Saya hanya kuat beberapa detik melihat video pembunuhan keji atas nama Allahuakbar tersebut, setelah itu saya coba sampaikan tulisan ini. Saya berusaha menuliskannya dalam kondisi aliran darah yang tidak stabil. Dalam kondisi mata menangis, membayangkan Rasulullah saw. yang “berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin” (QS. 9: 128). Perhatikan kalimat tersebut. Rasul merasa berat, sedih karena penderitaan umatnya, padahal manusia yang paling mendapat ujian besar adalah beliau!
Kalian yang membenci kelompok lain atas nama agama tahu betapa Rasul mendapat perlakuan yang tak kalah keji; tak seorangpun sanggup menerima. Mulai dari cercaan, tuduhan gila, tukang sihir, hingga gangguan fisik, jebakan duri di jalanan, timpukan batu dan kotoran, gigi yang patah dan darah yang mengalir dari tubuh sucinya. Ketika nabi-nabi sebelumnya mendapat ujian, mereka memohon kepada Allah menurunkan azabnya. Tapi Rasulullah mengatakan mereka itu hanyalah orang-orang yang tidak mengetahui. Apa yang rasul bangun selama ini, beberapa bagiannya runtuh oleh orang yang mengaku pengikutnya.
Saya sedang tidak ingin membahas dari mana asal-usul atau dengan teori konspirasi apa Ahmadiah muncul. Setiap kelompok bahkan setiap orang berubah cara pandangnya, dengan merekonstruksi pemikirannya. Cobalah sekali-kali Anda melihat MTA International (stasiun televisi milik Ahmadiah). Mereka menyebut salawat dengan lengkap sampai kepada keluarga Nabi Muhammad dan Nabi Ibrahim as, bahkan mereka menggelari sahabat dengan radhiallâhu ‘anhum. Bukankah dua kalimat syahadat menjadi pengikat?
Seandainya syahadat itu dianggap sebagai “kedok” saja, apa kita tahu bahwa Ahmadiah hanyalah satu sekte yang sama? Sebagaimana Islam terdiri dari berbagai kelompok, Ahmadiah juga pasti memiliki berbagai kelompok; dan sebagian kelompok itu hanya menganggap Ghulam Ahmad sebagai pembaru. Kita tidak bisa menyamaratakan semua sama. Apa yang kita tahu dari luar belum tentu sama dengan yang di dalam. Lagi pula, banyak orang awam di Ahmadiah yang mungkin juga tidak tahu apa-apa.
Lebih dari itu, bisakah kita menempatkan diri kita pada posisi orang lain, atau setidaknya merasakan kondisi orang lain? Saya merasakan menjadi bagian minoritas. Anda juga bisa merasakan menjadi bagian minoritas muslim di belahan bumi Eropa atau Amerika sana; yang terus mendapat tekanan, intimidasi dari orang lain. Tapi kita semua tahu ancaman bukan cara dan tidak akan merubah apapun, kecuali menguatnya keyakinan kita. Ancaman hanyalah alat orang-orang lemah.
Coba, kita lihat dari sisi lain yang sering dilupakan: kemanusiaan. Kalau syahadat yang mereka ucapkan tidak cukup menjadi pengikat ukhuwah islamiah, bukankah kita masih punya ukhuwah insaniah? Rasulullah saw. mengatakan saudara kita ada dua: saudara dalam agama dan saudara dalam kemanusiaan. Ahmadiah hanya satu contoh dari mereka yang mengucapkan syahadat. Coba kita buka hadis sahih riwayat Muslim. Ketika dihadapan Rasulullah lewat iring-iringan jenazah, beliau berdiri. Orang mengatakan jenazah itu seorang Yahudi! Apa jawab Rasulullah? “Bukankah ia juga manusia?”
Bayangkan Rasulullah menghormati jenazah! Lebih dari itu, jenazah tersebut adalah seorang Yahudi! Tapi Anda atau siapapun Anda yang mendukung aksi binatang dalam video tersebut, menganggap orang lain yang tidak sepaham dengan Anda sebagai binatang. Kita marah ketika non-muslim menuduh Islam tersebar melalui pedang, tapi justru kita sendiri menyebarkannya melalui kebencian. Siapapun Anda yang mendukung aksi tersebut sedang menghancurkan Islam yang Rasulullah saw. bangun atas nama Islam dan Rasulullah saw.
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. 16: 125)
Catatan: Ada beberapa analisis mengenai video dan kejadian dibalik peristiwa Cikeusik tersebut, yang sebenarnya cukup menarik, dan mengindikasikan adanya konspirasi besar entah dengan tujuan apa. Meskipun demikian, aksi keji atas nama Allahuakbar tersebut tidak bisa dibenarkan oleh umat muslim, bahkan manusia, berakal.
Artikel Terkait: Jangan Bela Islam dengan Makian! |
Last modified: February 11, 2011 |
kalau bahai gimana?
Fokus utama tulisan di atas: bagaimana menyikapi.
saya teringat sebuah kejadian di makkah… dimasjid ada dua orang sholat, yg satu menunjukkan jarinya ketika tasyahud,.. yg satu tidak,.. lantas orang yg pertama tadi mengadili orang yg kedua,… dengan memotong jari tanganya… hanya karena tidak menelunjukkan jari pada waktu tasyahud….
apakah halal? memotong, menyakiti orang lain yg beda keyakinan dengan semena2?…. tapi inilah yg sedang kita lihat di indoneesia…
so sweet… 🙂
Saya teringat apa yang terjadi di Poso dan Maluku tentang pembantaian islam, karena islam ingin memaksakan apa yang mereka
kehandiki Maluku akan dijadikan “Syariat dan negara islam”tetapi mereka berhadapan dengan Patimurah Mudah yang memang jiwa perang. Kita bantai habisan islam Jawa dan beberapa mayat kami masukan dalam Kontainer baru kami buang dilaut Maluku.
Memang islam hanya dapat beraksi di Jawa dan sekitarnya, tetapi bahagian Indonesia; Mereka seperti Tikus-Tikus islam yang tidak punya harga dalam mata anak daerah, kita bantai habisan akhirnya larkar JHihad jawa pulang kampung dengan hasil rampohan harta anak daeran. Pengalaman kami yang indah dan mengerikan saat kita membantai islam di Poso dan Maluku.