Geregetan Tidak tahan juga untuk tidak memuat tulisan ini dan mem-publish-nya. Sekedar informasi, sumber utama tulisan yang saya buat ini adalah tafsir karya Syekh Mohsen Qaraati. Ketika saya membaca karya beliau ini, bayangan saya langsung teringat kepada orang-orang yang ada di sekitar kita. Sangat persis. Orang-orang ini tidak memiliki keimanan orang-orang mukmin, tapi juga tidak memiliki keberanian orang-orang kafir. Jadi mereka begitu halus; tidak heran beberapa orang mengatakan bahwa orang semacam ini lebih berbahaya dari orang kafir.
Orang munafik menampilkan suatu hal yang paradoks antara amal dan keyakinan, antara perbuatan dan kata-kata. Mereka tidak memiliki prinsip dalam jiwanya, namun penampilan luarnya sangat meyakinkan untuk dianggap sebagai seorang mukmin. Bahkan di antara mereka ada yang mengaku intelektual muslim atau orang-orang menyebut mereka demikian. Karakter lain kelompok ini senang dipuji, menyebarkan isu-isu yang belum tentu benar, dan menjalin persahabatan erat dengan kaum kafir. Dengki dengan kemajuan masyarakat muslim dan merasa gembira jika masyarakat muslim mendapat kesulitan.
Tapi ingat, meskipun beberapa ciri tadi melekat pada mereka, mereka tetap mengaku muslim. Mereka mengatakan semua agama sama, tapi tetap memilih salah satu agama dari sekian agama itu dan itu adalah Islam! Iya, mereka tetap mengaku beragama Islam, meski pada saat yang sama mereka mengatakan agama Islam ini perlu dirombak karena memiliki ketidak-sempurnaan dengan bersembunyi dibalik istilah “ijtihad”.
Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian”, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. [QS. 2: 8]
Alquran sendiri telah menjelaskan ciri-ciri kelompok ini di beberapa tempat. Bahkan terdapat sebuah surah khusus untuknya. Dari sekian banyak ayat tersebut, saya memilih memulainya dari surah Al-Baqarah ayat 11, karena dari ayat ini terlihat persis bagaimana dalih dan tujuan mereka. Kerap kali mereka mengatakan bahwa agama Islam ini sudah ketinggalan zaman. Sempurna secara garis besar, tapi banyak bagian agama ini yang tidak sempurna. Perlu diadakan perubahan, perombakan dalam agama Islam. Mari kita perhatikan ayat tersebut:
Dan apabila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” [QS. 2: 11]
Menurut orang atau kelompok munafik, mereka adalah penganjur reformasi. Mereka mengaku sebagai aktivis muslim yang ingin melakukan perubahan dalam tubuh Islam. Merekalah pembela-pembela manusia. Mereka mengklaim sebagai pembaharu di masyarakat. Padahal itu adalah tipu daya kelompok munafik untuk mengalihkan perbuatan kotor mereka dari dalam.
Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. [QS. 2: 12]
Alquran menjelaskan bahwa mereka yang berdalih melakukan perbaikan padahal sedang berbuat kerusakan, tapi mereka sendiri tidak sadar. Kitapun bisa jadi tidak tersadarkan alias tertipu. Mereka tidak bisa melihat kebenaran yang ada di depan mata. Hati mereka kosong dari Allah sehingga hidup dalam kegelisahan, kebingungan, dan penuh ketakutan.
Apabila dikatakan kepada mereka, “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman.” Mereka menjawab, “Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu. [QS. 2: 13]
Meskipun berulang kali kita minta mereka untuk beriman dengan tulus, mereka tetap akan menolak dengan membanggakan diri sambil merendahkan kelompok lain. Orang-orang mukmin, yang dengan tegas membela agama dianggap sebagai orang bodoh. Penyakit paling ganas adalah penyakit yang tidak dirasakan oleh tubuh dan orang munafik tidak sadar akan itu.
Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan, “Kami telah beriman.” Dan bila mereka kembali kepada setan-setan mereka, mereka mengatakan, “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok”. [QS. 2: 14]
Setan bukan hanya berarti makhluk halus. Setan berasal dari kata syathana yang artinya jauh dari kebaikan. Siapa saja yang berusaha menyesatkan orang lain, melakukan keburukan dan jauh dari kebenaran adalah setan. Ayat ke-14 ini mencirikan orang munafik dengan tidak memiliki pendirian yang tetap. Tidak mukmin tapi juga tidak kafir. Sebenarnya mereka merasa takut dengan orang mukmin. Tapi mereka mengadakan hubungan terbuka dengan mukmin dan tersembunyi dengan komunitas kafir. Hubungan aktif ini bisa jadi dalam bentuk hubungan politik dan ideologi.
Ciri lain dari komunitas munafik adalah mengolok-olok orang beriman. Karena mereka tidak merasa terikat dengan Islam dan tidak merasa bersaudara dengan orang beriman, maka mereka lebih memilih mengolok-olok orang mukmin. Saya bisa melihat contohnya dalam peristiwa belakangan ini. Ketika peristiwa pembakaran Alquran terjadi mereka tidak bersuara, tapi ketika ada peristiwa penusukan pendeta mereka sibuk menghakimi kelompok Islam (jelas kedua peristiwa itu patut dikecam).
Sepantasnya, seorang muslim itu bersaudara. Ada keterikatan untuk peduli dan merasa bagian dari umat Islam. Tapi orang munafik ingin merusak citra umat muslim. Bukannya mencari tahu ke sumber aslinya untuk klarifikasi (tabayyun), mereka lebih percaya kabar burung yang tidak jelas asal-usulnya. Contoh lain misalnya, mereka tidak bersuara ketika ada pelarangan jilbab entah itu di rumah sakit dalam negeri atau negara Barat. Tapi mereka tidak setuju dengan UU anti-pornografi. Orang seperti ini juga jarang—kalau tidak mau dikatakan tidak pernah—membicarakan Palestina. Pun bicara, mereka menganggapnya masalah politik biasa.
Bagi kita orang awam (dan kalangan kelas atas) yang pengetahuan agamanya pas-pasan, bisa saja tertipu dan menjadikan mereka, orang munafik, sebagai tempat bertanya dan rujukan agama. Tapi bagi mereka yang tahu benar tentang agama, bisa membedakan mana muslim dan mana munafik. Jangan mudah dan cepat percaya kepada penampilan Islam atau yang ingin mengadakan perubahan dalam Islam. Semoga kita terlindung dari pengaruh mereka. Wallahulam.
Catatan: Pemilihan kata “orang munafik” dalam tulisan ini bisa diganti menjadi “kelompok munafik”. Oia, di Twitter beberapa kali saya lihat orang yang membuat bercandaan atau jokes tentang Tuhan dan para nabi. Apa ini juga termasuk munafik?
Izin Share beb….
Alhamdulillah.. akhirnya artikel ini dikeluarkan juga dari arsip pribadi… Insya Allah bermanfaat dan akan saya coba menyampaikannya dilingkungan sekitarku… masih atau bahkan bertambah banyak masyarakat disekitar saya juga yang seperti ini, yang kemudian saya mencoba menggolongkan mereka menjadi 4 kelompok besar; kelompok yang belum tahu, kelompok yang sok tahu; kelompok yang sudah tahu tapi tidak mau tahu; dan kelompok yang sudah tahu tapi mencoba menghilangkan apa yang sudah mereka ketahui; Islam mereka seperti mengambang diatas suatu permukaan tranparansi yang mengkaburkan inti dari Islam itu sendiri, perlahan permukaan transparansi ini mengkaburkan pandangan tentang Islam dan akhirnya (mudah-mudahan tidak/belum) Islamnya tidak terlihat… Terima kasih mas Reza… Mudah-mudahan dengan ini (kumpulan artikel anda) adalah tanda-tanda langkah awal berdirinya Syariah Islam… (Terus menulis mas, saya banyak belajar dari artikel anda, jujur saya bukanlah orang yang terlahir dari lingkungan yang Islami walaupun keluarga Islam, saya terlahir dilingkungan keras teknik mesin dan sekarang pun saya sebagai seorang teknisi… Ma’af jadi curhat… hiiks)
Persis, Mas. Kelompok keempat itu, sudah tahu tapi menghilangkan apa yg sudah mereka ketahui, menurut saya persis dengan lanjutan ayat ke-16 dari surah Al-Baqarah yg masih berbicara tentang orang munafik. “Mereka itu membeli kesesatan dengan petunjuk…”
Kalau saya tambahkan curhatnya, saya juga bukan dari keluarga agamis (seandainya bisa diulang pingin masuk pesantren) 😀 Terima kasih sekali lagi atas apresiasinya. Semoga harapan Mas Hendriono teraih, insya Allah.
Setuju dengan “seandainya bisa diulang pingin masuk pesantren” 🙂 Terima kasih juga atas segala yang mas reza tulis disini dan terima kasih atas do’a-nya. Insya Allah… Amin…
islam ktp ya? 😦
Lebih buruk dari itu
Wah dpt ilmu lg nih dr mas Reza, terima kasih mas Reza.. Sepertinya sdh byk organisasi di Indonesia yg masuk ke dlm kategori ini mas. Dan sebetulnya background pentolan2nya jg byk yg dtg dr keluarga yg agamis, bahkan org tua mrk adalah kyai2 di daerah asal mrk..
Gimana ya, mungkin meskipun dari kalangan agamis, masih ada dalam pikiran mereka bahwa agama ini tidak sempurna, nabinya nabi biasa yg bisa berbuat salah, maka itu mereka menganggap agama ini biasa. Karena itu perlu menambalnya dengan pemikiran sekular ala Barat.
Siapa ya “orang munafik atau kelompok munafik”? Bisakah orang itu dibilang 100% mukmin atau 100% munafik?
ga salah klo imam ghazali berkata bahwa orang yg ga punya ketajaman inderawi batin akan celaka
ya salah satunya (selain untuk membedakan mana haq-batil, halal-haram) untuk mendeteksi orang-orang munafik semacam yg diceritakan ente ini ja
orang yg membuat jokes ttg nabi dan Tuhan tidak serta merta dimasukkan ke dalam golongan munafik (atau bukan) tergantung jokes nya dan niatnya
Artinya, sekedar membaca dan menuntut ilmu, tak cukup untuk dapat membedakan mereka. Penglihatan batin yg juga perlu diasah.
Niatnya mungkin membuat orang lain tertawa (namanya juga jokes), tapi bawa-bawa Tuhan dan para nabi. Desakralisasi 😀
Waduh, Tuhan ama para nabi kok dibuat becandaan?? Udah mulai merasa beranikah manusia2 ini? 😦 😦
subhanAllah artikelnya, saya jadi banyak tau tentak “kelompok munafiik” itu. Semoga Allah menguatkan iman saya agar terhindar dari kaum jahanam seperti mereka.
terimakasih atas ilmunya 🙂
terima kasih..izin share