Banyak hal yang membuat cucu nabi yang satu ini layak untuk menjadi teladan bagi para perawat atau suster. Pertama, namanya adalah Zainab yang secara bahasa berarti “penghias ayahnya”. Saat Zainab berusia 35 tahun, dia merawat ayahnya yang ditebas dengan pedang beracun oleh orang munafik. Zainab belajar bagaimana merawat dari ayahnya, Ali bin Abi Thalib. Ali saat itu merawat istrinya, Fatimah binti Muhammad, yang pergi meninggalkan Zainab dalam usia 7 tahun.
Ali sendiri belajar bagaimana merawat yang baik dari Nabi Muhammad saw. Ali pernah bercerita bahwa ketika dirinya terserang demam, nabi saw. membagi waktu malamnya untuk salat dan merawat Ali.[1] Nabi saw. pernah mengatakan bahwa seseorang yang merawat mereka yang sakit siang dan malam, Allah akan bangkitkan bersama Nabi Ibrahim dan melintasi sirat secepat kilat. Oleh karena itu, sebab yang kedua adalah Zainab belajar merawat orang sakit dari kakeknya, Rasulullah saw.
Ketiga, pengalaman hidup menjadikannya teladan bagi wanita yang berkorban untuk orang lain. Sepuluh tahun setelah ayahnya wafat, Zainab kembali mencurahkan hidupnya untuk kakaknya yang bernama Hasan. Hasan diracun oleh salah orang istrinya. Siang malam Zainab tidak mengenal lelah untuk menjaga kakaknya. Nabi saw. memang pernah berkata tentang Zainab: “Anak perempuan kecil ini akan mendapat berbagai macam ujian dan cobaan.”[2]
Mungkin, puncak dari ujian dan cobaan itu adalah ketika Zainab menjaga perjuangan kakaknya yang bernama Husain. Pada malam Asyura, hari kesepuluhan bulan Muharam, ketika Husain bersama keluarga dan sahabatnya bersiap melawan pasukan Yazid, Zainab berbagi kesabaran dan membangkitkan kekuatan wanita dan anak-anak di tenda. Selain itu, dia juga merawat keponakannya, Ali bin Husain, yang terserang demam.
Zainab menyemangati orang-orang yang terluka dan keluarga para syahid. Tapi semua itu hanyalah tanggung jawab terkecil Zainab. Tugas Zainab tidak hanya menjaga anak-anak dan merawat mereka yang sakit. Tugas utama Zainab saat itu adalah menggerakan darah yang tertumpah. Apabila Zainab tidak ada, maka darah pejuang Karbala akan sia-sia.[3] Zainab menjaga para tawanan berjalan dari Karbala, Irak, menuju Damaskus, Suriah.
Penting bagi kita semua, khususnya para perawat, untuk mempelajari dan menghormati peran Zainab. Dia tidak hanya memainkan peran penting untuk melestarikan ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad dan diperjuangkan oleh darah Imam Husain, tetapi membawa seribu pesan keberanian, ketahanan dan perjuangan hak asasi manusia. Zainab adalah model perlawanan dan pengorbanan. Dia merawat yang terluka dengan cara terbaik; salah satu manifestasi yang paling indah dari keperawatan.
Di Iran, hari kelahiran Zainab binti Ali itu diperangati sebagai Hari Perawat. Pada hari itu, para perawat akan diberikan hadiah dan setiap institusi, kementerian, rumah sakit dan poliklinik akan memperkenalkan perawat teladan. Imam Khomeini, pendiri revolusi Islam Iran, mengatakan, “Keperawatan merupakan salah satu tugas mulia. Jika seseorang menganggapnya sebagai kewajiban agama dan kemanusian, maka ia merupakan sebuah ibadah.”
Catatan: Hari Perawat di Iran tahun ini bertepatan dengan tanggal 17 Maret 2013. Di Indonesia, tanggal 17 Maret juga disebut sebagai Hari Perawat Nasional. Masih ditanggal yang sama, perawat saya juga berulang tahun. Selamat ulang tahun, mama!
Referensi:
[1] ^ Al-Bihâr, juz 43, hal. 173.
[2] ^ Al-Khashâish Az-Zainabiah, hal. 19.
[3] ^ Ashoora.ir. Diakses pada 12 Maret 2013.
SUBHANALLAH…..SAHABAT MUSLIMIN WAL MUSLIMAH