Tidak diragukan lagi, tabung (tube) yang berada di setiap rumah ini telah banyak mempengaruhi masyarakat: televisi. Tahun 1976, sebuah film satire berjudul Network telah menjelaskan bagaimana televisi mampu menipu manusia—menipu dalam arti harfiah. Howard Beale yang berperan sebagai seorang pembawa acara di UBS menjelaskan seluk-beluk televisi. Penjelasannya itu masih relevan hingga sekarang. Meski secara perlahan, peran televisi sudah mulai terbagi oleh internet.
Ketika mendapat kesempatan membawakan acara The Howard Beale Show, ucapannya itu mampu merubah banyak orang. Ada orang-orang yang sudah puluhan tahun merasa tidak perlu lagi melihat televisi. Saya coba ringkaskan inti dari ucapannya:
Kenapa kita tahu peristiwa yang tidak penting dan tidak ada pengaruhnya bagi kehidupan? Karena kita menyaksikan televisi! Kita jarang baca koran dan nyaris tidak pernah baca buku. Seolah, satu-satunya kebenaran hanyalah televisi. Tabung televisi seolah telah menjadi “wahyu” Alkitab. Padahal televisi menjadi sebuah kekuatan mengerikan di dunia yang tak berketuhanan (godless world). Perusahaan besar menguasai industri propaganda ini.
Televisi bukanlah kebenaran. Televisi cuma taman hiburan dengan sirkus, karnaval, akrobat, pendongeng, penari, penyanyi, dan pemain football. Kita berada di bisnis yang membosankan! Kalau ingin kebenaran, datangilah Tuhan, datangilah diri sendiri. Di sanalah kita mendapatkan kebenaran sejati. Kita tidak pernah mendapatkan kebenaran dari televisi karena isinya hanyalah kebohongan yang kita inginkan. Televisi memberikan khayalan. Tapi kita siang-malam duduk di depannya dan mulai mempercayainya. Kita meniru perilaku, pakaian, makanan, bahkan membesarkan anak melalui televisi. Demi Tuhan, kitalah yang sebenarnya nyata; televisi hanyalah ilusi.
Oke, sekarang silakan kita perhatikan sendiri televisi di Indonesia. Dari belasan stasiun televisi nasional (dan berpuluh televisi lokal), tujuh hari seminggu, dua puluh empat jam sehari, berapa persen yang benar-benar bermanfaat bagi kehidupan? Saya yakin, jawabannya akan jauh lebih sedikit jika pertanyaannya: berapa persen yang bermanfaat bagi kehidupan yang abadi di akhirat?
Jawaban yang kita temukan justru banyak acara yang, kalau kita renungkan, kuranglah bermanfaat. Sejak pagi kita sudah disuguhi acara (gosip) selebriti, sampai di malam hari kita dihipnosis oleh sinetron, pencarian bakat fisik, dan bahkan acara agama yang dipaksakan tampil harus diselingi tawa hahahihi… Pasangan lawan jenis di televisi yang bukan muhrim—termasuk yang jenis kelaminnya tidak jelas—sudah lazim dan bertukar. Belum lagi iklan yang menjadi sumber nafkah televisi sering menayangkan wanita sebagai komoditi.
Acara Big Brother yang diadaptasi dari 70 negara juga akan masuk Indonesia. Reality show bersimbol one-seeing eye anti-Christ yang hadir di 70 negara ini mustahil tidak dikuasai oleh kekuatan global dengan tujuan tertentu. (Apa dan siapa dajal yang saya maksud baca di sini). Singkatnya, konten televisi saat ini lebih banyak yang “tidak menyehatkan”; hanya memuaskan fantasi belaka. Tidak heran muncul kampanye seperti “Hari Tanpa TV“. Tentu ini bukan sekedar masalah alat. Ini masalah siapa yang menguasai dan mengelola industri pertelevisian.
Pasti kita rindu stasiun televisi yang ideal. Berharap ada stasiun televisi dengan acara-acara yang “sehat”. Memberi manfaat bagaimana menjalani kehidupan yang baik. Mengingatkan kita pada dunia yang sementara. Menyadarkan kita akan adanya Tuhan yang selalu mengawasi kita. Bukan berarti dan tidak harus stasiun televisi yang dikuasai agama tertentu. Tapi, televisi yang acara di pagi harinya menyiarkan berita bermanfaat. Tentu, kita perlu tahu peristiwa apa yang terjadi di dunia. Kemudian acara mengenai anak-anak, dengan cerita dan nasihat-nasihatnya. Acara mengenai wanita, yang membantu ibu rumah tangga dalam mengatur keluarga di rumah… Di setiap pergantian acaranya diselingi dengan kata-kata hikmah. Ya, silakan sebutkan acara bermanfaat tersebut. Anda bebas menyebutkannya karena ia hanyalah stasiun televisi idaman.
Catatan: Contoh stasiun televisi harapan saya yang ada di rumah, Ahlulbayt TV livedi sini! Iqraa TV milik Saudi juga lumayan bagus 😀
hmm, pernah nyari gak ketemu. ternyata namanya “Network”. Syukran 🙂
Sama-sama. Heran, semua yg dipilih “embedding disabled”.
semua yang dipilih maksudnya video lain yang sama isinya? mungkin sama uploadernya gak boleh.
itu cuplikan dari howard bener2 mengena ama ana pas nonton the arrival (tp emang sebelumnya pernah nonton di serial yg lain)
dan skarang hampir g ada acara yg ana percaya (termasuk berita) hahahaha
apalagi tau beberapa tv emang dimiliki orang2 yang punya kelakuan ‘hitam’ di dunia bisnis dan politik
lebih-lebih lagi ketika tahu bahwa sumbangan bencana ternyata sudah umum dikorupsi oleh mereka. wallahu a’lam 🙂
Wuih, kelakuan ‘hitam’ itu termasuk black magic …? Atau kayak nyembah setan gitu…? 😀
tergantung setannya sih, klo hitam ya cocok
klo setannya polka dot ya beda lagi
klo yang nyembah buta warna bisa makin ruwet :)))
menurut saya, televisi nasional yg cukup bermutu acara nya itu adalah Trans7 sewaktu siang sampai sore,
walaupun itu adalah acara-acara yg dikhususkan untuk anak-anak,
tapi saya suka menontonnya.
karena banyak wawasan baru yg bisa saya dapat.
contohnya seperti acara Dunia Air, Dunia Binatang, Si Bolang, Laptop si Unyil, dll.