Muhammad al-Tijani. Dulu ia dikenal sebagai seorang ulama mazhab Maliki. Kini ia memeluk mazhab Syiah ahlulbait. Keputusannya untuk berpindah dilalui dengan penelitian, pengalaman, dan perjalanan yang tentu tidak singkat. Karena itulah dalam beberapa bukunya, ia juga melakukan otokritik terhadap perilaku sebagian pengikut Syiah yang menurutnya kurang tepat. Salah satu di antaranya adalah dalam hal membaca doa dan Alquran. Ia mengkritik sebagian orang yang lebih mengutamakan firman yang naik (doa) dan terkesan mengabaikan firman yang turun (ayat).
Firman yang Naik
Imam Khomeini menilai Mafâtih Al-Jinân sebagai kitab yang berisikan firman yang naik. Kitab yang disusun oleh Syekh Abbas Al-Qummi ini berisikan doa, munajat dan amalan sehari-hari sepanjang tahun yang diajarkan oleh keluarga suci Rasulullah saw. Selain kitab tersebut juga terdapat Shahîfah Sajjâdiah yang dijuluki sebagai Zaburnya keluarga Muhammad saw. Kitab ini berisikan munajat indah Maulana Ali Zainal Abidin yang naik ke haribaan Allah Swt.
Ketika bermunajat dan berdoa kepada Allah, ahlulbait Rasulullah saw. selalu berada dalam kondisi tak sadarkan diri dan perhatian mereka terfokus kepada-Nya. Mereka begitu menikmati komunikasi naik kepada Kekasihnya. Karenanya, musibah terbesar manusia—na’udzubillâh—adalah ketika kita sudah merasa bosan bermunajat kepada Allah dan tidak merasakan kenikmatannya.
Ayatullah Mazaheri pernah mengingatkan tentang pentingnya mendekatkan diri kepada Allah melalui doa. Beliau mengingatkan kita untuk selalu menyertakan doa dalam setiap langkah kehidupan, karena Allah Swt. sangat dekat dan cepat dalam mengabulkan setiap doa. Allah Swt. berfirman, “Ketahuilah, sesungguhnya Allah menjadi pembatas antara manusia dengan hatinya.” (Q.S. 8: 24)
Doa mampu menghubungkan manusia dengan Allah secara langsung. Namun karena kedudukan spiritual manusia tidak sama di hadapan Allah, maka ada kalanya kita bertawasul kepada kekasih-Nya. Sekaitan dengan seruan untuk meminta kepada Allah, ada hal yang perlu diingatkan sebagaimana yang disampaikan oleh Ayatullah Araki, “Sungguh Allah Swt. menangguhkan namun tidak mengabaikan. Allah memiliki kesabaran yang banyak, namun janganlah engkau terperdaya.”
Firman yang Turun
Imam Khomeini juga mengatakan bahwa Alquran adalah firman yang turun dari Allah Swt. kepada hamba-hamba-Nya; turun dari hujub nurani dan zhulmani, supaya dapat dipahami, dilihat, dan didengar. Ia merupakan perkataan dan sapaan Tuhan kepada hamba-Nya. Jika seorang hamba tidak memiliki hubungan naluri yang mesra dan kerinduan dengan Tuhannya, niscaya ia akan terjerumus di kehidupan dunia dan akhirat.
Tapi mengapa kita yang tidak bisa bahasa Arab masih tetap membaca Alquran? Prof. Quraish Shihab pernah memberikan perumpamaan yang masih saya ingat sampai saat ini. Ada seorang ibu yang buta huruf menerima surat dari anaknya yang sudah lama berpergian jauh. Tapi ketika melihat dan mencoba membacanya, sang ibu menangis. Dia tidak bisa membaca tapi karena rasa rindu dan cinta, air mata tetap mengalir.
Apapun motivasi manusia dalam membaca Alquran, akan selalu muncul perasaan tenang dan damai ketika dan setelah membacanya. Kita membaca firman-firman Tuhan dan ketika sampai pada kalimat “wahai orang-orang yang beriman” itu artinya Allah sedang berdialog dengan kita. Menurut sebuah hadis, kesulitan kita saat membaca Alquran karena tidak lancar justru akan diganjar pahala dua kali lipat: pahala karena membaca dan pahal karena usaha sungguh-sungguh.
Hubungan yang dekat dan mesra antara Khalik dan makhluk akan membawa manusia kepada suatu posisi di mana ketika ia membaca Alquran niscaya ia akan memahami bahwa Allah Swt. sedang berbicara dengan dirinya. Ketika ia berdoa kepada Allah, ia memahami bahwa ia sedang berbicara dengan Allah Swt. Imam Khomeini berkata, “Seorang manusia dapat membangun dirinya dari dua hal: pertama Alquran dan kedua doa.”
Di bulan puasa ini, Rasulullah saw. dan ahlulbaitnya senantiasa mengkhatamkan Alquran pada setiap malam Ramadan dan sangat menganjurkan pengikutnya untuk memperbanyak membaca doa dan Alquran. Berikut ini saya kutipkan dari kitab Mafatihul Jinan, doa sebelum dan sesudah membaca Alquran, yang diajarkan oleh Imam Jafar Ash-Shadiq a.s. Sebuah komunikasi kalam yang naik terhadap kalam yang turun. Semoga bermanfaat!
Doa Sebelum Membaca Alquran
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang |
بسم الله الرحمن الرحيم |
Ya Allah, sampaikan salawat kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad |
اللهم صلي على محمد وآل محمد |
Ya Allah, aku bersaksi bahwa sesungguhnya Alquran adalah kitab-Mu yang diturunkan dari sisi-Mu kepada rasul-Mu, Muhammad bin Abdillah saw. |
اللهم إني أشهد أن هذا كتابك المنزل من عندك على رسولك محمد بن عبد الله صلى الله عليه وآله |
Firman-Mu yang diucapkan melalui lisan nabi-Mu |
وكلامك الناطق على لسان نبيك |
Engkau jadikan Alquran sebagai petunjuk bagi ciptaan-Mu serta sebagai tali penghubung yang menghubungkan antara Engkau dan hamba-Mu |
جعلته هاديا منك إلى خلقك وحبلا متصلا فيما بينك وبين عبادك |
Ya Allah, sesungguhnya aku hamparkan janji dan kitab-Mu |
اللهم إني نشرت عهدك وكتابك |
Ya Allah, jadikanlah pandanganku kepadanya (Alquran) sebagai ibadah, bacaanku atasnya sebagai pemikiran, dan pemikiranku atasnya sebagai pelajaran |
اللهم فاجعل نظري فيه عبادة وقراءتي تفكرا وفكري اعتبارا |
Jadikanlah aku sebagai orang yang menasihati manusia dengan nasihat-nasihat-Mu yang terkandung di dalamnya, menasihati manusia agar menjauhkan diri dari bermaksiat kepada-Mu |
واجعلني ممن أتعظ ببيان مواعظك فيه وأجتنب معاصيك |
Janganlah Engkau tutup pendengaranku (sehingga aku tidak memperoleh pelajaran) ketika aku membacanya dan jangan halangi pandanganku (untuk memperoleh pelajaran) |
ولا تطبع عند قراءتي على سمعي ولا تجعل على بصري غشاوة |
Janganlah Engkau jadikan bacaanku sebagai bacaan yang tanpa pendalaman terhadap kandungannya |
ولا تجعل قراءتي قراءة لا تدبر فيها |
Tapi jadikanlah dengan membacanya aku dapat mengambil manfaat pelajaran dari ayat-ayat dan hukum-hukumnya yang menjadi rujukan hukum-Mu |
بل اجعلني أتدبر آياته وأحكامه آخذ بشرايع دينك |
Janganlah Engkau jadikan pandanganku sebagai pandangan orang yang lalai dan bacaanku sebagai bacaan yang meragukan |
ولا تجعل نظري فيه غفلة ولا قراءتي هذرا |
Sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Penyayang |
إنك أنت الرؤوف الرحيم |
Doa Sesudah Membaca Alquran
Ya Allah, sungguh aku telah membaca ketetapan-ketetapan dalam kitab-Mu |
اللهم اني قد قرأت ماقضيت من كتابك |
Yang telah Engkau turunkan kepada nabi-Mu yang jujur saw. |
المنزل على نبيك الصادق صلى الله عليه واله وسلم |
Kepada-Mu segala puji, wahai Tuhan kami |
فلك الحمد ربنا |
Ya Allah, jadikan aku termasuk ke dalam golongan yang menghalalkan apa yang Engkau halalkan dan mengharamkan apa yang Engkau haramkan |
اللهم اجعلني ممن يحل حلاله ويحرم حرامه |
Mengimani ayat-ayat yang muhkamat (arti yang tersurat) dan yang mutasyabihat (arti yang tersirat) |
ويؤمن بحكمه ومتشابهه |
Jadikanlah Alquran sebagai penolong diriku ketika dalam kubur dan ketika di hari pengadilan |
واجعله لي انسا في قبري وانسا في حشري |
Jadikanlah aku termasuk dalam golongan yang diangkat derajatnya ke tempat yang tinggi dengan perantara setiap bacaan yang kubaca |
واجعلني ممن ترقيه بكل آية قراتها درجة في اعلى علين |
Perkenankanlah permohonan kami, wahai Pemelihara alam semesta |
امين رب العالمين |
sebenernya kan : wahai orang-orang yang SUDAH beriman
orang-orang yang disapa Allah ini adalah orang2 yang sudah berkali-kali dan terus2an melakukan aktifitas keimanan sampai berbekas dalam hati dan kehidupan mereka
bahkan syarat seorang mu’min tidak semudah ‘sekedar percaya’ tapi seperti pada surat almu’minun (klo tdk salah) adalah menjaga lisan, faraj, sholat yang khusyu yang semuanya itu bukan sesuatu yang mudah
Sepertinya benar bahwa keimanan itu ada tingkatannya, sehingga bisa naik-turun, ya?
yaaa setuju
dari ainul yaqin ampe kamalul yaqin
atau istilah apa aja yang menggambarkan tingkatan2 itu
Alhamdulillah. Trm ksh utk share ilmunya Bang Ali Reza. Utk doa dr Imam Ja’far AS, apakah ada yg tdk gundul sehingga bisa dibaca oleh org awam spt saya. Trm ksh