditanya, “Apa yang pasti di dunia ini?” Kemudian Sayidina Ali bertanya balik, “Menurut engkau apa yang pasti?” Orang itu mengatakan, “Yang pasti adalah terbitnya matahari besok.” Sayidina Ali kemudian menjawab, “Kenapa engkau pastikan terbit matahari besok. Mengapa engkau begitu yakin?” “Karena itu setiap hari terbit.” Sayidina Ali berkata, “Tidak, itu tidak pasti. Tapi yang pasti bahwa semua orang akan mati.”

Kalau kita sudah tahu bahwa kita akan mati maka seharusnya kita mempersiapkan diri untuk mati. Bagaiman caranya mempersiapkan diri? Sesuai dengan ayat tadi, Muhammad rasûlullâh. Muhammad itu utusan Allah. Walladzîna ma’ahu. Dan orang-orang yang beserta Rasul. Kita semua beserta rasul. Saya yakin kita semua yang datang ke sini ingin bersama-sama Rasul. Paling tidak kita ingin syafaat Rasul. Assyidda ‘alâl kuffar. Tegas terhadap orang-orang kafir. Kalau kita lihat kondisi dunia sekarang, negara mana yang tegas terhadap orang-orang kafir. Saya tidak perlu mengajari bapak-bapak dan saudara-saudari sekalian. Tahu sendiri. Berani menghadapi orang-orang kafir walaupun mereka besar, kaya, dan kuat. Ruhamâ`u bainahum. Kasih sayang bersama mereka.

Alhamdulillah kita masih tergolong orang-orang mukmin yang kasih sayang sesama kita. Tadi disebutkan mudah-mudahan yang memelihara kuburan Rasul adalah orang-orang yang mau dan mncintai Rasul. Kita tidak ingin tanah suci itu dikuasai oleh orang-orang yang tidak cinta kepada Rasul dan keluarga Rasul.

Saya membayangkan, coba kita bayangkan, bagaimana kalau kita dikafan, kita dikubur, kita dengan siapa? Kita sendiri tidak ada teman. Tidak ada orang yang bisa membantu kita. Pada saat itu yang membantu kita ialah amal kita sendiri. Dan hari ini kita lakukan peringatan wafat Rasul yang memberikan amal buat kita yang akan membantu kita dikubur nanti.

Bapak, ibu dan saudara terhormat, orang-orang yang beserta Rasul itu rukuk dan sujud, maksudnya salat. Yabtaghû minallâh. Mereka menghendaki keutamaan dari Allah. Karena itulah pada kesempatan ini saya menganjurkan pada diri saya sendiri dan para hadirin terhormat, mari kita pelihara shalat kita mari kita mencitai rausl, mari kita berbuat tegas terhadap orang kafir dan sifat kekafiran dan mari kita saling kasih sayang. Saya heran mengapa masih ada yang mengaku Islam tapi tidak kasih saya terhadap sesamanya, masih ingin merusak, masih ingin menghancurkan padahal tidak ada bedanya di antara mereka.

Dulu pada tahun 1939 di Pulau Jawa terjadi perselisihan yang sangat keras antara kelompok yang mengaku ahlusunah dengan kelompok yang mengaku bukan ahlusunah. Kalau sekarang ini sudah berubah, kelompok Syiah dan kelompok suni. Saya heran mereka mengaku muslim, mengaku Alquran sama, kiblat sama, rasul sama, mengapa masih ada di antara kita yang saling membenci. Padahal ruhamâ`u bainahum, seyogyanya kasih sayang di antara mereka. Karena itu pada kesempatan ini saya menghimbau kepada saudara-saudara muslim, jangan terpikir untuk selalu mencemooh dan mencela orang lain. Mencela orang lain sama dengan mencela diri sendiri, memaki orang lain sama dengan memakai diri sendiri. Dan ini saya jelaskan di hadapan siapa saja, di mana-mana saya ceramah seluruh Indonesia. Alquran mengajarkan ruhamâ`u bainahum, kalau kita ingin menjadi pengikut Muhammad saw.

Saya terharu karena jarang sekali kita mempringati wafatnya rasul; yang sering kita peringati maulid Rasul. Apa bedanya? Maulid saat kelahiran, dan wafat saat kembali rasul ke rahmatullah. Kalau maulid kita bersuka ria karena lahir seorang yang paling mulia, tapi hari wafatnya kita semestinya bersedih. Kita bersedih karena sudah tidak ada orang yang memimpin kita lagi dan karena itu banyak orang minta supaya mimpi Rasul. Saya setiap pergi ke Madinah, berulang kali saya ke Madinah selalu meminta, “Ya Allah saya ingin mimpi Rasul,” tapi tidak pernah mimpi Rasul. Saya mimpi kadang-kadang orang yang berpakaian Arab. Tapi bukan rasul. Apalagi saya pernah membaca siapa yang memimpikan Rasul itu benar-benar Rasul, karena setan tidak bisa menyerupai rasul.

Karena itu saya dan kita bersedih. Kalau ayah kita meninggal kita bersedih. Tapi kalau Rasul meninggal dan memang sudah meninggal kita tidak pantas untuk tidak melakukan suatu kegiatan, memperingati wafatnya Rasul. Sehingga kita sadar bahwa kita pasti akan meninggal. Kalau kita sudah sadar bahwa kita pasti akan meninggal, Insya Allah itu tanda-tanda yang baik buat kita. Kalau kita tidak yakin bahwa kita akan mati, barang kali kita perlu memmbaca riwayat tentang wafatnya Rasul.

Bapak dan ibu tahu bahwa Rasul itu wafat setelah berulang kali malaikat datang untuk menyampikan pesan Allah. “Wahai Muhammad Rasulullah, maukah engkau diperpanjang umurmu?” Apa jawab Rasulullah? “Tidakkah Allah berfirman: Mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya. (QS. Ala’râf : 34). Apa beda saya dengan manusia biasa?”

Karena itu dia tidak minta untuk diperpanjang usianya, tapi diberi tahu oleh Allah bahwa malaikat pencabut nyawa akan datang pada saat-saat ini. Di tempat ini saya ceritakan juga dulu bagaimana sewaktu Rasulullah akan wafat. Bapak dan ibu tahu waktu Rasulullah akan wafat orang yang pertama dia beri tahu adalah putrinya, Fatimah az-Zahra. Karena putri inilah yang paling dekat dengan beliau, yang melahirkan cucunya, Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husain, yang dianggap oleh Rasulullah sebagai anaknya. Dia beritahu, “Wahai Fatimah, sudah hampir sampai ajal saya.” Fathimah menangis dan setelah itu air mata Fathimah jatuh di jenggot Rasulullah. Rasulullah memeluk Fathimah, “Ya Fathimah, jangan engkau menangis karena engkau bersama dengan saya di surga.” Jadi orang yang paling dipastikan masuk surga itu hanya Fatimah az-Zahra.

Kemudian Rasulullah bertanya, “Mana suamimu?” Maksudnya Ali bin Abi Thalib. Sampaikan juga kepada Ali pesannya, “Wahai Ali, engkau yang memandikan saya.” Kenapa Sayidina Ali yang di minta memandikan? Karena beliaulah yang paling paham tentang aturan agama, paling tahu tentang keadaan Rasul, dan karena beliau yang paling tidak pernah dosa mensyarikatkan (mensekutukan—edt.) Allah. Di antara sahabat-sahabat Rasulullah hampir semua mensyarikatkan Allah. Sahabat yang empat, yang disebut Khulafa ar-Rasyidin, Abu Bakar, Umar, Utsman, pernah mensyarikatkan Allah. Sedangkan Sayidina Ali tidak pernah mensyarikatkan Allah.

Di dalam riwayat itu juga disebutkan bahwa Fatimah az-Zahra karena kesedihannya tidak berapa lama kemudian beliau mengikuti jejak ayahnya, Rasulullah. Karena memperingati wafatnya Rasulullah sangat penting. Saya kira umat Islam mestinya sadar bahwa memperingati wafatnya Rasulullah adalah sangat baik untuk mengenang dan membimbing kita ke arah memahami tentang kematian.

Bapak dan ibu yang terhormat, satu lagi yang ingin saya sampaikan, kalau kita menyebut nama Rasulullah jangan kita menyebut nama “Muhammad” saja. Ada orang kadang-kadang mengatakan “Itukan Muhammad”. Jangan! Allah memperingatkan kepada kita:

وَلا تَجْهَرُوا لَهُ بِالقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ

Janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain

Kalau orang panggil nama saya Umar, itu tidak masalah. Tapi orang panggil nama “Muhammad” jangan hanya nama Muhammad. Sertai dengan selawat. Panggil dengan nama, misalnya, kalau dikalangan Syafii disebutkan dengan Sayidina Muhammad shalallâhu ‘alaih was salâm. Tapi dikalangan mazhab yang lain ada yang tidak menyebutkan sayidina. Tidak masalah, tetapi jangan hanya menyebut Muhammad (tanpa selawat).

Ada orang kadang-kadang begitu arogansinya dengan membuat karikatur tentang Nabi Muhammad. Dia membuat gambar lukisan tentang beliau padahal itu semua tidak dibenarkan dalam ajaran agama. Jangan kita panggil seperti nama saudara kita yang lain. Kita baca selawat, perbanyaklah selawat. Satu riwayat ada seorang yang selalu mengambilkan air Rasulullah. Pada suatu ketika sahabat itu diberi tahu oleh Rasulullah, “Saya sudah sangat berat. Kamu selalu mengambilkan air buat saya. Kalau saya mau berwudu engkau siapkan air.” Rasulullah kemudian bertanya, “Saya ingin balas. Apa yang engkau inginkan?” Sahabat itu menjawab, “Saya ingin bersama Rasulullah di surga.” Terhentak Rasulullah. Orang ingin bersama dengan Rasulullah di surga. Rasulullah mengatakan, “Bantu saya untuk bersama-sama kita nanti di surga.” Salah satu riwayat mengatakan, “Perbanyak zikir.” Riwayat lain mengatakan, “Perbanyak selawat.” Jadi kalau kita ingin masuk surga bersama Rasulullah, mari kita perbanyak selawat kepada beliau.

Baiklah bapak, ibu terhormat, karena saya sudah lelah, mengingat umur saya yang sudah 70 tahun, alhamdulillah. Saya mohon maaf kalau tidak bisa memenuhi harapan bapak dan ibu sekalian. Tapi yakinlah bahwa saya selalu bersama dengan bapak dan ibu, dan insya Allah kita akan bersama-sama dengan Rasulullah di surga. Karena kita semua cinta kepada beliau, mengagungkan beliau dan membesarkan beliau. Terima kasih, mohon maaf. Wassalâmu’alaikum wa rahmatullâh wa barakâtuh.

Sumber: Buletin Syiar Edisi Maulid/Rabiul Awal 1430 H. Ceramah disampaikan pada peringatan haul Rasulullah saw. pada tanggal 28 Safar 1430 hijriah di Islamic Cultural Center, Jakarta.

Pentranskrip: Ali Reza Aljufri © 2009

3 respons untuk ‘Wafatnya Rasulullah dan Kematian

Komentar Anda?

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.