Ternyata hari lebaran ini (20/09) benar-benar digunakan oleh masyarakat untuk silaturahmi dan tentunya mudik. Hal ini secara sederhana terlihat dari jumlah pengunjung blog yang turun drastis sampai siang ini 😀 Makanya saya sempatkan untuk sedikit cerita dan ini (untuk pertama kalinya) saya tulis langsung di new post (karena biasanya pakai Ms. Word dulu).
Pertama tentang si “Minal Aidin” yang menjadi terkenal hanya saat lebaran. Tanpa memperhatikan tulisan aslinya (bahasa Arab, من العائدين والفائزين) banyak dari kita yang salah ketika menuliskannya ke Latin (mudah-mudahan saya nggak ikut-ikutan salah 😛 ). Ada yang “Minal Aidzin wal Faidzin” ada juga yang “Minal Aidhin wal Faidhin”. Latinnya saja salah apalagi buat mereka yang coba-coba nulis bahasa Arabnya.
Kedua, banyak dari kita yang cukup mengucapkan Minal Aidin wal Faizin – Maaf Lahir dan Batin. Seolah-olah kalimat itu terjemahan dan cukup menjadi “basa-basi” ucapan lebaran (apalagi SMS forward). Setahu saya kalau Min al-‘Â`idîn wa al-Fâ`izîn diterjemahkan akan menjadi “bagian dari orang-orang yang kembali (kepada fitrah) dan orang-orang yang menang”. Tapi apanya yang bagian? Apa maksudnya?
Karena itu menurut saya harus lengkap pengucapannya. Seperti Ja’alanallâh Min al-‘Â`idîn wa al-Fâ`izîn atau As`alullâh an ja’alnâ Min al-‘Â`idîn wa al-Fâ`izîn. Sehingga menjadi sempurna: “Semoga Allah menjadikan kita bagian dari orang-orang yang kembali (kepada fitrah) dan orang-orang yang menang”.
Ketiga, beberapa orang yang mengucapkan lebaran ada yang mengatakan “0-0 ya..” (nol-nol ya) atau “Impas ya…” Saya tidak tahu maksudnya: apakah sekedar bercanda atau bagaimana. Tapi lucu aja. Seolah-olah setelah kita beribadah di bulan Ramadhan memohon agar kesalahan kita diampuni, lalu kita bisa “isi” lagi kesalahan itu kemudian berharap bertemu Ramadhan lagi dan menghapusnya lagi dan lagi dan seterusnya.
Sudah berapa tahun kita lewati madrasah Ramadhan, tapi masih sama-sama saja, siapa yang salah? Kalau kita bertahun-tahun di madrasah (sekolah) tapi tidak lulus-lulus malah semakin bodoh, siapa yang salah? Setuju sekali kalau para ustadz dan kiai kita mengatakan bahwa sesungguhnya ujian kita ada di sebelas bulan selain Ramadhan.
Bulan Ramadhan bukan bulan kita menahan hawa nafsu. Hal itu sangat mudah karena kita bersama-sama dengan jutaan umat Muslim lain melakukan hal yang sama. Tidak ada ujiannya. Tapi setelah kita menempuh madrasah Ramadhan, bisakah kita menahan hawa nafsu di sebelas bulan ke depan? Wallâhua’lam.
Kutipan Doa Imam Ali Zainal Abidin as di malam terakhir Ramadhan:
“…Pastikan bagi kami ampunanMu untuk kekurangan kami memenuhi hakMu di bulan ini. Dengan sisa umur kami sampaikan kami pada bulan Ramadhan yang akan datang. Jika Engkau sudah sampaikan kami padanya bantulah kami untuk melakukan ibadah yang layak untukMu…”
Catatan: Saya mohon maaf sebelum dan sesudahnya kalau ada yang merasa tersinggung. Eid moubarak!
Iy nih,,,
Saya juga suka dapet SMS yg pnulisannya salah..
Dan yg 0-0 ya..” (nol-nol ya) atau “Impas ya…”,wah itu baru lg…
Ada2 aja kLo yg itu mah..
Bergaya islami nomor 1, bener apa salah belakangan 😀
dicatat … 🙂
Taqabbalallahu Minna Wa Minkum Wa Ja’alanallahu Minal ‘Aidin Wal Faizin
salam kenal 😆
Selamat Idul Fitri
1 Syawal 1430 H
Taqobbalallahu minna wa minkum
Taqoballah ya karim
Minal idzin wal faizin
Mohon Maaf Lahir Batin