Apa hubungan antara ulama, jenderal, dan wanita? Syahid Murtadha Muthahhari, dalam karyanya berjudul Mas’alah Al-Hijâb, memberikan analogi dan alasan mengapa seorang wanita tidak menjaga hijab yang menjadi kodratnya.
Pertama kita ambil contoh seorang ulama yang berusaha menjadikan dirinya panutan bagi orang banyak, karena selama ini ia tidak mendapatkannya. Kemudian ia memperbesar ukuran surbannya, lalu lebih memanjangkan jenggotnya, menggenggamkan sebuah tongkat di tangannya, dan mengenakan jubah kehormatan dan kebesarannya. Mengubah penampilannya ini mempunyai arti tersendiri, seolah-olah lisan yang berkata, “Hormatilah aku! Luaskanlah jalan dihadapanku! Berdirilah kalian dengan sopan kepadaku! Ciumlah tanganku!”
Demikian juga seorang jendral dengan bintangnya, pangkat, dan jabatannya. Ketika ia mengangkat kepalanya tinggi-tinggi, menghentakkan kakinya ke lantai, mengayunkan kedua tangannya ke udara, dan mengeraskan suaranya dengan tegas saat berbicara, maka semua perbuatannya itu merupakan tutur kata tanpa lidah.
Sesungguhnya ia hendak mengatakan, “Takutlah kalian kepadaku! Tunduklah kalian! Hormati aku! Kalian harus penuhi hati kalian dengan perasaan takut kepadaku!” Seorang wanita juga bisa mengenakan pakaian tertentu atau berjalan dengan gaya tertentu dengan maksud ingin berkata tanpa ucapan yang tak terdengar, “Ikutilah aku! Kejarlah daku! Marilah bersamaku! Tunduklah di hadapanku! Nyatakanlah gelora cintamu padaku!”
Itukah keinginan seorang wanita? Itukah kebebasan yang diinginkan wanita? Dengan cara itukah seorang wanita ingin mendapatkan kemuliaan?
pertamaaaaaax.. hehehe.. jika manusia hidup hanya melihat bungkusnya saja.. begitulah jadinya..
Salam Sayang
setuju banget gan..
hehehe.. SIAP BOOOOOOS.. wakakakak..
Salam Sayang
wahhh dunia semakin menggila!!!
mending sekalian dipenuhin orang2 sinting sperti saiah he he he he