Saya tahu bahwa salah satu risiko dalam dunia internet dan blogging adalah, ketika material hak cipta Anda diunggah ke internet, maka jangan berharap bisa selamat. Tapi kalau orang berakal dan berpendidikan saja tahu bagaimana kita harus menjaga hak cipta karya orang lain, apalagi agama ini? Agama yang digadang-gadang menjadi penyempurna seluruh ajaran.
Beberapa tahun yang lalu, saya membaca sebuah email yang dialamatkan ke orang tua. Format attachment-nya adalah .doc. Setelah saya baca, saya jadi heran dan merasa pernah membaca tulisan di dalam Microsoft Word itu. Ternyata, tulisan itu memang berasal dari blog saya sendiri. Tapi apa boleh dikata, pengirim email tidak mencantumkan sumber tulisan, meskipun gambar dalam tulisan itu tertulis alamat blog ini.
Akhirnya saya bisa merasakan perasaan orang-orang yang tulisannya dikutip tanpa disertakan sumber. Tapi pengalaman ini masih “lebih baik” dibanding pengalaman Iman Brotoseno yang tulisan di blognya dicuri orang untuk dijadikan buku! But actually, ini bukan pengalaman pertama. Saya pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya.
Misalnya tulisan “Al-Quran Sunni-Syiah Satu; Tiada Perobahan dalam Al-Quran” yang diklaim blog Islam Syiah dan yapibangil.org. Saya merasa yakin tulisan itu adalah bagian dari tulisan saya tahun 2007 dengan judul Al-Quran Syiah, yang ketika dulu saya masih memanfaatkan blog Friendster. Indikasinya ada pada kalimat:
Pernah di kampus ada seminar tentang “Dikotomi Sunni Syiah” dan tema Al-Quran Syiah pun sempat ditanyakan. Pak Miftah (sebagai pembicara dari Syiahnya) menjelaskan…
Juga kalimat:
Ayat rajam ini juga pernah disebut-sebut waktu saya (pertama kali) belajar Ulumul-Quran di kampus 🙂
Saya masih ingat jelas seminar yang dimaksud itu terjadi pada akhir tahun 2006, bertempat di UIN Jakarta, dengan pembicara Pak Miftah Rakhmat. Tapi memang dulu saya melakukan kesalahan karena tidak mengutip sumber rujukan, dan sekarang saya baru menyadari kesalahan dan menulis sumbernya: Ukdzubah Tahrîf Al-Qurân karya Rasul Ja’farian.
Begitu juga dengan tulisan “Syiah dalam Hadis” di sebuah blog myspace yang seharusnya menuliskan sumber, karena saya merasa yakin bahwa itu tulisan saya di blog Friendster pada bulan Februari 2007 dengan judul yang sama. Sayangnya, saya sudah menghapusnya dan hanya menyisakan URL.
Belakangan ini, juga ada blog yang menggunakan nama syiahali, tapi entah mengapa sangat mengganggu saya. Blog tersebut hanya mengumpulkan artikel dari situs lalu di-copy-paste. Permasalahannya adalah tidak adanya pencantuman sumber. Berulang kali saya mencoba untuk menyampaikan masalah tersebut ke pemilik blog.
Saya bahkan mengingatkan pemiliki blog dengan fatwa Sayid Ali Khamenei. Dalam fatwanya terkait hak cipta, Sayid Ali Khamenei mengatakan bahwa berdasarkan prinsip kehati-hatian (ahwath), kita wajib menjaga hak-hak pengarang, penerbit, (atau siapapun yang mengkreasikan karya cipta) dengan meminta izin terlebih dahulu.[1] Jika kita terlanjur telah meng-copy-paste tanpa izin, maka kewajibannya adalah menghapus.
Jadi ini bukan sekedar masalah tidak ikhlas atau tidak tulus. Bagi saya ini etika dan kebetulan menjadi pembahasan fikih para ulama. Perlu saya akui bahwa beberapa artikel dalam blog ini tidak seluruhnya adalah tulisan saya. Beberapa di antaranya adalah berita atau terjemahan yang pastinya akan saya tulis sumbernya. Sedangkan untuk gambar atau foto yang sudah ada di Google, saya tidak menyebutkan kembali sumber tapi cukup lihat/click URL gambar.
Jika Anda menemukan tulisan, foto, atau karya cipta Anda termuat secara tidak sengaja di blog ini, silakan tegur dengan menghubungi saya di halaman Contact Me. Terima kasih.
waduh mohon maaf deh….kyknya sering bgt ngutip tulisan tp g disebutin sumbernya terutama dr blog ini…maklum dah pelupa…(sebetulnya ngeles sih…sebetulnya krn kelalaian sendiri menganggap hal itu sbg hal yg sepele..)
Ah, ngutip tulisan di mana?
y slh stnya blog ejajufry.wordpress.com…emang sih baru 2 x…..:)
🙂
afwan,,, maksudnya DISDAIMER atau DISCLAIMER ya?? hmm…
Itu tulisannya Disclaimer kok Mbak, cuma fontnya aja dari sononya rapet 😀
Actually semua blogger kadang mengalami hal yang sama..
dari yang simple sampai yang parah..
blog ana sendiri sering di copas tanpa menyertakan sumber, padahal tulisannya selalu ada sumber, ini artinya yang rugi 2 kali, nara sumber dan ana sendiri..
weeehh..
tapi amal perasaan aja bro..
even sambil ngelus dodo kalo kedapatan di copas tanpa izin… 🙂