Oleh: Prof. James Petras (Contributor for Global Research)
Pendahuluan
Hampir tidak pernah ada pemilu yang Gedung Putih pantau, di mana calon yang kalah dari kandidat pro-Amerika Serikat dilaporkan sebagai tidak sah oleh seluruh elit politik dan media massa. Beberapa waktu yang lalu, Gedung Putih dan pendukungnya berteriak tentang kecurangan menyusul pemilu Venezuela dan Gaza yang bebas (dan dipantau), tapi dengan gembira menyatakan “pemilu sukses” di Lebanon meskipun faktanya koalisi Hizbullah mendapatkan 53% suara.
Belum lama ini, 12 Juni 2009, pemilu di Iran kembali menjadi kasus klasik: Presiden Mahmud Ahmadinejad yang masih memegang jabatan menerima 63.3% suara (atau 24.5 juta pemilih), sementara kandidat oposisi liberal yang didukung Barat, Hossein Mousavi menerima 34.2% (atau 13.2 juta suara).
Pemilu presiden di Iran menggambarkan rekor di mana lebih dari 80% orang memilih, termasuk jumlah pemilih dari luar negeri yang tidak disangka 234.000, di mana Ahmadinejad memenangi 111.792 sedangkan Mousavi 78.300. kelompok oposisi yang dipimpin Mousavi tidak menerima kekalahan dan mengatur sejumlah pendukung untuk berdemo yang berubah menjadi kekerasan, dan berakhir dengan pembakaran dan penghancuran otomobil, bank, gedung umum dam konfrontasi dengan polisi bersenjata. Hampir seluruh pembuat opini di Barat, termasuk seluruh media cetak dan elektronik utama—liberal, radikal, libertarian, dan konservatif—menggemakan klaim oposisi bahwa terjadi kecurangan pemilu.
Neo-konservatif, libertarian konservatif, dan Trotskyites bergabung dengan Zionis dalam mendukung kaum oposisi sebagai pengawal kemajuan demokrasi revolusi. Kelompok Demokrat dan Republik mengutuk rezim berkuasa, menolak untuk menerima hasil pemilu dan memuji usaha demonstran untuk menjatuhkan hasil pemilu. The New York Times, CNN, Washington Post, Kantor Luar Negeri Israel dan seluruh pemimpin Organisasi Yahudi-Amerika menyerukan sanksi keras bagi Iran dan mengatakan usulan dialog Obama dengan Iran sebagai “kematian dalam air”.
Kecurangan Pemilu adalah Cerita Bohong
Pemimpin Barat menolak hasil pemilu karena mereka “tahu” bahwa kandidat reformis mereka tidak akan kalah… Berbulan-bulan mereka menerbitkan wawancara harian, editorial dan laporan “detail” dari lapangan tentang kegagalan pemerintahan Ahmadinejad; mereka mengutip dukungan dari ulama, pejabat pemerintah, pedagang di bazaar dan di atas semuanya wanita dan pemuda yang fasih bahasa Inggris, untuk membuktikan bahwa Mousavi akan memimpin dengan kemenangan besar.

Kemenangan Mousavi digambarkan sebagai kemenangan bagi “suara moderat”, paling tidak begitu versi cliché Gedung Putih. Akademisi liberal terkemuka menyimpulkan bahwa penghitungan suara adalah curang karena kandidat oposisi, Mousavi, kalah dalam kantong suara etnisnya sendiri, Azari. Akademisi lain mengklaim bahwa “suara muda”—berdasarkan wawancara mereka dengan mahasiswa kelas atas dan menengah di daerah Utara Tehran yang banyak dengan kandidat “reformis”.
Yang lebih mengherankan tentang penolakan bersama Barat atas hasil pemilu sebagai kecurangan adalah tidak satupun bukti sobekan baik ditulis atau bentuk observasi yang dihadirkan baik sebelum maupun setelah penghitungan suara. Selama masa kampanye, tidak kredibel (bahkan meragukan) tentang penyuapan pemilih meningkat. Selama media Barat percaya akan propaganda mereka sendiri tentang kemenangan kandidat mereka, proses pemilu digambarkan sebagai kompetisi tingkat tinggi, dengan debat publik yang memanas, aktivitas publik yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tanpa halangan bagi publik untuk keluar-masuk (memeriksa). Kepercayaan akan pemilu terbuka dan bebas sangat kuat bagi pemimpin Barat dan media yakin bahwa kandidat favorit mereka akan menang.
Media Barat mempercayakan pada reporternya yang meliput masa demonstran oposisi, tapi mengabaikan dan tidak meliput kehadiran besar pendukung Ahmadinejad. Yang masih buruk, media Barat menolak komposisi kelas dari demonstrasi—faktanya bahwa kandidat terpilih (Ahmadinejad) mendapat dukungan dengan jumlah lebih besar dari kelas pekerja miskin, petani, pekerja tangan dan pekerja sektor publik sementara bagian demonstran oposisi didukung pelajar kelas atas dan bawah, kelas profesional dan bisnis.
Selain itu, kebanyakan opini pemimpin Barat dan reporter yang berada di Tehran meramalkan perkiraan mereka dari pengamatan mereka di ibu kota—tidak ke provinsi, kota menengah dan kecil atau desa di mana disitulah basis pendukung Ahmadinejad. Lebih lagi pendukung oposisi merupakan aktivis minoritas yang mudah dimobilisasi ke jalanan, ketika pendukung Ahmadinejad kebanyakan adalah pekerja dan ibu rumah tangga yang menunjukkan pandangannya dalam kotak suara dan memiliki waktu sedikit untuk melawan dalam jalur politik.
Silakan lanjutkan membaca sambungannya di Global Research
Thanks to expertoha for the e-mail.
Pertamaaaaaaaaaaaaaaxxxxxxxxxxx
Salam Sayang
Selalu always pertama Akang ini 😀 Tak link ya 😉
waaaaaah.. ma aciiih.. baaaang Eja.. dikau tak link balik yaaaaaa..
Salam Sayang
busyeeett…masanya banyak bgt!!!
Media Barat memang menguasai dunia, kebenaran bisa mereka tutupi dan kebohongan bisa mereka suarakan sebagai sebuah kebenaran.
Dan sampai detik ini saya pun tidak begitu intens mengikuti perkembangan perpolitikan di Iran, karena susah sekali mendapatkan sumber informasi yang tidak berat sebelah 🙂