Fatimah, Ibu dari Ayahnya

Kapan peringatan Hari Ibu di setiap negara tidaklah sama. Di Amerika Serikat dan lebih dari 75 negara lain, seperti Australia, Kanada, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Hongkong, peringatan Mother’s Day jatuh pada hari Minggu kedua bulan Mei karena pada tanggal itu pada tahun 1870 aktivis sosial Julia Ward Howe mencanangkan pentingnya perempuan bersatu melawan perang saudara. Sementara peringatan Mother’s Day di sebagian negara Eropa dan Timur Tengah mendapat pengaruh dari kebiasaan memuja Dewi Rhea, istri Dewa Kronos, dan ibu para dewa dalam sejarah Yunani kuno. Maka, di negara-negara tersebut, peringatan Mother’s Day jatuh pada bulan Maret.

Sementara di Indonesia, Hari Ibu diawali dengan dibukanya Kongres Perempuan Indonesia I di Yogyakarta pada tanggal 22-25 Desember 1928. Peristiwa ini dianggap sebagai salah satu tonggak penting sejarah perjuangan perempuan Indonesia. Mereka berkumpul menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan. Isu yang dibahas antara lain persatuan perempuan Nusantara, pelibatan perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan, pelibatan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa, perdagangan anak-anak dan perempuan, perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita, pernikahan usia dini bagi perempuan, dan sebagainya.

Sementara di Iran pasca-revolusi, Hari Ibu dipilih bertepatan dengan hari kelahiran Fatimah binti Muhammad saw., yakni tanggal 20 Jumadilakhir. Perubahan tanggal itu dilakukan untuk melawan Syah yang pada kurun waktu tersebut menjual nama “feminisme”, “kesetaraan gender”, padahal berakibat kerusakan moral. Untuk mengembalikan jati diri sebagai wanita, pemerintah Iran menjadikan Khadijah, Fatimah, dan Zainab binti Ali as. sebagai role model. Peringatan acara ini di sana biasanya diisi dengan pekan festival, ceramah, kado, hadiah, dan penghargaan bagi wanita berprestasi. Dari tiga wanita mulia tersebut, kenapa Fatimah? Bagi saya, salah satu gelar yang diberikan oleh Rasulullah saw. kepada Fatimah-lah yang menjadikannya unik: ummu abihâ (ibu dari ayahnya). Dr. Jalaluddin Rakhmat mengutip al-Khaqani menjelaskan bagaimana panggilan ummu abiha ini menjadi bagian dalam agama dan risalah, berikut ringkasannya:

  1. Rasul merupakan teladan ayah bagi Fatimah. Fatimah bagi rasul adalah teladan anak dan ibu sekaligus.
  2. Bukti kecintaan yang sangat besar dari seseorang yang tidak mencintai kecuali karena Allah; supaya kecintaan kepada Fatimah menjadi salah satu karakter yang membimbing langkah Islam setelah fitrah dan akal. Kata Nabi saw., “Fatimah bagian dariku…”
  3. Menjelaskan kedudukan perempuan bahwa dia seperti laki-laki sanggup menempuh perjalanan menunju kesempurnaan.
  4. Menunjukkan hukum Fatimah sebagai ibu sehingga wajib untuk menghormatinya. Jika penghormatan ini wajib bagi Rasulullah saw. karena kesucian Fatimah, maka penghormatan ini lebih wajib lagi bagi selain rasul.
  5. Fatimah menjadi tali yang menghubungkan nubuwwah (kenabian) dan imâmah. Tidak ada imâmah yang benar tanpa cahaya kenabian. Maka kenabian adalah ayah dan imâmah adalah ibu.

Saya tidak ingin banyak bercerita mengenai sejarah kehidupan Fatimah, bagaimana perannya dalam keluarga, agama, bahkan sosial-politik ketika ia harus berpidato di hadapan khalifah. Al-Khaqani berkata bahwa, “Suara Fatimah sesudah Ali adalah suara pertama ketika orang-orang tertindas berteriak agar tidak sabar lagi melawan kezaliman. Ia memberikan pelajaran bahwa diam pada langkah yang pertama akan membuka langkah berikutnya. Diamnya orang yang dizalimi adalah kezaliman bagi dirinya sendiri dan kezaliman bagi orang banyak.” Namun ini hanyalah pengantar agar kita kembali mengenal panutan bagi muslim dan muslimah dari sosok Pemimpin Wanita Semesta Alam.

Jika memang wanita harus memiliki hari, maka adakah hari yang lebih mulia dan lebih membanggakan selain hari kelahiran Fatimah az-Zahra? Ia adalah wanita kebanggaan rumah kenabian dan terbit laksana matahari di atas wajah Islam yang mulia. ~ Imam Khomeini qs.

Sumber:

  • Wikipedia
  • Islam Alternatif oleh Jalaluddin Rakhmat
  • Kedudukan Wanita dalam Pandangan Imam Khomeini terjemahan Muhammad Abdul Kadir Alcaff.

Artikel Terkait:

Komentar Anda?

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.