Dr. Hussein Abu Saud adalah seorang aktivis pendekatan muslim suni dan Syiah serta salah seorang pendiri Forum Persatuan Islam di London. Ia adalah warga Irak yang tinggal di Inggris, dan baru-baru ini menjawab pertanyaan dari Islam Online tentang hubungan suni-Syiah.
Dalam pandangan Anda, apa yang dibutuhkan untuk mencapai persatuan, atau setidaknya pendekatan antara suni dan Syiah? Apa saja penghambat yang ada?
Pertama, kita harus mengakui bahwa benar ada sebuah konflik antara Syiah dan suni. Namun, konflik ini sebenarnya nyata atau tidak? Kami sengaja mengajukan pertanyaan ini tanpa memberikan sebuah jawaban.
Persatuan umat muslim secara sempurna memang tidak mungkin, namun ada tujuan penting bagi umat muslim yang menjalankan perintah Allah: “Sesungguhnya ini adalah agama kalian semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhan kalian, maka sembahlah aku.” Di sisi lain, pendekatan adalah hal yang mungkin, sebagai sebuah kewajiban suci bagi seluruh umat muslim, tua-muda, pria dan wanita dalam rangka memenuhi sebuah kewajiban. Keyakinan tulus dalam Agama Sejati (Islam) adalah hal pertama yang dibutuhkan; percaya bahwa Islam yang menyatukan kita semua di bawah bendera ini. Setelah itu, kewajiban (tersisa) yang harus dilakukan begitu banyak.
Ulama diwajibkan untuk membuka persamaan mendasar secara benar untuk pendekatan, sementara orang awam diwajibkan untuk menerima persamaan mendasar itu dengan tujuan baik. Di sisi lain, pemerintah diminta untuk melindungi dan mendukung usaha pendekatan. Poin-poin tersebut butuh perluasan lebih lanjut yang mungkin dibahas dalam tulisan terpisah yang akan dipublikasikan nantinya, insya Allah. Mengenai hal ini, kita tidak boleh melupakan peran pemerintah karena kekuatan dan kekuasaan ada di tangan mereka. Diriwayatkan dari Khalifah Ketiga, Utsman bin Affan ra. bahwa ia berkata, “Sungguh, Allah menjaga Sultan (penguasa) yang tidak menghalangi Quran.”
Sedangkan penghalang di dalam pendekatan antara mazhab Islam—khususnya dua mazhab besar (suni dan Syiah)—ada banyak, dan yang terpenting adalah sebuah kekuatan tersembunyi pihak ketiga yang berencana dan mengatur cobaan dengan dana mereka. Kekuatan ini telah menjaga api keretakan selama ribuan tahun. Mereka terus membuat rencana rahasia dengan tujuan menjaga apa konflik berkobar ribuan tahun berikutnya. Umat diharuskan untuk mendiagnosa dan mengenali kekuatan ini dengan tujuan menghindari bahaya dan pengaruhnya.
Penghalang serius lainnya adalah keberadaan kelompok dari dua pihak yang mengambil sebuah posisi ekstrim, baik sadar ataupun tidak. Mereka berdiri bagaikan batu penghalang di jalan seluruh usaha pendekatan. Sementara pendekatan adalah sebuah tugas besar, sumber-sumber yang tersedia begitu langka. Dan tidak peduli seberapa jauh jarak perbedaan melebar, kalamullah berdering dengan jelas dan bergema di telinga “Berpeganglah kalian semua dengan Tali (Agama) Allah, dan jangan berpecah di antara kalian.”
Apa pendapat Anda tentang isu ekspansi Syiah di negara mayoritas suni? Apakah dakwah mazhab Syiah di negara mayoritas suni adalah salah satu prioritas mazhab Syiah?
Meskipun kata itu (ekspansi) terdiri dari beberapa huruf, tapi memiliki dampak, konsekuensi, dan bahaya yang jelas. Di sini, kata tersebut digunakan dengan tujuan meninggikan perbedaan, sebagaimana semua orang tahu bahwa tidak ada “ekspansi” atau penyebaran Syiah. Justru, ada beberapa kasus atas pemahaman terhadap mazhab lain, yakni kasus suni menjadi Syiah seimbang dengan kasus Syiah menjadi suni. Ini merupakan hal yang sama dengan orang Kristen kembali kepada Islam atau satu-dua orang yang meninggalkan Islam, sebagaimana hal ini adalah kasus individu yang tidak meningkatkan level fenomena ekspansi dan oleh karena itu jangan membenarkan hal yang dilebih-lebihkan.
Sebagai tambahan, mereka yang berbicara tentang “ekspansi” ini di depan umum dan siapa yang memperingatkan bahaya ini berasal dari kelompok ekstrimis, yang sudah saya katakan di atas ada di antara semua mazhab, dan hal yang dilebih-lebihkan itu adalah elemen utama dalam program dan tujuan kelompok ini.
Lagi pula, jika ada seruan kepada mazhab Syiah, hal itu bersamaan dengan seruan kepada mazhab suni melalui situs Paltalk dan Youtube, penerbitan dan pembicaraan publik. Dakwah (seruan Islam) harus (bertujuan) untuk Islam dan bukan mazhab. Karenanya hampir bisa pastikan bahwa tidak ada prioritas bagi Syiah berkenaan dakwah bagi mazhab Syiah [begitu juga sebaliknya]. Tapi pintu terbuka bagi siapa saja yang ingin berkenalan dengan mazhab dan mempelajari tentang keyakinan.
Jadi siapapun yang jarinya lebih dekat kepada kita untuk berkenalan dan mendekat, kita akan mendapatkan tangan yang lebih dekat kepadanya, karena Allah Swt. berfirman, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.”
Dalam konteks ini, secara pribadi saya berharap kita menggunakan istilah “menjembatani” daripada “ekspansi”. Saya juga akan mengatakan bahwa masalah terletak pada kesalahpahaman sejarah, yakni ekstrimisme dan kelalaian kedua pihak. Kita juga harus mengakui bahwa kita belum memahami keluarga Nabi dan sahabat dalam cara yang tepat yang mengarah pada kekerabatan, kasih sayang, pengertian dan kedekatan.
Bagaimana Anda memandang realitas dan masa depan Dakwah Islam di luar negara muslim, khususnya di Barat?
Pertama, kita harus akui bahwa pada dasarnya Barat telah siap menerima dakwah Islam, khususnya setelah mereka menyadari betapa peradaban materialis kosong dari nilai dan kebenaran. Namun sayangnya, umat muslim pindah ke Barat tanpa membawa agama mereka (Islam). Justru mereka membawa perbedaan ideologi mereka, mazhab, keyakinan dan kepercayaan. Bukannya memanfaatkan keadaan toleransi yang ada di sana, beberapa dari mereka terjebak dalam lumpur sektarianisme. Meski kita tahu bahwa dakwah bagi Islam diharuskan, dibutuhkan dan diwajibkan, tapi tidak bagi dakwah untuk mazhab.
Saya juga percaya bahwa seruan kepada Islam di negara Barat tidak berada pada level yang dibutuhkan, dan cendikiawan muslim yang tinggal di Barat harus mengangkat wacana Islam yang mempersatukan dan memanfaatkannya dalam Dakwah Islam. Oleh karena itu, saya menyerukan pembangunan masjid muslim pertama di Eropa yang didasari pada agama Islam sejati dan bukan mazhab, dan masjid seperti itulah sepenuhnya didedikasikan untuk beribadah kepada Allah Swt., dan bukan untuk penyebaran mazhab. Kemudian, setiap muslim—terlepas dari hubungan ideologinya—dapat dengan bebas memasuki masjid itu dan melakukan praktik agamanya. Perlu dicatat bahwa ketika saya mengatakan “masjid muslim pertama”, saya sungguh-sungguh, karena masjid yang dibangun di Eropa adalah masjid Suni atau masjid Syiah. Jadi ini adalah seruan untuk memeluk Islam dan menolak perpecahan, sektarianisme dan pengelompokan.
Apakah penerapan prinsip kewarganegaraan memberikan solusi di negara Suni minoritas Syiah dan negara Syiah minoritas Suni?
Kewarganegaraan, sebagaimana yang kita tahu, merupakan ide baru yang diperkenalkan penjajah dan tidak dikenal pada masa lampau sebagaimana pengertian saat ini. Tanah air digunakan dalam arti konvensional sebagai tempat kelahiran seseorang dan tempat di mana ia dibesarkan, bisa berarti desa atau kota. Seiring berjalannya waktu, gagasan ini berubah menjadi de facto yang harus diakui, dan masyarakat memperoleh kewarganegaraan yang kuat dan cinta mendalam pada tanah yang sudah ada, meski dibuat-buat, dibatas.
Di sisi lain, prinsip kewarganegaraan sudah dilaksanakan secara luas (oleh Syiah) dan jika seorang individu atau kelompok individu memiliki kesetiaan pada selain negara mereka akan menjadi pengecualian bukan aturan umum. Dalam konteks ini, kita melihat misalnya bagaimana Syiah Kuwait berjuang mempertahankan negara mereka dari serangan rezim Irak dulu. Juga kalau kita tanya Syiah dari Qatif, misalnya, tentang kesetiannya, kita akan tahu tidak berkurangnya kesetiaan mereka bagi tanah air daripada saudara Suni mereka. Masalah ini dibangkitkan oleh almarhum Muhammad Mahdi Shamsuddin, Presiden Dewan Tertinggi Islam Syiah Lebanon, yang menyatakan dengan jelas:
“Saya mendesak bahwa Syiah di setiap negara mereka menghindari panji-panji ‘hak-hak mazhab’ dan menuntut kuota dalam sistem (politik). Saya juga menasihati mereka dengan tegas bahwa tak satupun dari mereka harus berusaha untuk mendirikan sistem khusus bagi Syiah di negara mereka bersama sistem masyarakat umum, baik bidang politik, ekonomi atau pembangunan. Saya anjurkan mereka untuk bergabung (integrasi) ke dalam sistem publik dan sistem nasional secara umum, dan setara sebagaimana mereka patuh pada sistem yang dihormati publik, hukum dan pihak berwenang. Saya juga ulangi rekomendasi bahwa mereka seharusnya tidak melakukan konfrontasi politik atau keamanan dengan rezim manapun.”
Apa yang bisa muslim arif, di antara suni dan Syiah, lakukan untuk menurunkan fanatisme rakyat awam yang saling melawan? Kegiatan seperti apa yang Anda lakukan di Forum Persatuan Islam London untuk mencapai tujuan?
Suara pemikiran terdengar kecil dan rendah di hadapan banjirnya perdebatan yang mendominasi arena publik, mengetahui hal ini Allah berfirman, “Tapi kebanyakan dari mereka membenci kebenaran”. Di samping itu, orang-orang bijak dari kedua pihak bekerja dan terus bekerja untuk mengkomunikasikan suara mereka kepada masyarakat umum untuk memberi tahu mereka bahwa apa yang telah terjadi selama ribuan tahun tidak ada hubungannya dengan agama atau akal, dan karena itu fanatisme adalah sifat keji dan terkutuk. Mereka juga bekerja untuk menyampaikan bahwa pekerjaan ini tidak mudah, menghadapi pihak yang menghancurkan dalam satu menit apa yang reformis bangun selama ini. Sebagai contoh pihak bermusuhan ini adalah saluran TV satelit yang menjadi giat selama bulan Ramadan untuk menyebarkan racun perpecahan antara pengikut dua mazhab.
Forum Persatuan Islam di Inggris telah mengadakan beberapa konferensi yang dihadiri perwakilan banyak negara muslim. Tujuan konferensi ini secara umum tercapai dan peserta diundang ke pusat Islam suni dan Syiah di London, di mana mereka diterima dengan bersahabat. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat telah sadar bahaya perpecahan dan manfaat persatuan. Ini juga tambahan bagi seminar dan dialog televisi di mana para anggota berpartisipasi. Selain itu, forum memiliki proyek masa depan, termasuk menerbitkan majalah bulanan dan situs serta mengadakan konferensi persatuan di negara muslim lain, bergantung sumber daya yang tersedia.
Saya kemudian berpikir kalau kita berkumpul sepuluh orang dari dua mazhab dan membiarkan mereka salat berjemaah di depan umum, maka akan menjadi kemenangan. Akan menjadi suara gemilang dihadapan suara putus asa dan kekesalan. Kita juga ingin mengatakan kepada masyarakat: “Wahai manusia, sesungguhnya (agama tauhid) adalah agama kamu semua agama yang satu; berpeganglah kamu semua kepada tali (agama) Allah (misalnya Quran) dan janganlah kamu bercerai berai yang menyebabkan kalian kehilangan keteguhan dan keberanian, dan bangsa lain bersama-sama melemahkan kalian.”
Mufti Sur—di Lebanon—Syekh Ali al-Amin, menyarankan dalam wawancara dengan kolega kami Madarek di portal Islam Online, agar bekerja sama dalam pendirian lembaga bersama di mana pihak suni dan Syiah melakukan studi bersama, sebagai salah satu mekanisme bagi pendekataan mazhab suni dan Syiah, dan Beirut direkomendasikan menjadi lokasi pertama bagi lembaga ini. Apa Anda pikir lembaga seperti itu dapat membantu proses pendekatan yang dibutuhkan?
Apa yang disarankan oleh yang terhormat Syekh Ali al-Amin, Mufti Sur, tentang pendirian lembaga bersama adalah baik dan saran berharga yang telah disuarakan oleh banyak orang. Namun, saran ini butuh kejelasan dan studi pemikiran yang cermat, mengingat Beirut dapat menjadi tempat yang tepat, karena memenuhi syarat baik karena lokasi maupun populasi. Gagasan seperti itu dapat membantu tapi juga bisa meningkatkan alienasi (antara kedua mazhab), karena tidak setiap ide berakhir baik. Tapi juga setiap pekerjaan yang membawa kepentingan dan kesejahteraan umat diberkati dan penting, sebagaimana firman Allah Swt: “Dan katakanlah (wahai Muhammad): ‘Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu…'”
Apa pendapat Anda tentang prinsip Wilayatul Faqih (kepemimpinan ahli hukum agama) yang dibangun oleh Imam Khomeini di Iran? Apakah penerapan prinsip ini menjadi suatu hambatan bagi jalan pendekatan antara Suni dan Syiah?
Saya secara pribadi tidak melihat hubungan logis apapun antara Wilayatul Faqih dan pendekatan suni-Syiah. Selain itu, Wilayatul Faqih adalah isu kontroversial di antara Syiah sendiri. Meskipun ulama Najaf mungkin percaya dengan Wilayatul Faqih, mereka tidak melihat keberhasilan itu di Irak, misalnya, karena keadaan dan realitas yang berbeda, dan kemudian mereka tidak menuntut penerapannya.
Namun, sistem Wilayatul Faqih telah berhasil di Iran dan terus bekerja sejak lembaga Republik Islam melalui persetujuan semua pihak. Selain itu, kepemimpinan para ahli hukum [fakih] di mata masyarakat lebih baik daripada kepemimpinan orang-orang bodoh; saya maksud orang yang memikirkan diri sendiri dan mendominasi orang lain. Selain itu, jika seseorang beda pendapat dari kepemimpinan fakih, yang diharuskan orang yang saleh, berkomitmen dan bersungguh-sungguh, apa yang akan ia katakan misalnya tentang presiden Arab dan negara muslim sekarang?
Selain itu, fakih selalu mengajarkan nilai-nilai dan kebenaran, dan kepemimpinannya adalah sesuatu yang harus ditakuti! Kami belum pernah mendengar setiap orang suni Iran hampir dirugikan karena Wilayatul Faqih dengan cara apapun. Singkatnya, Wilayatul Faqih adalah sebuah sistem yang tidak berhubungan dengan pendekatan, dan jika ini mempunyai pengaruh, maka mau tidak mau berdampak positif.
Beberapa geo-politikus menyatakan bahwa Syiah memiliki pandangan wahyu tentang dunia yang diwakili dengan kemunculan al-Mahdi al-Muntazhar, yang dengan ini perlunya mempersiapkan skema dunia untuk kemunculannya (menurut beberapa riwayat), dan hal ini berpotensi mempengaruhi politik internasional… Apa pendapat Anda tentang analisis ini? Kita sekarang hidup dalam masa kritis karena konspirasi yang bertujuan melawan umat muslim.
Al-Mahdawiah adalah konsep bersama Islam yang melibatkan riwayat luas dari kedua pihak, dan tidak terbatas hanya pada Syiah. Jadi, seseorang yang memikirkan masalah ini mendapati bahwa mereka akan beruntung pada akhir waktu, yaitu akhir dunia. Gagasan ini bertemu dengan doktrin Kristiani tentang Saviour (Juru Selamat). Namun, percaya pada konsep ini, yang adalah murni masalah gaib, tidak harus berarti keikutsertaan Iran dalam konfrontasi skala besar melawan kekuataan lain. Selain, apa yang mengasumsikan Iran mempersiapkan militer, bersama dengan pengembangan program nuklirnya, tidak ada hubungannya dengan gagasan kembalinya Imam Mahdi. Sebuah persiapan yang keluar dari fakta bahwa Iran adalah sebuah negara penting, meski tidak digolongkan sebagai salah satu adidaya. Di sini, perlu dicatat bahwa Iran pendukung penyebab Ahlussunah wal Jemaah (mereka yang mengikuti sunah dan tubuh utama muslim), lebih dari yang dilakukan kelompok lain. Selain itu, Iran tidak lagi menjadi negara Syiah dari perspektif sempit sektarian daerah. Sebaliknya sebagaimana yang dinyatakan oleh Almarhum Imam Khomeini, sebuah negara Islam.
Apa saja prioritas lain yang menurut Anda harus mendapat perhatian lebih sebagai sarana untuk meningkatkan pemahaman dan pemulihan hubungan antara Syiah dan suni di tingkat Dunia Arab dan Islam?
Sekarang kita hidup di saat yang sangat kritis, karena konspirasi sedang dipanaskan melawan umat muslim dari kekuatan seluruh dunia, dan kita harus mempercepat langkah pemahaman dan pendekatan antara dua mazhab muslim. Hal ini dapat dicapai melalui kelompok dengan mekanisme dan prioritas, termasuk pertukaran kunjungan antara ulama dari dua kelompok, bergabung dalam ibadah bersama dihadapan media massa, menunjuk pemerintah dan universitas dan menyerukan pada mereka untuk turut serta dalam kampanye pendekatan, menghindari penulisan dalam isu kontroversial, menghancurkan terbitan yang mengundang perpecahan, menghindari pencemaran dari tokoh simbol kedua belah pihak.
Selain itu, saluran satelit resmi di negara muslim harus menyiapkan beberapa waktu untuk diskusi bersama yang dilakukan oleh ulama yang memperjuangkan pendekatan dari dua pihak dengan tujuan untuk membuat gagasan yang jelas bagi mentalitas masyarakat awam, menyebarkan budaya pendekatan di antara muslim dan memusatkan ide hidup berdampingan. Mengenai ide hidup berdampingan ini, Imam Muhammad Al-Baqir mengatakan, “Kesejahteraan rakyat bergantung pada hidup berdampingan.” Di samping itu, Allah Azza wa Jalla berfirman, “.. Janganlah kamu bercerai berai yang menyebabkan kalian kehilangan keteguhan dan keberanian, dan bangsa lain bersama-sama melemahkan kalian.”
Sebagai kesimpulan, saya ingin menyampaikan terima kasih kepada Anda, memohon kepada Allah yang Mahakuasa, untuk menyatukan umat agar menjadi “umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar” (QS. 3: 110). Saya ucapkan terima kasih kepada Islam On-Line atas wawancara ini dan saya menghargai usaha yang diberikan situs Anda untuk pendekatan antar-mazhab untuk menjamin masa depan yang lebih baik bagi umat muslim di manapun, jauh dari argumen busuk yang menghabiskan waktu, uang dan tenaga.
Penerjemah: Ali Reza Aljufri © 2010
Assalammualaikum wr wb semoga Allah menyatukan hati umat mukmin ,kenapa kita saling berselisih sementara yahudi mengempur kaum mukmin
Assalammualaikum wr wb ,kalau umat islam mengembalikan semua permasalahan terhadap kitab Al Quran mukmin tidak akan ada lagi perselisihan atau perpecahan di antara umat islam ,Semoga Kita umat islam tetap berpegang terhadap kitab dan hadist
Waalaikumsalam Wr. Wb.
“Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.” (QS. 4: 59) Terima kasih
hehe…..kalau disatukan ya ga bisa lah, lah wong ajaran sunni dan syiah sangat bertolak belakang, contoh saja, Sunni sangat memuliakan para shahabat nabi saw, sementara syiah sebaliknya…
saya bertanya aja, kalau dalam masalah tsb mau menyatukan paham gimana solusinya….hehe…
bukan disatukan, tapi toleransi,,,,itu yang benar,,,,
kalau mau diskusi untuk mencari mana yang benar, bisa dilakukan dengan cara baik, insyaAllah nanti akan terlihat mana yang benar…
Bertolak belakang hanya dalam beberapa kasus, tapi dasarnya tetap sama (tauhid-nubuat-hari akhir). Persatuan bukan berarti menyatukan, tapi bersatu. Inilah wahdah. (Ya itu kalau emang udah baca wawancara di atas pahamlah).
syi’ah pun memuliakan para sahabat, seperti ali bin abi thalib ra, abu dzar ra, salman al farisi ra dll… mungkin utk abu bakar ashshiddiq ra, umar bin khattab ra dan utsman bin affan ra, kaum syi’ah punya penilaian sendiri berdasarkan sejarah yg ada, terutama setelah wafatnya Rasulullah SAWW. dan tentunya kita semua sadar bahwa siapa sajakah diantara sahabat yg hadir ketika Rasulullah SAWW dimakamkan? adakah abu bakar, umar, dan utsman? wallaahu a’lam bishshawwab…
Apa kata Rasulullah mengenai pribadi Abu bakar: “Tidak seorangpun diantara manusia yang lebih banyak dari Abu Bakar dalam menjaga diriku dengan jiwa dan hartanya. Sekiranya dibolehkan aku menjadikan teman baik diantara manusia niscaya saya jadikan Abu Bakar sebagai teman baik. Akan tetapi pertemanan dan persaudaraan atas nama Islam itu lebih utama. Silahkan kalian tutup setiap pintu untukku di masjid kecuali pintu Abu Bakar (HR.Bukhori).
Pada waktu hijrah, beliau menjadi teman Rasulullah dalam perjalanan hijrah itu, begitu juga ketika Rasulullah berada di gua Hira. Hal ini bisa dibaca dalam firman Allah; “…sedang ia salah seorang dari dua sahabat pada waktu di gua Hiro..(QS.at-taubah:40).
Ketika Abubakar wafat, Ali bin Tholib berkata; “Semoga Allah memberikan rahmat kepada Abu Bakar, Kamu adalah saudara Rasulullah, kawan dekat, penghibur duka lara, dan kawan dalam bermusyawarah. Kamu adalah orang pertama yang berislam, yang paling ikhlas beriman kepada Allah dan Rasulul-Nya, yang paling baik dalam persahabatan dan paling mulia diantara kaum lainnya. Kamu juga yang paling serupa dengan Rasulullah ketika diam dan gerak. Allah telah angkat derajat namamu, wahai Abu bakar dalam tingkatan yang paling tinggi. Allah berfirman; “ Dan orang yang percaya dengan kenabian Muhammad.
Apakah Allah dan Rasulnya bisa tertipu dalam memilih org org terdekatnya? sehingga kemudian memilih org yg bakal berkhianat ?
apa kaum syiah lebih tau dari Allah dan Rasulnya ?
Sekedar melanjutkan ayat tersebut: “…sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: ‘Janganlah kamu sedih, sesungguhnya Allah beserta kita’.” Kalau bicara orang terdekat, yang lebih dekat kepada Nabi saw. itu Imam Ali atau Khalifah Abu Bakar?
seluruhnya mas..
40. Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quraan menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [643]
….”diwaktu dia berkata kpd temanya”: “jgn lah km berdukacita,sesungguhnya Allah beserta kita” ( dari kecemasan Abubakar atas kepungan kafir qurais di tsur Dia ‘Rasul Saw’ berkata spt diatas lalu turunlah ayat tsb ) sebagaimana Allah tlh menolongnya saat sebelum hijrah, dan sampai ajalpun Allah akan menolongnya ( Rasul SAW )melalui siapaun juga,
satu lagi hal yg dpt kita petik disini….
apa tdk aneh kalau saat menjelang ajal wasiat rasul pun bisa dihentikan Sydna Umar kalo itu merupakan hal yg paling penting?…(Kemana janji Allah sesuai ayat diatas yg membantu dg tentara yg tdk terlihat)…
salam damai saudaraku
“sewaktu dia berkata kpd temannya”…Alquran mengabadikan bahwa Sydn Abubakar adalah temannya Rasul SAW.
tmn syiah mas boleh dak suka tapi Allah Maha tau, lalu kalo ditanya yg bener siapa?.. Allah atau tmn-tmn syiah mas Ali. tanpa wawllahualam semua org beriman mengatakan Allah Maha benar dan maha mengetahui.
salam damai saudaraku.
Quran juga mengabadikan “Jikalau kamu tidak menolongnya maka sesungguhnya Allah telah menolongnya…” 😀 Menurut ahli bahasa, ash-shuhbah (dalam ayat itu lishahibih) bisa diterapkan dalam berbagai kondisi, yang di ayat itu berarti orang yang mengikuti dalam perjalanan. Jadi bukan sebuah keistimewaan. Dalam surah al-Kahfi ayat 34, orang kafir dan mukmin juga menjadi teman (lishahibih juga), atau di ayat 37-nya.
Oia, mohon informasikan kitab tarikh dan cara-cara bagaimana Abu Bakar bertemu Nabi atau Nabi bertemu Abu Bakar? Sekedar mengingatkan, wasiat Nabi sudah disampaikan berulang kali jauh sebelum menjelang ajal. Terima kasih.
“Janganlah kamu sedih, sesungguhnya Allah beserta kita’.” ….apakah Allah juga beserta org kafir?
Saya sedang mencontohkan bahwa mufrad “ash-shuhbah” (yang Anda artikan dengan “teman”) dapat digunakan dalam berbagai kondisi hubungan, seperti mukmin dengan kafir (QS. al-Kahfi: 34), kafir dengan kafir (QS. al-Qamar: 29), nabi dengan orang kafir (QS. an-Najm: 2), anak dengan orang tua yg beda keyakinan (QS. Luqman: 15), dsb. Jadi, saya tidak mengatakan orang kedua adalah kafir sehingga pertanyaan Anda tidak nyambung. Terima kasih.
semua sahabat adalah manusia biasa, dan tdk ada kewajiban utk memuliakan mereka… dan masing2 sahabat memiliki tingkat keimanan yg berbeda, spt Ali dan Abu Bakar…….. saat hijrah dan bersembunyi di dlm sebuah goa, abu bakar merasa ketakutan, bagaimana bisa seorang sahabat besar merasa takut, sedangkan Rasul SAW berada disampingnya? sedangkan Ali bin Abi Thalib as yg ditinggal sendirian utk menggantikan Rasul SAW utk tetap pd tempat tidur Rasul SAW dlm upaya mengelabui musuh, dgn ikhlas dan berani mengerjakannya..
jgn takiyah pake kata ” penilaian berbeda” katakan aja kalian benci terhadap Sahabat Abubakar, Umar, Usman..memang aneh karena Ali bin Abi thalib saja mengawinkan anaknya dengan Umar, dan Ali gak pernah menentang Abubakar, Usman, dan sahabat sahabat lain yg kalian benci.
dan kalian juga katakan bahwa Alquran yg ada skrg bukan yg asli, bgm mau bersatu ? wong kita sangat berbeda, bersatu ? no way.
kalian juga mengklaim menentang yahudi dan as serta antek anteknya padahal di Irak, di Afganistan yg berjuang itu muslim sunni justru kalian menjadi penghianat yg bekerja sama dg kafir AS membunuh kaum suni.
kalian syiah emang berhati busuk yg tampil bagai sang bijak dg takiyah,
Komentar Anda mencerminkan hati yang membatu. Kita berusaha membenci hal-hal yg buruk; bukan pribadi. Umat muslim yang bersatu adalah yang ingin bersatu dari hati dan ingin maju, bukan yang jumud dan tidak berani menggunakan nama asli. Terakhir, jangan banyak nonton CNN atau FoxNews. Terima kasih atas kunjungannya.
haha benci krn mendhalimi Ahlul Bayt Rasul SAW yg disucikan Allah SWT.. waduh bung ali akbar ini hatinya paling bersih sepertinya.. yg bersatu dgn AS itu siapa ya, Iran atau Arab Saudi, Kuwait, UEA dan negara2 kerajaan timur tengah lainnya????
Apa yg diuraikan tulisan di atas, mengingatkan saya pada sejarah kaum Yahudi dengan kaum Nasrani, dimana kedua kelompok ini, saling klaim tentang keberadaan Nabi Ibrahim As. Kaum Yahudi mengklaim, bahwa Nabi Ibrahim As. itu adalah termasuk ke dalam golongan Yahudi, lalu yang kaum Nasraninya juga mengklaim bahwa Nabi Ibrahim itu adalah golongannya, kaum Nasrani.
(some text removed by ejajufri)
Alasan sederhana mengapa harus saya edit komentar Anda adalah karena Anda tidak kreatif. Komentar Anda diulang-ulang disetiap artikel blog ini dan sudah saya jawab, jadi tidak usah copy-paste lagi dan silakan cari komentar Anda yg dulu-dulu itu.
mohon penjelasan kapan sih seorang islam disebut islam? artinya syarat minimum menjadi Islam itu apa? dan apakah orang tidak dianggap islam kalau tidak mempercayai khalifah2 islam? terutama yang dholim2 seperti yazid bin muawiyah itu? makasih
Maaf satu lagi , kayanya yang dipertentangkan atau yang ada perbedaan2 itu justru di sunnah atau penafsiran hadist nabi, nah kalo harus kembali ke quran dan hadist trus gimana ya?
Secara bahasa Islam artinya bisa tunduk thd kehendak-Nya, pemeluknya disebut muslim. Secara khusus, mengakui bahwa hanya ada Tuhan yg satu dan Musa, Isa (Yesus) sebagai utusan-Nya dan Muhammad sbg penutup para utusan. Khalifah yg dipilih manusia yg dimaksud tidak dianggap sbg pokok ajaran. Perbedaan penafsiran terhadap ajaran/teks agama sangatlah wajar. Terima kasih.
Ada tiga masalah besar dlm lingkup dunia Muslim yakni: 1. perebutan tahta pewaris ‘keturunan’ nabi, rasul atau ahli bait; 2. perebutan untuk menjadi ‘Imam Mahdi’, dan 3. perebutan Masjidil Haram. Dua kelompok besar yang bertarung ini adalah kelompok Sunni dengan kelompok Syiahnya.
Titik temu atas ketiga masalah tersebut a.l: 1 mencoba mencari ketegasan dan kejelasan masalah Ahlul Bait itu sendiri, apakah ada pewaris tahta ‘keturunan’ Ahlul Bait? jawaban saya Ahlul Bait yang terakhir dari Saidina Muhammad SAW hanya tinggal Bunda Fatimah, setelah itu tidak ada. Yang ada, hanya keturunan Saidina Ali dengan Bunda Fatimah.
2. Imam Mahdi yang dianggap penerus ajaran Nabi Muhammad SAW tidak mungkin ada dua versi yang berbeda, versi yang menganggap Imam Mahdi sudah ada, tapi disumputi atau dighaibi, versi lain masih menunggu kelahiran Imam Mahdi. Dari kedua versi ini, rasanya sama-sama tidak tepat karena sama-sama sudah ditutup dengan misi Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para nabi.
3. Masalah ketiga, ya karena Masjidil Haram ada di Arab Saudi ya merekalah yang berhak mengelola dan mengawasinya, tinggal peran haji perlu dikaji kembali apakah hanya sekedar pelaksanaan ritual ibadah atau ada dampak sosial politik dunia kaum Muslim.
Eh, Pak Elfan datang lagi… Hipotesis tersebut tidak akan saya tanggapi secara panjang karena sudah pernah. Baik jalur ahlusunah maupun ahlulbait meriwayatkan sebuah hadis yg kira-kira berisi: “Al-Mahdi berasal dari kami, ahlulbait.” Maka riwayat itu saya anggap cukup menjawab hipotesis nomor 1 dan 2. Karena Nabi Muhammad saw. lebih mulia dari Isa, dan Fatimah lebih mulia dari Mariam a.s.
maap pak ali reza saya mau nanya tapi di luar kontks sunni dan syiah,apa realisasi nya dari perintah taat kpd ALLAH dan ingkar kepada thoghut?