Bersama delapan orang dari Forum Indonesia Muda, pada hari Selasa (3/7) saya berangkat menuju Tehran untuk menghadiri workshop internasional yang membahas mengenai tantangan-tantangan yang dihadapi dunia Islam. Jumlah peserta ini berkurang dengan beragam alasan. Alasan yang paling tak biasa adalah kekhawatiran tidak bisa pergi ke Amerika Serikat karena pernah berkunjung ke Iran sampai kecurigaan terhadap masyarakat Iran.

Aroma kecurigaan ini sudah muncul sebelum keberangkatan. Bahkan salah seorang anggota Dewan Syariah Nasional meminta saya untuk meningkatkan akidah sebelum berangkat ke Iran. Kecurigaan ini tentu terbangun atas landasan ketidaktahuan atau setidaknya kekuranglengkapan atas informasi yang diterima. Sebagai contoh, kekhawatiran atas taqiyyah.

Sebagian sebuah kebolehan yang didasari oleh nas, taqiyyah tidak boleh dilakukan dalam setiap keadaan. Ada syarat dan kondisi tertentu sebelum melakukannya. Tentu akan menjadi kecerobohan jika menuding seluruh orang Iran, baik desa maupun kota, di pasar maupun pegunungan melakukan “trik” terhadap setiap orang asing yang datang.

Tiba di Tehran sekitar pukul sebelas malam, kami bertemu dengan dua orang Indonesia lain dari dari Voice of Palestine. Di hari berikutnya barulah peserta baik bermazhab suni maupun Syiah dari India, Pakistan, Turki, Malaysia, dan lainnya hadir untuk mengikuti acara yang diselenggarakan oleh Unified Ummah.

International Union of Unified Ummah merupakan sebuah organisasi non-pemerintah yang digerakkan oleh sekelompok mahasiswa muslim yang bertujuan untuk mewujudkan sebuah dunia tanpa penindasan dan ketidakadilan. Menurut mereka, cara terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan berupaya mencapai persatuan seraya menolak kekuatan jahat. Unified Ummah telah turut serta dalam berbagai kegiatan seperti Global March to Jerusalem dan bantuan ke beberapa daerah konflik.

Untuk sedikit mengurangi cuaca yang panas dan kering, workshop diadakan di sebuah daerah perbukitan bernama Abali (آبعلی). Di tempat ini, tidak ada akses internet dan keterbatasan media komunikasi luar. Sehingga cara terbaik yang bisa dilakukan saat itu adalah menikmati alam sekitar seraya memaksakan diri untuk menikmati roti (نان) ala Iran sebagai menu.

Satu hari sebelum acara utama, Roohulla Rezvi sebagai salah seorang penanggung jawab acara memberikan short briefing mengapa tema-tema pembahasan acara berkisar pada negara-negara Timur Tengah dan para peserta masih di dominasi dari Asia. Dia mengatakan bahwa kita ingin memulai pembahasan dari dalam “rumah tangga”.

Sayid Ali Khamenei dalam pidatonya tahun 2004 pernah mengatakan bahwa isu Palestina merupakan tema paling penting dalam dunia Islam dan penjajah Palestina menjadi sumber bagi banyak kelemahan dan masalah di dunia Islam lainnya. Melalui tulisan pembuka ini dan tulisan-tulisan berikutnya, saya akan mencoba berbagi catatan dan pengalaman terkait persatuan selama acara berlangsung. Insya Allah.

5 respons untuk ‘Membuka Hati, Menutup Kecurigaan

  1. Yang Sepi ini sedang ditemai oleh secangkir Kopi dan Sebatang Rokok.. Namun Ditambah Baca Artikel.. Mancaaapppp.. 😛

Komentar Anda?

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.