Tidak mungkin, tidak bisa, atau lebih tepatnya tidak mudah. Meskipun persahabatan merupakan fitrah dan kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk sosial, tetapi ketika dihadapkan kepada lawan jenis, ia menjadi tidak semudah yang dibayangkan. Selain didasari kesimpulan pengalaman pribadi, saya juga bertanya kepada beberapa teman (terima kasih yang sudah mau berbagai opini) tentang mungkinkah pria dan wanita bersahabat secara tulus, tanpa melibatkan perasaan.
Jawaban dari teman-teman wanita, secara umum terbagi menjadi dua: “mungkin” dan “mungkin, tapi…” Sedangkan teman pria memberi jawaban yang berujung pada satu kesimpulan: “sulit”.
Sayid Hussein Fadlallah mengatakan bahwa persahabatan pria dan wanita terkadang bisa berubah secara tiba-tiba menjadi daya tarik kemesraan dan keterbukaan perasaan (al-intifah asy-syu’ûrî).[1] Persahabatan yang awalnya untuk memenuhi kepuasaan emosional atau spiritual berubah karena dan/atau menjadi daya tarik fisik. Tentu saja hal ini akan menggiring ke arah penyimpangan dari tujuan asli persahabatan. Kepuasan yang pada awalanya dirasakan bisa berubah menjadi ketidakpuasaan.
Ketidakpuasan bisa terjadi karena perasaan yang muncul terhalangi oleh, misalkan, ketidakinginan salah satu pihak atau keluarga untuk melanjutkan hubungan ke arah pernikahan. Lebih buruk lagi, intensnya persahabatan lawan jenis yang dilakukan oleh orang yang sudah menikah bisa memicu perselingkuhan dan bahkan perceraian.
Mengapa terjadi daya tarik yang begitu kuat antara pria dan wanita, meskipun dengan dalih persahabatan? Menurut Syahid Motahhari, hal itu dikarenakan pria menemukan kekaguman pada diri wanita dan wanita mendapatkan pengakuan dari ketulusannya. Pria ingin memiliki wanita lebih jauh dan wanita ingin menaklukkan hati pria. Pria ingin menguasai wanita melalui akalnya dan wanita ingin mempengaruhi pria melalui hatinya.[2]
Sebenarnya secara umum, ketidakmudahan persahabatan lawan jenis ini dialami oleh pria maupun wanita. Tapi mengapa pria cenderung menganggapnya lebih sulit? Hal tersebut mungkin dikarenakan wanita lebih mampu untuk menguasai dorongan seksual dibandingkan dengan pria. Sedangkan sexual drive pria cenderung lebih agresif.[3] Tentu saja ketertarikan tidak melulu disebabkan oleh fisik, tetapi bisa juga muncul karena karakter dan sifat. Dalam kasus seperti itulah, pria yang lebih mudah berada dalam kondisi friend zone.
Menurut saya, pertemanan lawan jenis bukan kemudian menjadi sesuatu yang seharusnya dihindari. Pertemanan lawan jenis, dengan tetap menjaga norma, juga bisa menjadi awal bagi dimulainya hubungan yang serius. Menurut Ayatullah Mazaheri, jika kita ingin menyamakan persyaratan dalam bersuami istri dengan syarat persahabatan secara umum, kita dapat menyimpulkan dua syarat penting dalam persahabatan sesuai dengan hadis Rasulullah saw: akhlak dan agama.[4]
Both love and friendship are gratified by seeking the good of the object; but love is more selfish in its nature than friendship; in indulging another it seeks its own, and when this is not to be obtained, it will change into the contrary passion of hatred…[5]
Baca Juga:
Maaf ya gan bkn’y saya nyindir atau gmana nh, sbelum’y minta maaf bgt. Kyak’y pnjelasan agan ini trlalu mendramatisir alias lebay..
Bukti’y saya udah bertahun2 pnya temen & sahabt wanita tp ga ad perasaan cinta ataupun sbg’y biasa2 aj, ga semua pria sprti yg agan jelasin di atas..
Maaf atas comentar yg kurang brmutu ini ^^
#peace..
aku jg ber thn2 bnyk shbtan am cowok…smua jg baik2 sj…g ad perasaan, smua hanya persaudaraan.
ada benerny juga. saya bersahabat dg laki2 sudah 4 thun n skrng kmi ingin menjalani hub. yg lebih serius
Segala sesuatu yang berlebihan itu gak baik👌
Menurut ku sih agak sulit bersahabat dengan wanita, karena lama-lama selalu timbul rasa suka dan akhirnya jatuh cinta, dan kalo udah jatuh cinta batasan persahabatan itu jadi blur.