Ingatkah suatu masa ketika membantu membunuh orang-orang yang tak bersalah sangatlah mengerikan? Masa ketika Alquran mengatakan “membunuh satu jiwa seolah-olah kita membunuh seluruh umat manusia” sebenarnya ditujukan untuk kita? Kalau kita masih belum juga sadar, masa ketika kita benar-benar peduli kepada kehidupan sesama saudara muslim dan sesama manusia terlihat menjadi hal tidak berarti saat ini.
Kenapa? Karena hari ini, memutus suplai air dan makanan rakyat tak bersalah, menghancurkan rumah-rumah mereka, membom rumah sakit dan sekolah mereka, menembaki mereka dengan senjata mesin, membunuh seluruh keluarga dan mengarahkan peluru ke dada bayi-bayi tak bersalah di Gaza dibantu oleh umat muslim, khususnya mereka yang hidup di Barat.
Sudah beberapa dekade yang lalu sejak ulama muslim mengeluarkan fatwa yang jelas tentang masalah ini. Ayatullah Sayid Ali Sistani telah menegaskan bahwa “tidak diperbolehkan bagi seorang muslim untuk membeli produk dari negara yang memerangi Islam dan muslim, sebagai contoh, Israel.” (A Code of Practice for Muslims in the West). Ayatullah Sayid Ali Khamenei juga menilai pembelian “segala jenis produk yang membantu memperkuat Zionis” adalah haram (Practical Laws of Islam). [Ulama suni yang mengeluarkan fatwa senada adalah Syekh Yusuf al-Qaradhawi].
Perang di Gaza beberapa tahun lalu menewaskan 1.400 rakyat Palestina yang sebenarnya hanya ingin melanjutkan kehidupan mereka, kurang lebih 40 persennya adalah wanita dan anak-anak. Sebaliknya, kurang dari 15 tentara Israel—bukan wanita atau anak-anak—kehilangan nyawa mereka. Jika kita gunakan matematika, berarti lebih dari 10.000 persen rakyat Palestina tewas dengan melibatkan tentara Israel. Keadilan? Tidak ada.
Meskipun pengetahuan tentang realitas yang mengerikan ini hampir diketahui setiap orang di dunia ini, kita tetap mendukung negara-negara yang bangga atas kematian rakyat Palestina dengan membeli dan menjual produk mereka. Dengan mudah, secara finansial kita mendukung genosida yang terjadi pada hari ini. Sebuah contoh bagaimana “pembelian perusahaan yang diboikot” memiliki efek riak, mengarah pada penindasan rakyat tak bersalah dan orang-orang yang beriman kepada Nabi Muhammad saw.:
Ahmad membeli makanan siap-saji dengan minuman yang berasal dari perusahaan Coca-Cola. Sebagian pembayaran Ahmad mencakup harga Coca-Cola. Biaya minuman diambil dari Ahmad dan dibayarkan oleh perusahaan makanan kepada Coca-Cola. Perusahaan Coca-Cola menggunakan bagian uang Ahmad untuk membayar produksi Coca-Cola, dan sisanya adalah pendapatan. Bagian dari pendapatan itu kemudian didonasikan sebagai “amal” kepada organisasi Zionis, pemukiman Israel, atau organisasi militer. Karena itu, ketika dilacak, uang donasi Coca-Cola sebenarnya digunakan oleh rezim Zionis untuk menghancurkan rakyat Palestina yang mereka klaim sebagai “sah dan adil”. Akibatnya, dengan membeli minuman Coca-Cola, Ahmad berkontribusi secara keuangan untuk gerakan keji Zionis di Israel.
Tapi Ahmad bukanlah satu-satunya. Banyak dari kita yang sengaja mendukung penghancuran Palestina; dan apa yang kita lakukan benar-benar tanpa penyesalan. Jika hal itu tidak cukup meyakinkan kita untuk menghentikan cara ceroboh dan tidak Islami, mungkin dengan melihat dari perspektif lain akan membantu kita menjadi seorang mukmin yang lebih baik.
Berdasarkan dari sebuah riwayat dari Imam Ali Ridha as., Ayatullah Dastghaib Syirazi menjadikan “membantu penindas (orang zalim) dan bersandar pada mereka” sebagai dosar besar ke-27 dalam kitabnya Dosa-Dosa Besar. Bagi kita yang membenci boikot, perhatikan! Kita tidak hanya melakukan sebuah dosa besar, tapi juga membantu para penindas! Berkenaan dengan membantu orang-orang zalim, Rasulullah berkata, “Pada malam mikraj, saya melihat tulisan ini di pintu neraka: jangan menjadi pembantu golongan penindas.” Kita harus berterima kasih pada pintu neraka karena mengingatkan dosa manusia yang bisa menghantarkan kita pada neraka, dan akan lebih bijak bagi kita untuk berperilaku seperti yang Nabi saw. peringatkan.
Lebih lanjut di Nahjul Balaghah, Imam Ali as. berkata, “Tidak ada yang lebih cepat dari dicabutnya karunia Allah atau mempercepat balasan-Nya dari pada melanjutkan penindasan, karena Allah mendengar doa kaum tertindas dan mengawasi para penindas.”
Siapa yang mengira membeli Nestlé chocolate bar akan menghasilkan dosa besar, doa buruk dari mereka yang tertindas akan langsung mengarah pada kita, sebagai orang yang menindas? Hal ini mengherankan tapi nyata.
Namun fakta yang menyedihkan adalah ketika aktivis pemboikotan dalam masyarakat berusaha untuk mengedukasi orang lain dan demi menjalankan misis amar makruf nahi mungkar, argumen tak berdasar berikut diajukan oleh muslim yang tidak mendukung boikot melawan penindasan:
Semua ini adalah teori konspirasi beberapa muslim saja
Teori yang sebenarnya adalah: ANDA menyangkal diri sendiri! Kunjungi situs Boycott Israel untuk informasi detail tentang bagaimana setiap perusahaan mendukung pembunuhan massal rakyat Palestina. Hanya karena kita tidak bisa menerima fakta untuk meninggalkan McDonald’s, bukan berarti kita harus marah dan menciptkan segala macam omong kosong tentang boikot. Sebenarnya, Burger King halal tidaklah terlalu buruk!
Bisnis adalah bisnis
Kepada pebisnis pria dan wanita dalam masyarakat kita yang tidak berhenti membeli dan menjual produk yang diboikot, karena “bisnis adalah bisnis”, sama halnya dengan pernyataan: “neraka adalah neraka”. Seberapa sulit sih untuk mengganti Coca-Cola dengan merek minuman ringan lain di restoran kalian? Imam Ali mengatakan, “Tidak ada bisnis yang dapat menghindari kalian dari berbuat baik bagi dunia mendatang; karena tentu saja, panjangnya kesempatan adalah singkat.” Tentu saja, semua logika pebisnis memperhatikan tentang keberhasilan jangka panjang dalam bisnis mereka. Demikian pula, marilah kita memikirkan hal jangka-panjang lainnya: tujuan akhir kita ketika kita bersatu kembali dengan Allah.
Kenapa saya harus memboikot jika negara-negara Islam seluruh dunia menjual produk itu?
Sangat disayangkan bahwa sebagian besar—jika bukan semua—negara muslim tidak melakukan boikot, dan hal ini berhubungan dengan kurangnya kesadaran bahwa mereka sebenarnya mendukung tindakan apartheid Israel. Namun, Nabi saw. bersabda, “Mencegah seorang muslim melakukan tindakan pelanggaran hukum setara bagi Allah dalam mengerjakan tujuh puluh ibadah haji yang diterima.” (A Bundle of Flowers). Tidak ada yang lebih baik lagi! Melakukan boikot kita akan mendapatkan pahala setara dengan haji, begitu juga dengan memberitahukan saudara-saudari muslim di berbagai belahan dunia tentang kewajiban boikot ini!
Orang akan mengira saya aneh!
Percaya diri dengan Islam, teman! Inilah saatnya untuk menghentikan kekhawatiran tentang apa yang orang lain pikirkan tentang kita, dan saatnya untuk memikirkan tentang apa yang Allah pikirkan tentang kita. Nabi Muhammad saw. bersabda, “Jangan perhatikan kecilnya sebuah dosa, tapi lihatlah kepada Siapa kalian berbuat dosa.” Jika kita sadar bahwa Dia yang kita berbuat dosa adalah Tuhan penguasa langit dan bumi, kita harus melakukan apapun yang Dia perintahkan kepada kita, meskipun menjadi “malu” di hadapan orang lain. Kesempatannya adalah kita punya peluang untuk menjelaskan kepada muslim dan non-muslim alasan persis mengapa kita memboikot, banyak orang akan menghargai tindakan kita, dan lebih lanjut, banyak orang yang anti-boikot akan merasa malu karena mendukung penindasan orang-orang tak bersalah!
Satu orang memboikot tidak akan membuat perubahan
Setiap usaha diperhitungkan [oleh Allah Swt.]. Perhatikan. Ketika Namrud Sang Tiran mencoba untuk membunuh Nabi Ibrahim as. dengan melemparkannya ke api unggun, apinya begitu besar dan menyebar sehingga burung bahkan tidak dapat terbang di atasnya. Anehnya, seekor katak kecil terlihat membawa tetesan air di mulutnya mencoba memadamkan api. Tentu saja, makhluk lain menertawakan usaha “kecil” katak itu. Dengan kepala tegak, katak itu berkata, “Pada Hari Pengadilan, Allah akan menghitung saya di antara mereka yang berusaha untuk menyelamatkan Ibrahim, bukan di antara mereka yang berusaha membakar Ibrahim!” Jujur, kita semua dapat meraih pelajaran besar dari katak kecil ini dan berharap aman di Hari Pengadilan nanti, Allah akan menghitung kita di antara orang yang berusaha mencegah terjadinya kekejaman terhadap rakyat Palestina, bukan di antara orang yang membantu dan mendukung pembunuh mereka!
Saya tidak bisa menemukan alternatif lain
Kecuali kita hidup di zaman batu, selalu ada alternatif terhadap segala hal yang kita boikot. Sebagai contoh, minumlah Caribou Coffee daripada Starbucks, belilah produk bayi Walgreens daripada Johnson & Johnson, makanlah coklat Hershey’s daripada Nestlé, minumlah Ovaltine daripada Milo, belilah iPhone atau LG [Samsung, Sony Ericsson] daripada Nokia atau Motorola, dan carilah perusahaan kosmetika lain selain Revlon, L’Oreal, dan Estee Lauder. Daftar panjang produk alternatif sepertinya lebih tak terbatas dibandingkan dengan perusahaan yang diboikot. Salah satu keuntungan hidup di masyarakat Barat yang kapitalis adalah opsi pembelian yang tak terbatas tersedia untuk kita. Mari kita manfaatkan keuntungan ini dan jadikan pembelian kita lebih halal dan bebas-penindasan!
Alquran menyatakan, “Janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. 5: 2)
Nabi Muhammad saw. bersabda, “Pada Hari Kiamat, penyeru akan mengumumkan: ‘Di mana para penindas dan asisten mereka dan orang-orang yang menyiapkan bak tinta untuk mereka atau menyiapkan tas mereka atau memberikan tinta pena (untuk mereka? Lalu, gabungkan orang-orang tersebut bersama mereka!'” (Tsawab al-Amâl).
Semoga Allah Yang Mahakuasa memberikan kita kemampuan dan kekuatan untuk memilih keadilan dan kehidupan sesama manusia di atas botol Coca-Cola dan produk Zionis lainnya. Amin.
Penerjemah: Ali Reza Aljufri © 2010
Sumber: The Awaited One Foundation and/or its suppliers. All rights reserved.
Artikel Terkait:
Satu respons untuk “Boikot Israel Demi Keadilan”