Oleh: Hussein Assi
Ayatullah Uzhma Sayid Muhammad Husain Fadhlullah telah meninggal dunia tapi pandangan, perkataan, nilai dan prinsipnya akan terus berputar dari satu generasi ke generasi lainnya…
Sayid Fadhlullah bersama pengikutnya meluncurkan sebuah madrasah keyakinan dan pemikiran, sebuah madrasah yang akan selalu berkomitmen terhadap permasalah utama Islam, mulai dari jihad hingga perlawanan (muqawamah), dan menghadapi semua ancaman asing terhadap wilayah.
Sampai di saat terakhir, Sayid Fadhlullah tetap berkomitmen terhadap masalah inti, Palestina, menyeru untuk melawan pendudukan melalui segala cara yang bisa dilakukan. Beliau mengeluarkan seruan “fatwa” yang berbeda untuk melawan Israel dan pemboikotan barang Amerika serta melarang menormalkan hubungan, dan beliau juga “pendukung sejati” persatuan Islam sepanjang hidupnya.
Di saat terakhir sebelum wafatnya, Sayid Fadhlullah masih memikirkan tentang masalah itu. Beliau menanyakan tentang salat fajar dan mengatakan kepada perawat bahwa dia tidak akan beristirahat sebelum Israel lenyap.
Sayid Musa Fadhlullah menjelaskan momen terakhir kehidupan pamannya. “Beliau meminta diingatkan kepada perawat jika waktu salat fajar (subuh) telah masuk. Mereka mengatakan kepadanya untuk istirahat. Beliau tersenyum dan mengatakan akan tidur. Lalu, pendarahan terjadi, membawa pada kewafatannya.”
Sayid Musa Fadhlullah mengenang bagaimana pamannya merasa nyaman saat malam Jumat, melanjutkan mengerjakan buku barunya untuk segera diterbitkan. “Ketika salah seorang putranya mengatakan akan meninggalkan rumah sakit, beliau mengatakan bahwa tak ada sesuatupun yang pasti kecuali Allah menghendakinya. Quranul Karim selalu hadir dalam hati dan pikirannya…”
“Sayid Muhammad Husain Fadhlullah memiliki keinginan untuk merawat anak yatim tidak hanya di Lebanon tapi seluruh negara Arab dan Islam,” kata Sayid Musa Fadhlullah, ketika menjelaskan karakteristik humanis pamannya. “Secara politik, beliau biasanya memiliki dua perhatian. Terutama, tentang perlawanan, muqawamah di Lebanon, Irak, Palestina, dan di manapun. Beliau juga memperhatikan dengan menjaga Republik Islam Iran.”
Bahkan di saat-saat terakhirnya, Sayid Fadhlullah tetap berkomitmen terhadap masalah utama. Keinginan terhadap lenyapnya Israel merangkum banyak pandangannya, tentang perlawanan yang solid terhadap pendudukkan Zionis terhadap wilayah Palestina.
Sayid Fadhlullah, yang terkenal atas seruannya untuk memboikot produk AS dan Israel karena Amerika, yang membunuh puluhan warga Palestina setiap hari tapi menggunakan tangan Israel, tidak akan pernah memikirkan kepentingan Irak, Arab, atau muslim, wafat dengan harapan lenyapnya Israel.
Tidak ada yang aneh. Hal yang aneh adalah jika para pecintanya tidak memenuhi harapannya dan menjadikannya kenyataan…
Penerjemah: Ali Reza Aljufri © 2010
Sumber: Al-ManarTV