Hampir tengah malam kemarin, saya berhasil mendaftarkan diri sebagai peserta tur ke Tehran setelah dua orang asal Afghanistan mengundurkan diri. Keesokan harinya bersama mahasiswa dari Palestina, Suriah, Bangladesh dan negara lainnya, kami mengunjungi Museum Ebrat. Bangunan yang berada di daerah Imam Khomeini Square, Tehran, ini didirikan pada tahun 1937 pada masa rezim Syah Pahlavi I dan digunakan untuk menekan para penentang rezim. Pada tahun 1957 Syah Pahlavi II dengan bantuan CIA dan intelijen Inggris membentuk SAVAK (Sâzemân-e Ettelâât va Amniyat-e Keshvar) atau Organisasi Intelijen dan Keamanan Negara dan bangunan ini menjadi penjara sekaligus tempat penyiksaan bagi para pejuang revolusi Islam Iran.

Ebrat yang memiliki arti belajar dari kesalahan dan tidak mengulangi kejahatan yang sama kini menjadi museum yang dirawat dengan mempertahankan kondisi aslinya, mulai dari bercak darah, replika tahanan, dan efek suara yang membuat pengunjung seolah merasakan suasana penjara dan penyiksaan pada masa itu. Meski demikian, museum ini dilengkapi televisi di setiap bagian ruangannya yang menayangkan penjelasan dan kesaksian para tahanan.

Setelah melewati dua limosin mewah Cadillac milik Syah Pahlavi II di bagian depan, pengunjung akan memasuki ruang pendaftaran di mana para tahanan pada masa itu diberi pakaian lalu mengantri sebelum memasuki ke ruangan pertama. Mengantri merupakan saat yang paling tidak menyenangkan bagi para tahanan karena mata yang ditutup membuat mereka hanya mampu mendengar teriakan sambil memikirkan apa yang akan mereka alami. Di ruangan pertama tersebut, para tahanan akan diikat ditempat tidur panas sehingga kulit mereka terbuka untuk kemudian dicambuk.

Masih di ruangan yang sama terdapat kursi Apollo; yang diambil dari nama pesawat luar angkasa. “Jika kursi pesawat Apollo dapat membawa kita ke bulan, maka kursi Apollo ini akan membawa kita ke neraka,” kata salah seorang tahanan, sebagaiman dijelaskan dalam sebuah video. Tangan dan kaki tahanan akan diikat di sebuah kursi lalu dipasangkan helm besi yang dialiri listrik. Tahanan yang membaca ayat Quran akan mendapat siksaan yang semakin pedih karena rezim Syah Pahlavi sangat menentang ideologi keagamaan. Di antara kejahatan yang dilakukan oleh tahanan baik pria maupun wanita adalah menyimpan dan menyebarkan tulisan maupun pidato Ayatullah Khomeini.

Selain penyiksaan secara fisik, para tahanan juga disiksa secara psikis. Di ruangan hot cage, misalnya, para tahanan akan dimasukkan ke dalam kurungan persegi berukuran 50 sentimeter yang dilengkapi pemanas pada bagian bawah. Tujuannya adalah untuk membuat para tahanan, baik itu dari kalangan profesor, pekerja, pelajar, pedagang, petani, maupun ulama, merasa seperti binatang dan kehilangan jati dirinya. Tidak cukup dengan semua itu, di ruangan berikutnya para tahanan akan digantung secara terbalik dan dicambuk; sesekali petugas akan menyundutkan rokok pada tubuh para tahanan. Tidak peduli tahanan itu pria atau wanita, muslim atau selainnya, siksaan akan terus diberikan selama informasi tidak didapat.

Dalam kurun waktu tahun 1972-1973, terdapat 9.000 tahanan pria dan 1.000 tahanan wanita, di mana tiga puluh tiga orang di antaranya menjadi syahid. Meskipun Syah Pahlavi II menyangkal adanya penyiksaan, pada tahun 1977 Komite Inspeksi Palang Merah yang datang mendapati bahwa metode penyiksaan yang diterapkan di penjara ini serupa dengan penyiksaan yang diterapkan di penjara Gaza terhadap rakyat Palestina. Hal ini membuktikan adanya hubungan antara SAVAK dengan CIA dan Mossad.

Di ruangan berikutnya merupakan tempat penyimpanan beberapa dokumen penting, seperti surat kerja sama SAVAK dengan CIA dan jadwal harian para tahanan. Selain itu juga terdapat beberapa benda bersejarah, seperti pistol yang digunakan untuk menembak Syahid Murtadha Muthahhari, buku asli Hukumat Islamiah karya Ayatullah Khomeini, dan pakaian beberapa ulama. Selain itu juga terdapat ruangan yang berisikan foto-foto yang menggambarkan kehidupan mewah keluarga Syah Pahlevi beserta barang-barang berharga miliknya. Sebuah kondisi kehidupan yang sangat berbeda dengan yang dialami para tahanan, di mana ada para tahanan yang tidak pernah melihat cahaya matahari selama tujuh bulan.

Metode penyiksaan lain yang harus dilewati adalah hot chair, sebuah kursi yang pada bagian bawahnya juga dilengkapi pemanas. Fereidoun alias Arash, salah seorang petugas penjara yang beragama Bahai, mengakui bahwa tahanan yang menyanyikan slogan revolusi, membaca ayat Quran atau meneriakkan “Ya Husain!” akan membuat petugas semakin kesal dan siksaan semakin keras. Fatemeh Hosseini, salah seorang tahanan wanita yang memperjuangkan penggunaan hijab, menceritakan bahwa dirinya dimasukkan ke dalam ruang penjara dengan cara ditarik rambutnya, sementara di atas pintu Koridor 1 terpasang foto Farah Diba yang mengenakan mahkota ratu.

Foto Ayatullah Ali Khamenei sebagai tahanan di Penjara Ebrat dan kunjungannya
Kenangan Ayatullah Khamenei sebagai tahanan

Setelah melewati ruangan pimpinan penjara, terdapat sebuah ruang kecil di mana keluarga tahanan dapat menjenguk. Selama dijenguk, tahanan akan dijaga oleh petugas penjara dan dipaksa untuk mengatakan bahwa kondisi mereka selama di penjara baik-baik saja. Tidak jauh dari tempat tersebut, terdapat kolam yang digunakan untuk menyiksa tahanan dengan cara menceburkan kepala tahanan jika tidak menjawab pertanyaan petugas.

Semua siksaan yang diterima para pejuang revolusi Iran dalam melawan kezaliman dan menegakkan keadilan untuk membentuk pemerintahan Islam diwakili dalam kalimat Freedom is not Free yang tertulis di berbagai sudut Museum Ebrat. Dari ratusan foto tahanan yang ada, beberapa di antara tokoh yang pernah mendekam di penjara tersebut adalah Ayatullah Ali Khamenei (Pemimpin Spiritual saat ini), Ayatullah Hashemi Rafsanjani (Ketua Dewan Kebijaksanaan Iran saat ini), Syahid Ali Rajai (presiden kedua Iran) dan beberapa tokoh yang buku-buku mereka sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia seperti Ayatullah Beheshti, Ayatullah Bahonar, Ayatullah Dastgheib, Ayatullah Taleghani, dan Dr. Ali Syariati.

Kunjungan terakhir ke Museum Ebrat, membuat saya berpikir selama berjam-jam. Sampai keesokan paginya, masih membekas dalam benak saya kekejaman pemerintahan Pahlavi terhadap teman-teman saya. Ketika melihat apa yang teman-teman saya alami di penjara ini, saya sangat tersentuh.

—Ayatullah Ali Khamenei

Satu respons untuk “Saksi Revolusi Islam Iran

  1. nafas saya serasa tertahan membaca ulasan ini…..ada kengerian sekaligus ketakjuban menyaksikan hamba-hamba ilahi bersabar dalam perjuangan…..allohummasholli ala muhammad waalih waajjil farojahum…..

Komentar Anda?

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.