Mungkinkah kita tidak melakukan gibah tapi masih tetap aktif di Facebook? Sebegitu menggodakah Facebook? Mencari-cari ratusan foto, ribuan wall posts, dan—tidak terkecuali—kuis dan profil pribadi.
“Wah, dia enggak pakai jilbab? Hah, emang itu pacarnya? Sumpah?! Lagu kesukaan lo? Datang latihan dance enggak?”
Facebook punya kecenderungan untuk mengubah banyak cara pandang, mempertajam banyak pendapat, dan memperjelas apa yang orang lain tutupi. Tapi apakah gibah ketika kita menemukan sesuatu yang negatif tentang seseorang dari orang lain, entah dari foto mereka, wall posts atau komentar? Atau itu tanggung jawab setiap pengguna individu masing-masing atas apa yang mereka post, publish, atau upload?
“Tapi saya punya privacy settings, begitu juga teman-teman saya, lalu apa masalahnya?”
Hanya dengan berjalan di lab komputer sekolah atau kantor bisa mengubah opini. Bersamaan dengan terbukanya dokumen Word, kertas kerja Excel dan mesin pencari Google, begitu juga dengan MSN Messenger, Twitter, dan Facebook, situs paling banyak dikunjungi ketiga di dunia, membuka rasa penasaran teman bahkan orang yang sekedar lewat.
Terlepas dari profiles, foto-foto, dan grup, banyak peristiwa yang memamerkan popularitas mereka dengan foto dari setiap kegiatan terbaru. Aplikasi dan semacamnya hanya menambah jumlah hal yang tidak penting dan kadang malah merusak informasi pribadi yang tersedia bagi orang yang melihat. Jadi banyak hal yang harus diwaspadai.
Karena, pengguna (atau pemilik akun) bukanlah satu-satunya yang mengawasi Facebook. Pendukung rahasia pribadi (privacy advocates) di Washington dan Komisi Eropa juga telah menyatakan keprihatinan. Tapi mereka punya alasan yang lain. Mereka ingin melindungi informasi pribadi konsumen dari pemasar dan pengiklan, yang sampai saat ini Facebook mengatakan bahwa itu adalah milik mereka sendiri.
Disamping isu privacy, banyak pengguna merasa Facebook menjadi seperti alat pengintai; mengorek-ngorek percakapan orang, menggelapkan foto sendiri, dan kebiasaan membaca status update yang kadang membuka pemikiran rahasia. Dalam hal ini, Facebook berhasil menciptakan lingkungan rahasia dalam pengaturan umum (public settings). Dengan memberikan pengguna pilihan privasi yang luas tapi juga mengizinkan mereka bersosialisasi dengan yang lain, Facebook telah melewati kekhawatiran security.
“Saya tidak suka Facebook, rasanya seperti terpaksa gibah.”
Kenapa begitu? Kalau seseorang posting gambar atau komentar yang tidak sesuai dengan pendapat Anda kepada mereka, kenapa itu menjadi masalah dan kenapa jadi seperti gibah? Orang seperti itu kemungkinan besar tidak peduli dengan persepsi orang lain; karena jika tidak, mereka pasti tidak akan melakukan hal itu.
Ayat ke-19 dari surah an-Nûr mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat.” Surah Humazah, Hujurât dan an-Nisâ juga mengulangi poin ini.
Berdasarkan definisi Islam tentang gibah, ketika seseorang membuat sesuatu yang dikenal, bukanlah dosa untuk membagi informasi kepada yang lain; tapi yang terbaik adalah dengan hati-hati menyembunyikan kesalahan orang lain seperti yang diharapkan orang tersebut. Menurut karya Ayatullah Dastghaib Syirazi, “Dosa-Dosa Besar” (Gunahâne Kabirâ): “Gibah diperbolehkan hanya dalam kasus seseorang yang mengumumkan dosa-dosanya sendiri secara terbuka. Tapi jika dia menyajikan alasan atas tindakannya ini, gibah (terhadap)nya tidak diperbolehkan.” Mempertimbangkan bahwa mendengar gibah juga dilarang, maka mencari-cari kegiatan orang lain dengan niat buruk bisa jadi sangat terlarang.
Penerjemah: Ali Reza Aljufri © 2010
Harus lebih hati-hati dalam ber-Facebook-ria! Formulanya, harus saling menasihati.
hallo mas salam kenal
dari pertama saya tidak menyukai FB, waktu ada yang add, jadi kepaksa ikutan , rasanya seperti di arena terbuka dan kita bisa melihat segala macam aneka rupa komentar yang tidak seharusnya kita tahu…kalo saya sih capek liatnya dan langsung unscribbed…wallahi saya tidak merasa rugi dan malu tidak ikutan trend…sebaliknya saya bersyukur ..masih ada fasilitas lain untuk dapat saling menasihati dan mengisi dalam hidup yang sementara ini….adrikna ya MAHDI
Dua pilihan dari judul ini emang enggak enak: membodohi atau terjerumus dalam gibah. Tapi artikel ini juga memberikan solusi, play safe with social network… Terima kasih.
Assalammualaikum wr wb semoga Allah melindungi kita semua sungguh saran anda sangat berarti kalau saya boleh berpendapat saya orang yg sangat ingin belajar tentang ilmu dan alhamdulillah saya dapat semua melalui facebook mungkin benar kata saudaraku kita harus hati-hati dalam mengunakan facebook sehingga kita tidak terjerumus
Waalaikumsalam. Wr. Wb.
Facebook bisa menjadi sarana, tapi tidak semua ilmu dapat diperoleh darinya dan tidak semua ilmu yang di dapat di Facebook selalu benar. Pintar-pintar kita untuk menyeleksi. I think…