Syahidnya Hasan dan Husain a.s.
Kedua imam ini adalah anggota ahlulbait, keluarga nabi, dan dihormati baik oleh ahlusunah maupun Syiah yang percaya kepemimpinan mereka setelah Imam Ali a.s. Imam Hasan a.s. telah diracun atas perintah Muawiyah pada tahun 50 H dan putranya, Yazid, bertanggung jawab atas pembantaian terhadap Imam Husain a.s. beserta keluarga dan sahabatnya di Karbala pada tahun 61 H. Kisah kedua imam tersebut yang menjadi syuhada tidaklah terbantahkan oleh mereka yang mempelajari sejarah.
Abdullah Yusuf Ali menjadikan syahidnya mereka berdua sebagai contoh terhadap dua ayat Alquran yang berbeda. Kedua edisi revisi menghapus catatan tersebut!
Surah Âli ‘Imrân, Ayat 140
Jika kamu mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia; dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.
Catatan Kaki Komentar 457
Versi Asli
Amana
IFTA
Edisi Amana tidak menjelaskan bahwa telah terjadi revisi dengan mencantumkan simbol “(R)” diujung kalimat.
Kalimat yang dihapus: (4) Kesyahidan itu sendiri adalah sebuah kehormatan dan keistimewaan: betapa mulianya kemasyhuran Hamzah Sang Syahid, dan di kemudian hari, Hasan dan Husain.
Surah An-Nisâ, Ayat 69
Barang siapa yang menaati Allah dan rasul, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: nabi-nabi, para shiddîqîn, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.
Catatan Kaki Komentar 586
Versi Asli
Amana
IFTA
Kalimat yang dihapus: Penyaksian mungkin (dilakukan) melalui kesyahidan, seperti dalam kasus Imam Hasan dan Husain.
Surah Ash-Shaffât, Ayat 107
“Dan Kami tebus anak itu dengan pengorbanan agung.”
Catatan Kaki Komentar 4103
Versi Asli
Amana
IFTA
Kalimat yang dihapus: Inilah jenis pengabdian yang dilakukan oleh Imam Husain, beberapa tahun kemudian pada 60 H, sebagaimana yang saya jelaskan ditulisan terpisah. Namun perlu dicatat bahwa penyebab, misalkan penggantian pengorbanan, tidak dibuat oleh manusia tapi oleh Allah. Allah menginginkan kehendak dan pengabdian kita, tidak selalu dalam arti hidup secara fisik. Ia akan menemukan cara, jika kita menawarkan diri kita sendiri, bukan untuk menghancurkan kita, tapi untuk kemajuan kita. Dalam pengertian ini, Isa as. berkata, “…siapa yang kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” (Matius 10: 39)
Sebagaimana muslim baik lainnya dari berbagai mazhab, Abdullah Yusuf Ali jelas sangat tersentuh oleh sejarah dan pentingnya kesyahidan Imam Husain a.s. [di Karbala]. Abdullah Yusuf pernah menuliskan dengan jelas mengenai peristiwa ini dalam tulisannya berjudul “Imam Husayn and His Martyrdom” (Imam Husain dan Kesyahidannya). Meskipun edisi revisi Alquran telah menghapus sumber tersebut, namun tulisan Abdullah Yusuf tetap ada diberbagai perpustakaan dan internet.
Tulisan tersebut harus dibaca oleh semua orang yang ingin tahu apa yang Abdullah Yusuf Ali harapkan bagi pembaca terjemahan dan komentar Alquran, yakni mengetahui tentang Imam Husain. Tapi penerbit edisi revisi tidak ingin mereka tahu! Tapi edisi revisi Amana juga kembali menghapus dan kalimat terakhir “In this sense…” juga telah dihapus oleh edisi IFTA. Silakan para pembaca untuk membaca sejarah lengkap dan benar tentang Karbala dari para penulis ahlulbait.
Assalamu alaikum wr. wb
Saya punya Al-Qur’an Terjemahan Bahasa inggris oleh Abdullah Yusuf Ali terbitan “Islamic Book Trust-Kuala lumpur”
disampul disebutkan ‘Complate Translation WITH SELECTED NOTES” makanya catatannya tidak lengkap
ketika saya membaca artikel ini saya cek catatan di Al-Qur’an terjemahan milik saya, ternyata semua note/catatan yang disebut diartikel diatas bukannya dirubah tapi semuanya malah tidak ada, alias tidak dimasukkan.
Saya heran dengan orang kenapa mereka tidak jujur dan tidak amanat seperti ini?
Dlm Al Quran yang menyebut ‘ahlulbait’, rasanya ada 3 (tiga) ayat dan 3 surat.
1. QS. 11:73: Para Malaikat itu berkata: “Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan kebrkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait. Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah”.
Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya, maka makna ‘ahlulbait’ adalah isteri dari Nabi Ibrahim.
2. QS. 28:12: Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusukan(nya) sebelum itu; maka berkatalah Saudara Musa: ‘Maukahkamu aku tunjukkan kepadamu ‘ahlulbait’ yang akan memeliharanya untukmu, dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?
Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya, maka makna ‘ahlulbait’ adalah Ibu Nabi Musa As. atau ya Saudara Nabi Musa As.
3. QS. 33:33: “…Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu ‘ahlulbait’ dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”.
Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya QS. 33: 28, 30 dan 32, maka makna ahlulbait adalah para isteri Nabi Muhammad SAW. Sedangkan sesudah ayar 33 yakni QS. 33:34, 37 dan 40 penggambaran ahlulbaitnya mencakup keluarga besar Nabi Muhammad SAW. isteri plus anak-anak beliau.
Coba baca catatan kaki dari kitab: Al Quran dan Terjemahannya, maka ahlulbaik yaitu KELUARGA RUMAHTANGGA RASULULLAH SAW. Berarti, anak Nabi SAW terakhir yang berkedudukan sebagai halulbait ya Bunda Fatimah, lalu apakah bunda Fatimah ini mempunyai hak bernasab sebagaimana dimaksud dlm QS. 33:4-5 dimana nasab keturunan itu diambul dari nasab bapaknya?
Berarti, anak-anak dari Bunda Fatimah tetap saja bernasab pada Saidina Ali bin Abi Thalib bukan pada Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian, perebutan mahkota ‘ahlul bait’ antara kedua golongan yakni Syiah dengan Habaib, tak perlu diteruskan karena mahkota ahlul bait itu sudah terhenti sampai pada Bunda Fatimah saja, tidak berlanjut ke anak cucunya.
Terima kasih. Butuh artikel baru untuk penjelasan tuntas makna ahlulbait. Dalam surah Hud menggunakan kata عليكم أهل البيت karena Sarah merupakan ibu Nabi Ishak. Dalam surah Al-Qashshash, bermakna keluarga Nabi Musa, terkhusus ibunya, karena dia ibu Nabi Musa. Sedangkan dalam surah 33: 33 menggunakan kata ganti كم sehingga tidak bisa bermakna hanya istri nabi. Kajian menarik makna ahlulbait, lihat video ini.
Sedangkan setiap ayat turun dibutuhkan tafsiran, dan Quran tidak bisa ditafsirkan sekedarnya tanpa penjelasan hadis nabi mengenai siapa ahlulbait Nabi saw. Saya tidak ingin berpanjang lebar, silakan lihat video ini.
Kemudian masalah keturunan, berbeda topik. Saya pikir saya sudah menjelaskan cukup dalam artikel mengenai kafaah. Seperti mengenai Nabi Isa yg merupakan keturunan Nabi Ibrahim melalui jalur ibu, surah Ali Imran ayat 61 yg menyebut Hasan dan Husain sebagai anak-anak nabi, hadis-hadis nabi yg menyebut keturunan nabi melalui Sayidina Ali, kisah dan sabda Ali bin Husain di Karbala, dan sebagainya.
Tak pelak, Quran menyebutkan sebagai golongan yg dengki terhadap golongan lain lantaran kelebihan yg diberikan kepada mereka… Wallahualam.
untuk artikel diatas, ini komentar yang tepat.
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.
[Al Hujurat : 6].