Siapa Teman Kita (Sebenarnya)?

Imam Ali a.s. berkata, “Persahabatan dan kebaikan kepada orang-orang adalah separuh kecerdasan.”

Orang yang cerdas punya banyak perbedaan dengan orang yang bodoh. Tapi perbedaan ini tidak bisa dilihat dan tidak selalu tampak di setiap tempat dan waktu. Namun, ada saat tertentu ketika kecerdasan seseorang dan kebodohannya menjadi jelas, dan diketahuilah siapa yang benar-benar bodoh dan cerdas.

Salah satu peristiwa itu adalah metode berperilaku atau memimpin orang-orang. Orang yang bodoh tidak memahami nilai persahabatan dan kebaikan, dan karena hal ini, ia tidak bersahabat dengan orang-orang dan tidak mengizinkan cinta orang lain masuk ke dalam hatinya.

Tapi orang yang cerdas tahu kebaikan kecerdasannya dan nilai sebuah persahabatan dan cinta. Ia memilih banyak teman baik untuk dirinya dan selalu baik serta mencintai mereka. Salah satu cara agar kita dapat menentukan apakah seseorang itu cerdas atau bodoh adalah dengan melihat apakah ia ramah dan mencintainya orang-orang atau justru tidak ramah dan tidak bersahabat.

Karena kepedulian dan bersikap ramah dengan orang-orang adalah tanda kecerdasan dan kepintaran. Imam telah mengatakan bahwa persahabatan dan cinta kepada orang-orang adalah tanda bahwa orang tersebut telah memiliki separuh dari kecerdasan alaminya.

Namun kita harus berhati-hati kepada siapa kita berteman. Nabi Muhammad dan Imam Ali sangat menekankan masalah memilih teman dengan bijaksana. Misalnya Imam Ali berkata, “Janganlah berteman dengan orang bodoh, karena ia berbuat baik kepada kalian, tapi karena kebodohannya, ia akan membahayakan kalian; janganlah berteman dengan orang kikir, karena ia akan meninggalkan kalian saat kalian sangat membutuhkan; janganlah berteman dengan pembohong, karena ia akan menjauhkan apa yang dekat dan mendekatkan apa yang jauh.”

Mereka yang bersifat jelek dan menjijikkan mempunyai pengaruh negatif terhadap teman dan rekannya. Bahkan mereka dapat merusak persahabatan tanpa bisa diperbaiki. Berdasarkan hal ini, ketika memilih teman, kita harus perhatian penuh dan tidak memilih mereka yang bodoh, kikir, jahat, dan pembohong sebagai teman. Pertama, teman yang bodoh, meski ia baik dan tulus, tidak bisa menentukan manfaat dan bisa merusak setiap kesempatan, karena tidak memiliki intelektual yang cukup. Karena alasan ini, ia ingin berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi temannya, tapi justru melakukan hal yang berbahaya.

Kedua, orang yang kikir atau pelit, karena ia mencintai kekayaan dunia lebih daripada yang lain dan tidak mau kehilangan seberat atom pun, akan meneruskan persahabatannya dengan yang lain sampai mereka tidak membutuhkannya. Namun, segera setelah salah satu sahabatnya membutuhkan bantuannya, meski seluruh hidupnya bergantung pada bantuan temannya, ia tidak akan memberikan kekayaan dunianya dan pergi meninggalkan temannya yang sangat membutuhkan.

Ketiga, orang yang jahat atau pelaku kejahatan, kecurangan, dan korup di dunia ini tidak boleh dijadikan teman. Orang yang korup (melakukan kejahatan) akan melepaskan kesuksesan abadinya untuk hal yang paling berharga. Karena itu jelas bahwa orang seperti ini tidak akan memegang dan menahan nilai apapun dari temannya dan akan menjual mereka untuk hal yang paling kecil.

Terakhir, pembohong juga tidak cocok bagi persahabatan karena ia seperti fatamorgana, yang menampakkan tanah dan trotoar seperti air, dan selalu menipu orang lain. Seorang pembohong selalu menampakkan perbuatan baik sebagai perbuatan buruk dan sebaliknya. Hasilnya, seseorang yang berteman dengan pembohong akan tertipu oleh kata-katanya dan mendapati dua kesalahan besar dalam hidupnya. Pertama, ia akan terjauhkan dari perbuatan baik karena mengiranya sebagai buruk, kedua, ia akan mendekati perbuatan buruk karena mengiranya baik, berdasarkan ucapan teman pembohongnya itu.

Kita diharuskan mencari teman dan menjaga persahabatan. Tapi pada saat yang sama, kita harus berhati-hati terhadap bermacam-macam teman yang kita pilih.

Penerjemah: Ali Reza Aljufri © 2010

Maafkan saya teman 🙂

4 respons untuk ‘Siapa Teman Kita (Sebenarnya)?

  1. Karakter kita sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan teman yang kita pilih.
    Saya sangat setuju jika kita harus memilah-milah mana yang harus jadi teman dan mana yang tidak.
    Seorang teman yang baik adalah yang bisa membuat kita lebih dekat dengan Allah.

  2. “Berhati-hatilan bertrman dengan orang yang fasik, karena dia akan menjualmu dengan sesuap makanan atau yang lebih sedikit dari iu.” Imam Ali Zainal Abidin as

  3. jujur,,,teman2ku banyak yg palsu…
    tapi aku selalu berpikr positif terhadap mereka…
    dan aku slalu berpikiran bahwa mereka adalah orang2 BAIK…
    bagaimanapun kita tidak bisa hidup sendiri didunia ini,,,

    1. Setuju, meski kita merasa tidak nyaman dgn seseorang, secara lahir kita juga tetap memberikan yang terbaik (dan ini bukan sikap munafik). Terima kasih

Komentar Anda?

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.