“Saya berharap negara lain memberikan perhatian; mengikuti bangsa Iran. Mesir, janganlah merasa puas dengan pemerintahan penindas kalian yang mengatakan akan menghancurkan siapapun yang menggunakan nama Islam. Ketahuilah bahwa Islam dalam bahaya di Mesir. Wajib bagi pria dan wanita Mesir untuk bangkit dan menghancurkan pemerintahan ini yang mengumumkan perang terhadap Islam.” (Shahifah-i Imam, j. 15, h. 318)

“Presiden kedua yang dipaksakan pada negara (Husni Mubarak) ini mengira bahwa dia akan memerintah di Mesir seperti pendahulunya (Anwar Sadat). Sebelum menjadi presiden, dia mengumumkan solidaritasnya dengan Israel dan Amerika. Dia mengabaikan bahwa rakyat telah melemparkan pendahulunya ke neraka; rakyat akan melakukan hal yang sama kepadanya. Mesir harus tahu bahwa kalau mereka bangkit sebagaimana Iran bangkit maka mereka akan berhasil. Bangsa Mesir tidak perlu takut dengan darurat militer; abaikan hal itu sebagaimana Iran melawan dan turun ke jalan. Ulama Mesir harus bangkit dan membela Islam.” (Shahifah-i Imam, j. 15, h. 285)

Rakyat Mesir Tak Akan Diam Menyaksikan Pengkhianatan Rezim

Amerika Serikat (AS) telah melakukan kesalahan. Dengan mengumpulkan sejumlah negara Arab di meja perundingan yang menghinakan ini, AS sudah melakukan sesuatu yang membuat rezim-rezim tersebut semakin dibenci rakyatnya. Mungkinlah rakyat di negara-negara Arab itu rela para pemimpin mereka menyerahkan negeri Palestina ke tangan orang lain? Dengan tindakan ini, AS semakin memperlebar jurang pemisah antara pemimpin dan rakyat di dunia Arab apalagi jika perundingan ini sampai menghasilkan penandatanganan perjanjian damai. Tindakan ini hanya akan membuat amarah bangsa Arab semakin memuncak. Rakyat Mesir akan semakin marah. Orang Mesir yang malang itu pergi ke Amerika untuk mengadukan Iran kepada pihak yang justeru menyimpan dendam yang teramat dalam terhadap Iran.

Apa hubungan kita dengan bentrokan yang melibatkan warga Mesir? Kita akan senang dengan bangkitnya umat Islam di manapun juga. Di mana saja umat Islam bangkit mengepalkan tangan di hadapan musuh, kita akan menyambutnya dengan senang hati. Kita akan bersedih hati dan akan merasa bertanggung jawab jika ada umat Islam yang menjadi sasaran serangan di mana saja. Tapi kita tidak akan terjun dan terlibat. Kita akan menyadarkan bangsa [muslim] seperti bangsa Mesir akan tugas dan tanggung jawabnya. Mereka sendiripun tahu apa yang menjadi kewajiban mereka. Mereka tahu apa yang harus dilakukan. Rakyat Mesir sudah benar dalam memahami kondisi. Para pemuda Mesir sudah benar dalam perjuangannya yang gigih melawan rezim yang telah berkhianat kepada Islam, Palestina dan negara-negara Islam. Pergolakan ini tidak ada kaitannya dengan kita. Mereka (musuh-musuh Islam) salah dalam hal ini. Mereka tidak bisa mengerti kekuatan dan pengaruh Islam.

(Cuplikan pidato Ayatullah Khamenei dalam pertemuan dengan para pengurus dan pejabat haji, 28 April 1993)

Umat Islam, Umat Yang Mulia

Di Afrika, Asia, dan Timur Tengah ada berapa banyak negara Islam dengan rezim-rezimnya yang silih berganti sementara umat Islam di sana masih tetap terkucil dan tersisihkan. Irak misalnya. Dulu negara itu dikuasai oleh rezim kerajaan. Setelah rezim kerajaan tumbang datang satu rezim baru dengan beberapa penguasa yang silih berganti. Sampai akhirnya orang-orang partai Baath berkuasa. Dalam semua masa pergantian rezim dan penguasa itu, hanya umat Islamlah yang tertinggal dan tidak mendapat tempat. Padahal, mayoritas rakyat di sana beragama Islam. Namun dalam transformasi di negeri itu mereka tidak berlibat sama sekali. Atau misalnya juga Mesir. Di sana memang ada kelompok bernama Ikhwanul Muslimin. Di negara itu terjadi perubahan besar yang menumbangkan rezim kerajaan. Dengan tumbangnya kekuasaan monarki, berdiri sistem republik dan revolusioner dengan tokohnya yang terkenal Gamal Abdel Nasser. Sepeninggal Gamal Abdel Nasser, kekuasaan jatuh ke tangan orang lain. Dalam seluruh proses ini -tentunya sampai menjelang kemenangan revolusi Islam [di Iran]- kubu-kubu Islam berada di pinggir halaman. Tidak ada unsur kubu Islam yang bermain di tengah medan. Padahal dalam gerakan revolusi awal rakyat Mesir anasir muslim memainkan peran yang besar. Akan tetapi ketika pemerintahan sudah berdiri, kubu muslim disisihkan. Sebagian dijebloskan ke dalam penjara, sebagian dibunuh dan sebagian disingkirkan dari medan. Di sini kubu Islam juga tidak memainkan peran.

(Cuplikan dari khutbah Jumat Ayatullah Khamenei tanggal 3 Ramadhan 1415 H, 3 Februari 1995)

Persis dengan Pekikan Lantang Bangsa Iran

Di Mesir sekelompok pemuda muslim dan warga muslim bangkit memekikkan slogan-slogan Islam, padahal antara mereka dan bangsa kita tidak ada hubungan insani yang semestinya terjalin. Tapi slogan-slogan yang mereka pekikkan sedemikian mirip dengan slogan kita sampai-sampai presidennya yang buruk dan keji itu mengatakan bahwa gerakan ini diprovokasi oleh Iran. Padahal, apa hubungan kita dengan mereka? Mereka adalah bangsa muslim. [Sebagai muslim] mereka meneriakkan slogan Alquran. Mereka sendirilah yang merasa berkewajiban menyuarakan sesuatu di jalan Allah dan bergerak. Persis seperti bangsa Iran yang di masa rezim tagut yang meneriakkan slogan-slogan anti Amerika, anti-arogansi dan anti kediktatoran dunia, dan sampai sekarang pekikan itu masih berlanjut.

(Cuplikan pidato Ayatullah Khamenei  dalam pertemuan dengan para komandan Basij seluruh negeri, 17 November 1992)

Bagi Kubu Arogan, Sunni dan Syiah Sama Saja

Bagi dia (musuh) yang memang memusuhi Islam itu sendiri, dalam permusuhan ini tak ada perbedaan antara Syiah dan suni. Kita menyaksikan sendiri bagaimana kubu arogan mengintimidasi kaum revolusioner suni di Palestina dan Mesir. Mereka bukan dari kelompok Muslim Syiah 12 Imam, tapi saudara-saudara kita dari kalangan ahlusunah. Kalian melihat sendiri bagaimana tekanan yang mereka alami. Di mata kubu istikbar, (perbedaan mazhab) tidak ada bedanya. Musuh membenci Islam, cabang-cabangnya dan para pengikutnya dalam segala bentuk. Kini musuh berdiri mengambil posisi seakan berada di satu pihak tertentu dari kelompok-kelompok mazhab untuk melawan mazhab lain dan mengeluarkan dana untuk misi ini. Kita harus bersikap cerdas.

(Cuplikan pidato Ayatullah Khameneni dalam pertemuan dengan para rohaniwan, 26 Desember 1989)

Komentar Anda?

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.