Kata “Ahlulbait” dalam Alquran

Ada seseorang yang kerap kali berkunjung ke blog ini (serta blog lainnya) dan konsisten dalam berkomentar tentang topik yang sama. Sesekali dia datang dan kembali meng-copy-paste hipotesisnya. Orang itu beranggapan bahwa konflik suni-Syiah disebabkan perebutan tahta ahlulbait. Dia juga mengatakan bahwa ahlulbait (dan keturunan nabi) sudah tidak ada, sehingga sepantasnya tidak perlu ada lagi konflik suni-Syiah.

Dia mungkin mencoba untuk menyederhanakan masalah. Sangat mungkin dia akan kembali lagi ke blog ini dan mengulang hipotesisnya. Saya jadi berpikir, kalau ahlulbait sudah tidak ada, mengapa nabi saw. mewasiatkan umatnya untuk berpegang teguh pada Alquran dan ‘itrah, ahlulbait (HR. Muslim)? Kalau Alquran suci, bagaimana mungkin dipadankan dengan yang tidak suci? Kalau Alquran kekal dan menjadi petunjuk hingga saat ini, bagaimana pantas dipadankan dengan sesuatu yang sudah tidak ada? Berikut ini sekelumit penjelasan tentang kata “ahlulbait” dalam Alquran yang saya kutip dari A Shi’ite Encyclopedia.

Keluarga Ibrahim

Alquran bersaksi bahwa Sarah, istri nabi Ibrahim a.s., diberkahi oleh para malaikat dan diberi kabar gembira bahwa dia akan melahirkan dua nabi Allah:

Dan istrinya berdiri lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir) Yakub. Istrinya berkata: “Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua dan suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh.” Para malaikat itu berkata: “Apakah kamu merasa heran dengan ketetapan Allah? Rahmat dan keberkahan Allah dicurahkan kepada kalian wahai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.” (11: 71-73)

Karena keberkahan dan rahmat Allah diberikan kepada keluarga Ibrahim, ayat di atas menjadi alat tendensius bagi beberapa komentator untuk mencari argumen dan memasukkan istri-istri nabi saw. ke dalam istilah ahlulbait. Mereka beranggapan karena Sarah istri nabi Ibrahim termasuk ke dalam istilah ahlulbait dalam ayat di atas, maka seluruh istri nabi saw. juga termasuk ke dalam surah Al-Ahzab ayat 33 yang berkaitan dengan kemurnian dan keutamaan ahlulbait Nabi Muhammad saw.

Namun, sengaja atau tidak, para komentator itu mengabaikan pentingnya ucapan malaikat. Jika Sarah, istri Ibrahim, dimasukkan ke dalam istilah ahlulbait yang digunakan dalam ayat di atas, hal itu bukan karena dia istri Ibrahim, tapi karena dia akan menjadi ibu dari dua nabi (Ishak dan Yakub). Sarah disebut oleh malaikat dalam ayat di atas sebagai anggota ahlulbait, setelah dia menerima anugerah bahwa dia mengandung Nabi Ishak a.s.

Hubungan pernikahan antara pria dan wanita merupakan kondisi sementara dan bisa berhenti kapan saja. Istri tidak bisa menjadi pasangan yang kekal bagi suami dan masuk ke dalam amanat surgawi yang diberkahi dengan keunggulan, kecuali dia membawa putra yang menjadi seorang nabi atau imam. Dengan demikian, jika kita menganggap Sarah sebagai anggota keluarga, hal itu hanya karena dia akan menjadi ibu dari Ishak, bukan istri Ibrahim. Ayat 71-73 yang dikutip di atas menunjukkan bahwa Sarah disapa di antara ahlulbait setelah dia tahu bahwa dia memiliki Ishak a.s.

Keluarga Imran

Demikian juga, Alquran menyebut ibu nabi Musa di antara ahlulbait Imran. Lagi-lagi, sebagaimana yang bisa kita lihat di ayat berikut, penekanan di sini adalah ibu dari nabi Musa dan bukan istri Imran:

Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui sebelum itu; maka berkatalah saudari Musa: “Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlulbait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?” Maka kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. (28: 12-13)

Ibu nabi Musa disebut sebagai ahlulbait bukan sebagai istri Imran, tapi karena menjadi ibu dari Musa, karena para istri tunduk terhadap perceraian dan bisa digantikan dengan wanita yang lebih baik (Quran 66: 5) sebagaimana yang dikatakan oleh Zaid bin Arqam. Hal ini diilustrasikan oleh istri nabi Nuh dan Luth; meskipun mereka adalah istri dari hamba-hamba Allah, mereka tidak dianggap  sebagai ahlulbait. Mereka binasa bersama umat tersisa. Zaid bin Arqam berkata: “Ahlulbait nabi adalah garis silsilah dan keturunan (yang berasal dari darah dagingnya) yang diharamkan menerima zakat.”

Istri Imran berada di garis Musa, sebagaimana istri Ibrahim berada di garis Ishak dan Yakub. Demikian pula, jika Fatimah berada di antara ahlulbait nabi saw., hal ini bukan hanya karena dia putri dari nabi saw., tapi juga ibu dari dua imam.

Keluarga Nuh

Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya.” Allah berfirman: “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sungguh perbuatannya tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahuinya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.” (11: 45-46)

Abul Ala Maududi menulis dalam komentarnya terkait ayat di atas:

Jika bagian dari tubuh seseorang membusuk dan ahli bedah memutuskan untuk memotongnya, ia tidak akan mematuhi permintaan pasien yang berkata, “Jangan potong, karena itu bagian dari tubuhku!”. Ahli bedah akan menjawab, “Ia bukan lagi bagian dari tubuhmu karena ia membusuk.” Begitu juga ketika seorang ayah yang baik diberi tahu bahwa putranya berlaku tidak baik, itu berarti untuk mengimplikasikan bahwa usaha yang dilakukan untuk membawa dia sebagai anak yang baik telah sia-sia dan berakhir dengan kegagalan.

Referensi suni:

Komentar Quran oleh Abul Ala Maududi (diterbitkan oleh the Islamic Publications (Pvt) Limited), h. 367, tentang ayat 11:45-46

Nabi Nuh a.s. memohon untuk putranya dan jawabannya adalah putra itu tidak pantas menjadi anaknya. Melalui ayat tersebut, hal ini menjadi jelas bahwa meskipun seseorang berasal dari darah dan daging yang sama, lahir melalui orang tua yang sama, tapi jika ia tidak memiliki kualitas yang baik yang dimiliki orang tuanya maka dia tidak memiliki saham dari orang tuanya (sebagaimana disebut dalam ayat kedua di atas). Nuh memiliki tiga putra, Ham, Sam, dan Yafet yang beriman dan bersama istri mereka memasuki bahtera dan selamat, sedangkan Kan’an adalah putra Nuh dari istri yang berbeda yang tidak beriman dan musnah bersama putranya.

Dapat disimpulkan bahwa jika seseorang tidak memiliki kebaikan iman yang benar pada Allah, meskipun dia putra rasul, dia tidak berada dalam saham orang tua; lahirnya dia yang berasal dari orang tua tertolak, bahkan hak untuk berada di bumi Allah juga ditarik darinya, dan musnahlah dia.

Oleh karena itu, meskipun seseorang itu putra dari nabi Allah, kurangnya kebajikan membuatnya tidak diakui sebagai bagian dari ‘itrah keluarga kerasulan. Karena alasan inilah istilah ahlulbait terbatas pada anggota keluarga nabi yang layak dan tidak meliputi semua orang yang lahir dari darahnya. Ahlulbait hanyalah pribadi-pribadi di antara keturunan nabi yang juga memiliki kedekatan karakter dan pencapaian spiritual sepenuhnya bersama nabi saw.

Penerjemah: Ali Reza Aljufri © 2012

31 respons untuk ‘Kata “Ahlulbait” dalam Alquran

  1. Ahlulbait hanyalah pribadi-pribadi di antara keturunan nabi yang juga memiliki kedekatan karakter dan pencapaian spiritual sepenuhnya bersama nabi saw.

    Kalau pendapat ini yang kita pegang, lalu kenapa ada identitas, gelar tertentu pada setiap depan atau belang nama anak dari cucu tertentu yang sifatnya abadi turuntemurun bahkan ada kesan disakralkan???

    Soal oretan saya dicopy paste ke berbagai laman, blog atau web. ya itu adalah untuk menyampaikan pada para pembaca, ya walaupun satu ayat ya saya upayakan untuk disampaikan.

    Jika pendapat tafsiran saya salah, maka itu ‘pasti’ dari hamba-Nya yang zholim dan banyak dosa, karena itu kehadirat Allah SWT saya mohon ampunan-Nya. Sebalik jika tafsiran saya ini ‘benar’, maka itu memang ayat Allah SWT yang saya cuplik dari Kitab Suci Al Quran yang dibawa oleh Nabi kita Muhammad SAW, lalu saya sampaikan kehadirat pembaca. Ya monggo silah jika benar, disampaikan pada Saudara kita yang lain.

    Jadi soal copy paste, ya dimana-mana sudah biasa, mana ada hasil karya manusia yang asli dari otaknya. Hanya Tuhan, Allah SWT Yang Maha Sempurna.

    1. Masalah gelar atau marga, merupakan hal biasa dan umum di setiap budaya dan kultur. Namun mindset “sakral” itulah yg harus kita ubah melalui pendidikan dan pengetahuan, bukan menyerang.

      Copy-paste yg saya maksud adalah perbuatan yg dilakukan terus-menerus secara instan tanpa terstruktur.

  2. Subhanalloh … Mantabs ya Akhie …
    Argumen yg tidak dapat dipatahkan , kecuali oleh segelintir orang yg tidak mau menerima kebenaran … Keep the Good Post .. I always like it …

  3. Yang pasti!! syiah bukan Islam, syiah sesat dan menyesatkan mengambil Islam sebagai kedok ! syiah jelas produk yahudi yang hal ini selalu dibantah dan diluruskan oleh orang syiah dengan cerita sejarah yang dibuat-buat maklum Takiya kan bagi mereka sudah biasa!!!!
    Tuntunan Muslim adalah Al Qur’an dan Hadist!! keluarga Nabi patut dicintai tapi tidak patut untuk dikultuskan…anak muda bilang yang wajar2 aja bung.
    Zionist, freemason illuminati dan syiah adalah kakak beradik, bertaubatlah atau jika memang kekeuh jangan bawa2 nama Islam dalam agama Syiah kalian>

    1. kalau anda bisa mengetahui seseorang adalah sesat di sebuah jalan, artinya anda juga berada di jalan yang sama
      kalau anda mengaku jalan anda berbeda, anda harusnya tidak mengetahui kemana orang itu menuju dan tidak bertemu orang itu 🙂

    2. justru supaya kita tidak ikut tersesat sudah sepatutnya kita belajar kemana arah kesesatan itu. (bung savikovic)

      sudah seharusnya islam itu “fanatik”, kalau anda “benar” mengaku islam.

    3. Astaghfirullah, yang berhak menyatakan Syi’ah bukan Islam hanya Allah SWT., kita tidak berhak. Orang Syi’ah juga mengucapkan laa ilaha illallah, berarti saudara kita. Kalau dia berbuat amal yang tidak cocok dengan kita biar dia yang mempertanggung jawabkan ke Allah, kita tidak usah ikut-ikut mempermasalahkan. Syi’ah tetap saudara kita.

  4. antimajusi says:
    27 Januari, 2012 pukul 14:13

    Yang pasti!! syiah bukan Islam, syiah sesat dan menyesatkan mengambil Islam sebagai kedok ! syiah jelas produk yahudi yang hal ini selalu dibantah dan diluruskan oleh orang syiah dengan cerita sejarah yang dibuat-buat maklum Takiya kan bagi mereka sudah biasa!!!!
    Tuntunan Muslim adalah Al Qur’an dan Hadist!! keluarga Nabi patut dicintai tapi tidak patut untuk dikultuskan…anak muda bilang yang wajar2 aja bung.
    Zionist, freemason illuminati dan syiah adalah kakak beradik, bertaubatlah atau jika memang kekeuh jangan bawa2 nama Islam dalam agama Syiah kalian>
    ————–
    Dasar BODOH bin dungu !!!!
    Al Qur’an dan SUNNAHKU samasekali TIDAK ADA dlm kuttubuh sittah tuh 😛
    cuma ada d kitab mustadrak al-Hakim yg sifatnya klasifikasi hadist golongan C.
    Yg trdapat dalam kuttubuh sittah hanya AL QUR’AN dan ITRAH AHLUL BAYTKU.

    fanatik dipiara y gini nasibnya (_ _”!)

  5. analisanya luarbiasa ja teruskan ana sangat merindukan tulisan tulisan antum yang model begini. lepaskan penamu

  6. Tadinya saya sangat tertarik dg slogan “rahmatan lil alamin.” Tapiii… koq jadi mengerikan gini yah… Masa sih harus saya ikuti orang2 yang bahasanya kasar begini…

    1. Tentu kita tahu bahwa muslim tidak sama dengan Islam, sehingga agama tidak cukup dilihat dari pengikutnya, karena Islam sudah memiliki teladannya sendiri yang diutus Tuhan. Terima kasih.

    2. Iya… Saya hanya merasa prihatin saja, seumur-umur tidak pernah kunjung kelar untuk memahami Islam. Sebegitu banyaknya mazhab, dari mazhab terpecah-pecah lagi dengan beberapa mazhab lagi. Dan, setiap perbedaan faham lebih sering ditemukan pertengkaran yg tidak habis-habisnya. Yang tadinya saya nilai seseorang itu cukup faham dalam agamanya, begitu bersuara, menulis, menjadi tidak ada apa-apanya, karena bahasanya yg kotor dan menjijikan. Tidak sesuai dengan apa yg disampaikan. Disatu sisi membicarakan untuk meneladani Rosulullah SAW, tapi disisi lain bertentangan dg. tingkahnya.

  7. APAKAH ADA KETURUNAN AHLUL BAIT?

    Dlm Al Quran yang menyebut ‘ahlulbait’, rasanya ada 3 (tiga) ayat dan 3 surat.

    1. QS. 11:73: Para Malaikat itu berkata: “Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait. Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah”.

    Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya, maka makna ‘ahlulbait’ adalah terdiri dari isteri dari Nabi Ibrahim.

    2. QS. 28:12: Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusukan(nya) sebelum itu; maka berkatalah Saudara Musa: ‘Maukahkamu aku tunjukkan kepadamu ‘ahlulbait’ yang akan memeliharanya untukmu, dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?

    Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya, maka makna ‘ahlulbait’ adalah meliputi Ibu kandung Nabi Musa As. atau ya Saudara kandung Nabi Musa As.

    3. QS. 33:33: “…Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu ‘ahlulbait’ dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”.

    Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya QS. 33: 28, 30 dan 32, maka makna para ahlulbait adalah para isteri Nabi Muhammad SAW.

    Sedangkan ditinjau dari sesudah ayat 33 yakni QS. 33:34, 37 dan 40 maka penggambaran ahlulbaitnya mencakup keluarga besar Nabi Muhammad SAW. yakni para isteri dan anak-anak beliau.

    Jika kita kaitkan dengan makna ketiga ayat di atas dan bukan hanya QS. 33:33, maka lingkup ahlul bait tersebut sifat dan maknanya menjadi universal terdiri dari:

    1. Kedua orang tua Saidina Muhammad SAW, sayangnya kedua orang tua beliau ini disaat Saidina Muhammad SAW diangkat sbg ‘nabi’ dan rasul sudah meninggal terlebih dahulu.

    2. Saudara kandung Saidina Muhammad SAW, tapi sayangnya saudara kandung beliau ini, tak ada karena beliau ‘anak tunggal’ dari Bapak Abdullah dengan Ibu Aminah.

    3. Isteri-isteri beliau.

    4. Anak-anak beliau baik perempuan maupun laki-laki. Khusus anak lelaki beliau yang berhak menurunkan ke-‘nasaban’-nya, sayang tak ada yang hidup sampai anaknya dewasa, sehingga anak lelakinya tak meninggalkan keturunan.

    Bagaimana tentang pewaris tahta ‘ahlul bait’ dari Bunda Fatimah?. Ya jika merujuk pada QS. 33:4-5, jelas bahwa Islam tidaklah mengambil garis nasab dari perempuan kecuali bagi Nabi Isa Al Masih yakni bin Maryam.

    Lalu, apakah anak-anak Bunda Fatimah dengan Saidina Ali boleh kita anggap bernasabkan kepada nasabnya Bunda Fatimah?. ya jika merujuk pada Al Quran maka anak Bunda Fatimah dengan Saidina Ali tidaklah bisa mewariskan nasab Saidina Muhammad SAW.

    Kalaupun kita paksakan, bahwa anak Bunda Fatimah juga ahlul bait, artinya kita mau mengambil garis dari perempuannya (Bunda Fatimah), maka untuk selanjutnya yang dijadikan patokan nasab seharusnya pemegang waris tahta ahlul bait diambil dari anak perempuannya bukan dari anak lelakinya seperti Fatimah dan juga Zainab, bukan Hasan dan Husein sbg penerima warisnya.

    Dengan demikian sistim nasab yang diterapkan itu tidan sistim nasab berzigzag, setelah nasab perempuan lalu lari atau kembali lagi ke nasab laki-laki, ya seharusnya diambil dari nasab perempuan seterusnya.

    Bagaimana Saidina Ali bin Abi Thalib, anak paman Saidina Muhammad SAW, ya jika merujuk pada ayat-ayat ahlul bait pastilah beliau bukan termasuk kelompok ahlul bait. Jadi, anak Saidina Ali bin Abi Thalib baik anak lelakinya mapun perempuan, otomatis tidaklah dapat mewarisi tahta ‘ahlul bait’.

    Kesimpulan dari tulisan di atas, bahwa pewaris tahta ‘ahlul bait’ yang terakhir hanya tinggal bunda Fatimah. Berarti anaknya seperti Saidina Hasan dan Husein maupun yang perempuan bukanlah pewaris tahta AHLUL BAIT.

    Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

    ليس مِن رجلٍ ادَّعى لغير أبيه وهو يَعلَمه إلاَّ كفر بالله، ومَن ادَّعى قوماً ليس له فيهم نسبٌ فليتبوَّأ مقعَدَه من النار ))، رواه البخاريُّ (3508)، ومسلم (112)، واللفظ للبخاري

    “Tidak ada seorangpun yang mengaku (orang lain) sebagai ayahnya, padahal dia tahu (kalau bukan ayahnya), melainkan telah kufur (nikmat) kepada Allah. Orang yang mengaku-ngaku keturunan dari sebuah kaum, padahal bukan, maka siapkanlah tempat duduknya di neraka” (HR. Bukhari dan Muslim).

    Kalaupun ada anggapan kini ada yang ngaku keturunan nabi atau rasul, ya mereka mengambil nasab yang zigzag dari Bunda Fatimah lalu ke anak lelakinya Saidina Ali seperti Saidina Hasan dan Husein. Yang pasti, Saidina Hasan dan Husein adalah ‘keturunan’ Saidina Ali bin Abi Thalib. Terlebih lagi jika merujuk pada QS. 33:4-5 dan hadits tersebut, maka tetap saja yang ngaku-ngaku sebagai keturunan nabi saat ini adalah keturunan Saidina Ali bin Abi Thalib bukannya keturunan Saidina Muhammad SAW.

    1. Paragraf pertama tulisan di atas cukup terbukti 😀

      Poin 1-3 sudah terjawabkan dalam tulisan. Sekedar tambahan, siapa yang membatasi kekuasaan Allah hanya kepada Sayidah Maryam? Kedudukan siapa yg lebih tinggi antara Sayidah Maryam dan Sayidah Fatimah? Lalu mengapa nabi mengatakan “Al-Mahdi berasal dari keturunanku, keturunan dari Fathimah”?

      Terima kasih ya, Mas. Seingat saya sudah tiga kali komentar Anda yang sama disalin di blog ini terjelaskan.

  8. Mencintai ahlul bait adalah kebaikan, tetapi konsep ahlul bait antara Islam dan Syiah adalah berbeda. Islam mencintai ahlul bait, tetapi ajaran Syiah mengkafirkan, melaknat, dan memaki sebagian mereka, seperti Aisyah istri nabi. Padahal Allah SWT telah memuji istri-istri nabi dan menjadikan mereka ibu bagi umat Islam, dan memaki-maki adalah salah satu perbuatan tercela dalam Islam.

    Oleh karena itu kita mesti berhati-hati tetap ajaran Syiah, karena mereka selalu mengatakan mereka mencintai ahlul bait, tetapi mereka sendiri juga yang mengkafirkan dan memaki sebagian ahlul bait itu sendiri. Ajaran yang membingungkan ini merupakan salah satu ciri ajaran menyimpang, belum termasuk pokok-pokok ajaran Syiah yang lainnya. Sekali lagi, pelajarilah ajaran Syiah dan fakta sejarah tentang mereka dengan baik, agar kita tidak tertipu dengan apa yang terlihat baik, tetapi hakikatnya adalah menyimpang.

    1. Bicara tentang mengkafirkan, melaknat, dan memaki, siapa yang pertama kali melakukan hal-hal tersebut? Begitu Rasul wafat, apa yang terjadi di Saqifah? Apa rapat di situ tidak penuh dengan caci maki dan saling hujat, saling ancam bunuh? Boleh tanya ucapan apa yang dikatakan oleh para sahabat kepada Ustman bin Affan di periode akhir kekalifahannya?
      Bagaimana bisa saya mencintai Ahlul Bait yang melanggar amanah Rasul untuk diam di rumah? Dan mengumpulkan orang-orang untuk memerangi Ahlul Bait satunya, kalifah yang sah?
      Anda bisa menafsirkan Al Quran semau anda, tapi logika saya mengatakan bahwa tiada mungkin 2 kebenaran saling berperang, kecuali salah satunya adalah batil.. Dan mendukung kebatilan adalah kedzoliman.
      Saya menghormati seluruh Ahlul Bait, tapi saya hanya mencintai Ahlul Bait yang dicintai Allah dan Rasul-nya.

  9. Lagi-lagi ini berita bohong dari Syiah. Tidak ada ahlul bait yang seperti itu.
    DISINILAH SALAH SATU LETAK PERBEDAAN ISLAM DAN SYIAH. Islam mengajarkan bahwa ahlul bait saling bersaudara, saling melindungi dan saling menghormati dalam rahmat Islam, sedangkan Syiah mengajarkan saling menfitnah, mengadu domba, melaknat, mencaci maki mereka, dan menyebarkan kebencian kepada sebagian mereka. Jika kalian berani melaknat dan menfitnah orang2 yang dirahmati Allah dalam Alquran, apalagi dengan orang muslim biasa? Oleh karena itu tidak heran jika dalam sejara dan sampai saat ini, dimana kalian berada, selalu membuat pertengkaran dan permusuhan dengan orang Islam. Kenapa banyak sekali hal-hal buruk dalam agama kalian?

    Fitnah Syiah ini sudah diindikasikan oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadist shahih Bukhari Muslim.

    Kepada kaum Syiah, tinggalkanlah ajaran yang banyak berkata bohong / taqiya dan mencaci maki ini. Riwayat2 kalian yang menfitnah tersebut adalah berita-berita bohong yang ulama2 kalian sendiri tidak pernah sanggup membuktikannya.

    Lihatlah perilaku kalian sekarang ini, dipenuhi dendam yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya, mencaci maki, melaknat, dll. Mana ada Islam mengajarkan hal2 seperti ini. Dalam alquran kami diajarkan untuk tidak mencaci maki orang, apalagi jika sudah meninggal, karena sekarang orang itu sudah ada dalam urusan dengan Allah. Sedangkan ajaran Syiah, sudah tidak sesuai fakta, masih menfitnah, mencaci, dan suka berbohong. Perbuatan bohong/taqiyya kalian ini tidak ada dasarnya dalam alquran. Tidakah kalian membaca alquran? Tidakkah kalian malu kepada Allah, malu kepada orang lain dan malu kepada diri kalian sendiri?

    Kepada orang Syiah, tinggalkanlah riwayat2 palsu kalian yang saling mengadu domba tersebut, dan kembalilah kepada Alquran. Orang-orang yang kalian kafirkan, laknat dan caci maki itu adalah orang2 yang Allah telah rahmati dan ridhoi seperti firmannya dalam Alquran, bahkan Allah memerintahkan kita untuk menghormati mereka. Ataukan kalian merasa lebih benar dari Allah SWT? SEKALI LAGI, KEMBALILAH KEPADA ALQURAN. Sungguh Alquran itu adalah petunjuk, rahmat bagi orang yang berakal, bertakwa, sopan santun dan beramal salih.

  10. Untukmu Agamamu Untukku Agamaku, Tak ada sejengkal ilmupun di Dunia ini yang mampu menjawab kehausan dan dahagaku akan ilmu selain ilmunya Ahlul Bait… Semoga Kita bertemu di Padang Mashar Dalam suasana yang sama2 telanjang, sehingga nanti terlihat siapa yang paling benar ilmunya sehingga mampu menutupi kemaluan Kita nanti dalam keterlanjangan… Ilmu itu tidak terdefinisi, tapi kalau aku boleh ibaratkan, ilmu yang benar adalah pemuas dahaga pemiliknya. biarkan saja mereka yang tidak mendapat tegukan air Ahlul Bait untuk berbuat, bicara dan bertindak apa saja. karena orang yang sudah terpuaskan tidak membutuhkan apa – apa lagi selain ketenangan… salam… Billy Adrian Gani…

  11. Kepada orang2 Syiah, oleh karena itu saya himbau, kembalilah kepada Alquran, ilmu yang langsung dari Allah SWT, sehingga anda tidak akan mengatakan apa-apa yang tidak diajarkan dalam Islam. Islam melarang kita untuk mengajarkan sesuatu yang dibuat-buat, karena yg dibuat-buat itu datangnya dari manusia yang banyak salah, bukan dari Allah SWT.

    Dalam Islam tidak ada namanya tegukan dari ahlul bait, yang ada adalah rahmat Allah SWT, termasuk salah satunya syafaat dari Rasulullah SAW di padang mashar kelak.

    Dalam Islam juga tidak ada ilmu dari ahlul bait, yang ada adalah ilmunya Allah, bahkan Rasulullah sendiri pun tidak akan mengajarkan sesuatu tanpa petunjuk dari Allah SWT. Siapa yang mengatakan ilmu tidak terdefinisi? Bukankah alquran mengajarkan ilmu itu terdefinisi dan datangnya dari Allah SWT (misalnya dalam Al Baqarah ayat 2)? Ataukah alquran itu tidak terdefinisi? Kalau alquran tidak terdefinisi, buat apa alquran? Dan hindarilah mengibarat sesuatu yang lagi-lagi tuntunannya tidak ada dalam Islam.

    Oleh karena itu, janganlah kalian melebih-lebihkan manusia, apalagi sampai mengkultuskan mereka, naudzubillah. Bukankah ahlul bait juga tidak pernah meminta kalian mengkultuskan mereka? Nabi Muhammad sebagai kepala ahlul bait saja melarang umatnya untuk mengkultuskan beliau, bagaimana pula beliau akan mengajarkan umatnya untuk mengkultuskan keturunan beliau? Kalau begini, maka ilmu Islam dan logika apa yang kalian pakai?

    Para nabi (selain Nabi Muhammad) saja akan berjuang nanti di padang Mashar, bagaimana pula dg ahlul bait? Atau kalian mengatakan keturunan2 nabi kedudukannya lebih tinggi dari para nabi? Bukankah Rasulullah sudah bersabda bahwa kedudukan manusia yang paling mulia disisi Allah adalah kedudukan para nabi dan rasul (hadist shahih Bukhari Muslim).

    Ilmu Islam sangat luas, bukan hanya sebatas ahlul bait. Pun, mencintai ahlul bait adalah kebaikan. Oleh karena itu hargailah mereka dengan jujur bahwa mereka para ahlul bait adalah saling bersaudara, berkasih sayang, menghargai, dan saling melindungi dalam rahmat Islam. Dan hindarilah bertaqiyya (berbohong) dan mempercayai sejarah2 palsu tentang mereka, karena akan memecah dan merusak agama Islam yang kita cintai ini. Jujurlah kalian dalam menilai. Bukankah Rasulullah yang merupakan kepala dari ahlul bait terkenal dengan sikap kejujurannya, sehingga beliau dijuluki sebagai al amin (orang yang terpercaya). Dan bukankah Allah SWT mengajarkan kita untuk bersikap jujur?

    Salam kembali.

  12. Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (QS. Al-Ahzab: 33)
    di ayat ini jelas sejelas matahari di musim panas siapa ahlu bait Rasul Saw

    Para Malaikat itu berkata: “Apakah kamu (wahai Sarah) merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kalian, hai ahlul bait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.” (QS. Hud: 73).
    Ahlu bait Ibrahim pada ayat di atas adalah istri beliau, ibunda Sarah radhiyallahu ‘anha. Karena, ketika malaikat ini mendatangi Ibrahim, beliau belum memiliki keturunan dari istrinya, Sarah.sementara dari hajar ibrahim sdh memiliki anak

    tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan dan Dia berangkat dengan ahlunya, dilihatnyalah api di lereng gunung ia berkata kepada ahlunya: “Tunggulah (di sini), Sesungguhnya aku melihat api, Mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari (tempat) api itu atau (membawa) sesuluh api, agar kamu dapat menghangatkan badan”. (QS. Al-Qashas: 29).
    diayat ini jelas istri musa Allah sebut sebagai ahlu nya musa

    Dalam kamus Lisan Al-Arab, Ibnul Mandzur mendefinikan makna Al-Ahl yang memiliki makna berbeda-beda, sesuai kata sambungannya.
    dan dari tata bahasa arab, punya anak/keturunan atau tidak istri adalah tetap al-ahl atau ahlu bait si suami,

    hari ini belajar syiah dijamin besok bakal tolol

    1. Ibnu Manzhur juga menuliskan bahwa ahlu-nya nabi adalah umatnya 🙂

      Makna umum yang sudah lazim di masyarakat terkadang bisa berbeda dengan apa yang Quran maksud. Misalkan, anak Nabi Nuh a.s. oleh Alquran tidak dianggap sebagai ahlu-nya Nuh. Karena itu kalau kita melihat kitab tafsir seperti milik Ibnu Katsir maupun Jami’ Al-Bayan milik Ath-Thabari, dinukilkan hadis sahih bahwa pertanyaan Ummu Salamah dan Aisyah kepada nabi tentang “apakah aku termasuk daripada ahlulbaitmu?” maka jawaban nabi adalah “fa innaka ‘ala khair”. Hadis berkualitas hasan yang serupa juga disebutkan dalam Sunan At-Tirmidzi.

      Pertanyaan menggelitiknya adalah, karena nabi memiliki sembilan istri, mengapa tidak disebut ahlulbuyut? Sebagaimana dalam Al-Ahzab ayat 33 disebut wa qarna fi buyutikunna? Atau surah yang sama dalam ayat 53 la tadkhulu buyutan-nabi.

  13. Subhanalloh, Habib Ali Reza ini sungguh dianugerahi ilmu yang bagus. Terus berkarya ya Habib.

  14. @elfan
    Justru dgn mengatakan ‘… pewaris tahta ‘ahlul bait’ yang terakhir hanya tinggal bunda Fatimah.’ berarti antum telah meng-#amin-i olok2 Musyrikin Qureisy ketika mengatakan kalo Rasulullah saw itu #abtar!
    Na’udzu billah.
    ‘Inna syaaniaka huwa’l-ABTAR’ (AL-KAUTSAR:3)

Komentar Anda?

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.