Beranikah Kita Masuk ke dalam Oven?

Oleh: Mohamed Suleman

Berdiri di luar Restoran Arz Lebanon beberapa hari yang lalu, saya teringat dengan pikiran yang mengganggu di kepala. Mungkin banyak dari kita yang tidak asing dengan model restoran Lebanon, di mana tandoor, atau oven yang terbuka, terlihat jelas oleh pengunjung sehingga bisa melihat fatayer dan piza yang dibakar di dalamnya.

Banyak dari kita juga mungkin tidak asing dengan kisah terkenal dari imam keenam, ketika Sahal bin Hasan Al-Khurasani, pengikut Ahlulbait, bertanya pada imam mengapa beliau tidak bangkit melawan rezim korup pada masa itu padahal ia memiliki banyak Syiah yang ingin melawan di Khurasan.

Dalam merespon Sahal, Imam Shadiq memanaskan sebuah oven di dalam rumahnya dan berkata, “Hai Sahal, masuklah ke dalam oven dan duduk.”

Sahal Al-Khurasani mulai berkeringat dan dengan gugup berkata, “Wahai tuan, putra Rasulullah! Jangan hukum aku dengan api, dan permudahlah bagiku!”

Pada saat yang sama, Harun Al-Makki, pengikut Imam yang lain, memasuki ruangan. Setelah menyampaikan salam kepada Imam Shadiq, Harun juga diperintahkan untuk melepaskan sepatunya dan duduk di dalam oven. Ia langsung melakukannya tanpa keberatan dan menutup pintu oven.

Imam langsung menanyakan tentang kesehatan Sahal, dan berbicara kepadanya seolah-olah tidak terjadi apapun. Setelah berselang, Imam menyuruhnya untuk memeriksa oven. Sahal sangat kaget karena mendapati Harun Al-Makki sedang duduk bersila dipusat bara api, bagaikan bunga segar, membolak-balik tasbih suci Sayidah Fatimah Az-Zahra as.

Setelah melihat ekspresi Sahal, Imam bertanya, “Berapa banyak orang yang Anda tahu seperti dia di Khurasan?” Sahal menjawab, “Demi Allah, tidak satupun.”

Jika Imam Mahdi akan muncul untuk kedua kalinya besok, akankah kita segera mematuhi setiap perintahnya tanpa sedikitpun keraguan? Atau kita dengan mudah mengucapkan di bibir, tapi ketika tiba saatnya menjalankan perintah, kita malu dan pergi?

Ketika saya melihat jilatan api di oven batu restoran Arz Lebanon, melihat keju dan zaatar fatayer perlahan terbakar, saya berpikir tentang apa yang akan saya lakukan jika Imam datang kepada saya dan berkata, “Hai Mohamed, majulah ke oven dan duduk.”

Percaya adalah satu hal, tapi beriman adalah hal lain. Iman dan kepercayaan harus bangkit bersamaan dalam persatuan jika kita ingin melabuhkan pikiran berdiri untuk kebenaran bersama Imam Muntazar.

Mari kita berusaha untuk menjadi seperti Harun Al-Makki, yang imannya tak tergoyahkan dan dilengkapi dengan keyakinan dan kepastian tentang jalan yang lurus.

Penerjemah: Ali Reza Aljufri © 2010

Satu respons untuk “Beranikah Kita Masuk ke dalam Oven?

  1. salam ‘alaykum.. Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa alii Muhammad.. mau bertanya lg mas reza, ada hadits yg mengatakan bahwa tanda2 sblm kedatangan imam Mahd afs adalah munculnya pasukan yg membawa panji hitam di khurasan.. khurasan yg dimaksud apakah di iran atau afghanistan? krn byk org menafsirkan di afghanistan, dan mengatakan pasukan tsb adalah TALIBAN.. mungkin mas reza punya info yg lbh jelas….. dan ada hadits lain yg mengatakan dajjal muncul di isfahan bersama 70rb yahudi pendukungnya…. apakah hadits ini shahih dr sanad dan matannya? krn setau sy isfahan adanya di iran.. terima kasih. wassalam

Komentar Anda?

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.