Berselawatlah kepada Keluarga Nabi

Innâllâha wa malâikatahu yushallûna ‘alân-nabî… Potongan ayat perintah selawat tersebut selalu dibaca khatib saat sedang khotbah Jumat. Beberapa ulama menyatakan bahwa selawat adalah salah satu rukun khotbah Jumat. Tapi ketika khatib membacakan ayat perintah selawat, kebanyakan jemaah masjid yang saya datangi hanya terdiam tak bersuara. Beberapa di antara mereka tidur, diam, dan mungkin ada juga yang menjawab di dalam hati.

Lain cerita waktu dulu masih di kampus. Ketika masih presentasi di depan kelas dan sampai pada penyebutan nama Rasulullah, saya melanjutkannya dengan shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa sallam. Teman saya nyeletuk, “Li, kepanjangan tuh…” Saya hanya membalasnya dengan senyum; sambil memikirkan salahkah selawat yang saya sampaikan atau tidak biasakah mendengar atau menyampaikan selawat kepada keluarga nabi?

Tapi ketika seorang teman malah mengucapkan shallû ‘alaih wa shahbih, saya tidak senyum. Bagaimana bisa mereka yang diwajibkan justru dilupakan dan digantikan dengan yang… tidak wajib?

. قوله تعالى ( إن الله وملائكته يصلون على النبي يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما ) الأحزاب 56. صح عن كعب بن عجرة قال لما نزلت هذه الآية قلنا يا رسول لله قد علمنا كيف نسلم عليك فكيف نصلي عليك فقال قولوا اللهم صل على محمد وعلى آل محمد

Ibnu Hajar al-Haitami dalam Shawâ’iq-nya menukil sebuah riwayat sahih dari Kaab bin Ujrah yang berkata ketika ayat (selawat) ini turun, kami bertanya, “Wahai Rasulullah, kami sudah mengetahui bagaimana kami harus mengucapkan salam kepadamu. Lalu bagaimana kami berselawat kepadamu?” Maka (beliau) bersabda, “Ucapkanlah allâhumma shalli ‘alâ Muhammad wa ‘alâ âli Muhammad.”

Ibnu Hajar menekankan hal ini sebagai dalil perintah berselawat kepada ahlulbait, sebagaimana tujuan selawat kepada nabi adalah juga kepada mereka. Ketika anggota ahlulbait (Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain) berada di dalam kain (kisâ), Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa sallam berdoa:

اللهم إنهم مني وأنا منهم فاجعل صلاتك ورحمتك ومغفرتك ورضوانك علي وعليهم

Ya Allah, sesungguhnya mereka berasal dariku dan aku dari mereka. Maka jadikan selawat-Mu, rahmat-Mu, ampunan-Mu, rida-Mu, bagiku dan juga bagi mereka.

Karena itulah, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa sallam meminta orang beriman untuk mengikutsertakan mereka saat berselawat kepadanya:

لا تصلوا علي الصلاة البتراء فقالوا وما الصلاة البتراء قال تقولون اللهم صل على محمد وتمسكون بل قولوا اللهم صل على محمد وعلى آل محمد

“Janganlah kalian berselawat kepadaku dengan selawat batrâ (putus).” (Kami) berkata, “Apa selawat batrâ?” (Beliau) bersabda, “Kalian mengucapkan allâhumma shalli ‘alâ Muhammad kemudian berhenti. Tetapi ucapkanlah allâhumma shalli ‘alâ Muhammad wa ‘alâ âli Muhammad.”

Ini yang menurut saya minimal diucapkan sebagai sebuah selawat yang sempurna, meskipun ada versi lain dari sebuah riwayat muttafaqun ‘alaih:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Ya Allah, sampaikan selawat untuk Muhammad, istri dan keturunannya, sebagaimana Engkau sampaikan selawat untuk Ibrahim. Berkatilah Muhammad, istri dan keturunannya, sebagaimana Engkau memberkati Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.

Mengapa saya yakin bahwa selawat yang minimal dan sempurna itu adalah kepada Muhammad wa âli Muhammad, karena memang selawat kepada merekalah yang (oleh beberapa ulama dianggap) wajib dibaca dalam salat. Imam Muhammad bin Idris asy-Syafii dalam Musnad-nya menukilkan sebuah riwayat:

أخبرنا إبراهيم بن محمد أخبرنا صفوان بن سليم عن أبي سلمة بن عبد الرحمن عن أبي هريرة رضي الله عنه أنه قال يا رسول الله كيف نصلي عليك يعني في الصلاة فقال تقولون اللهم صل على محمد وآل محمد كما صليت على إبراهيم وبارك على محمد وآل محمد كما باركت على إبراهيم تسلمون علي

Ibrahim bin Muhammad mengabarkan kepada kami, dari Shafwan bin Sulaim dari Abu Salmah bin Abdurrahman dari Abu Hurairah ra., dia berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana kami berselawat kepadamu (dalam salat)?” (Beliau) bersabda, “Kalian ucapkanlah allâhumma shalli ‘alâ Muhammad wa ‘âli Muhammad kamâ shallaita ‘alâ Ibrâhîm, wa bârik ‘alâ Muhammad wa ‘âli Muhammad kamâ bârakta ‘alâ Ibrâhîm, kemudian sampaikan salam kepadaku.

Berikut ini sebuah video yang menarik di mana seorang syekh mencoba mengajari kita bagaimana cara selawat yang benar. Dia mengatakan bahwa kita dianjurkan untuk berselawat kepada nabi dan keluarga nabi (alulbait) yang disucikan. Namun di setiap penyebutan “Rasulullah”, syekh tersebut hanya mengucapkan shallallahu ‘alaihi wa sallam atau ‘alaihi shalatu wa salam dan melupakan keluarga nabi. Jadi, sudahkah kita berselawat kepada nabi dengan benar?

Catatan: Sebenarnya yang butuh selawat itu yang kita sendiri, bukan nabi, sebagaimana yang butuh salat itu kita, bukan Allah. Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa sallam bersabda, “Siapa yang berselawat kepadaku, Allah dan para malaikat akan berselawat kepadanya. Siapa yang ingin sedikit dan siapa yang ingin memperbanyak perbuatan ini, silakan.” Selawat Allah dan para malaikat maksudnya adalah diturunkannya rahmat, berkah, kasih sayang, kemuliaan, dan kenikmatan dari Allah kepada hamba-Nya. Wallahualam.

Last modified: February 13, 2011

3 respons untuk ‘Berselawatlah kepada Keluarga Nabi

  1. ada juga yang ditambah : wa alihi wa sohbihi wa dzuriyatihi wa ummatihi wa sallam

    kepanjangan ga li? hehehehehe

Komentar Anda?

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.