Amerika Tidak Peduli Suni-Syiah

Pada tahun 2005, Jeff Stein, seorang kolumnis The Washington Post dan editor Congressional Quarterly, menyaksikan acara Jon Stewart dan para komedian lainnya di televisi yang memberikan pertanyaan mendasar tentang Islam kepada para pejabat tinggi FBI. Salah satu pejabat tersebut adalah Gary Bald, yang kemudian menjadi kepala biro kontraterorisme. Terinspirasi dari acara tersebut, Jeff Stein akhirnya juga menyiapkan beberapa pertanyaan mendasar kepada para pejabat kontraterorisme Washington: “Apakah Anda tahu perbedaan antara seorang suni dan Syiah?”

Jeff Stein menilai bahwa pertanyaan tersebut tidak berlebihan, karena mengenal musuh merupakan aturan mendasar dalam perang. Lagi pula,  dia tidak mengharapkan penjelasan teologis, hanya penjelasan dasar: apakah dia Syiah atau suni? Jeff Stein mengatakan, “Memang konyol untuk menyatakan bahwa para pejabat yang bertanggung jawab melawan terorisme tersebut harus mampu mengenali peluang untuk mengadu domba rival ini satu sama lain.” Rival yang dimaksud tidak lain adalah suni dan Syiah.

Ternyata, sejauh ini kebanyakan pejabat yang diwawancara oleh Jeff Stein tidak punya jawabannya. Tidak hanya para intelejen dan pejabat penegak hukum, tetapi juga anggota kongres yang memiliki peran penting mengawasi agen mata-mata Amerika Serikat. “Bagaimana mereka bisa bekerja tanpa tahu dasar-dasarnya?” kata Stein.

Di akhir wawancara panjang dengan Willie Hulon, kepala cabang biro keamanan nasional, Jeff Stein bertanya apakah penting bagi seseorang yang menjabat posisi sepertinya untuk mengetahui perbedaan antara suni dan Syiah. “Ya, tentu saja. Penting untuk mengetahui perbedaannya,” katanya. “Sangat penting untuk mengetahui siapa target Anda.”

Stein akhirnya bertanya apakah dia bisa menjelaskan perbedaannya. Pejabat FBI itu terlihat bingung. “Dasar-dasar kepercayaannya kembali kepada keyakinan mereka dan siapa yang mereka ikuti,” katanya. “Dan konflik antara pengikut suni dan Syiah dan perbedaan di antara siapa yang mereka ikuti.”

Stein mencoba membantu. Bagaimana dengan Iran—suni atau Syiah? Pejabat tersebut berpikir sejenak. “Iran dan Hizbullah,” kata Jeff Stein, “Kelompok manakah mereka?”

Pejabat FBI dengan cepat menjawab: “Suni.” Salah.

Bagaimana dengan Al Qaeda? “Suni.” Benar.

Terry Everett, seorang anggota kongres dari Partai Republik wilayah Alabama yang juga wakil ketua subkomite intelejen teknis dan taktis, mendapat giliran pertanyaan dari Jeff Stein tentang perbedaan suni dan Syiah. Everett menjawabnya dengan tawa kecil, lalu berpikir sejenak.: “Yang satu ada di sebuah lokasi, yang lain berada di lokasi yang lain. Tidak, sebenarnya saya tidak tahu. Saya kira itu perbedaan di agama mereka, perbedaan keluarga atau semacamnya.”

Akhirnya, dia meminta Jeff Stein untuk menjelaskan perbedaannya. Stein menjelaskan tentang perselisihan yang muncul setelah wafatnya Nabi Muhammad (saw.) dan tentang Irak dan Iran yang merupakan negeri dengan mayoritas Syiah sementara seluruh dunia mayoritas adalah suni. “Anda telah menjelaskannya kepada saya,” kata Everett, “yang membuat saya terpikir apa yang kita lakukan di sana menjadi sangat sulit, tidak hanya di Irak tapi seluruh wilayah.”

Wakil Jo Ann Davis, seorang anggota kongres Partai Republik dari wilayah Virginia yang memimpin sebuah subkomite intelejen yang bertugas mengawasi kinerja CIA dalam merekrut mata-mata Islam dan menganalisa informasi, sama tercengangnya ketika Jeff Stein bertanya apakah dia tahu perbedaan antara suni dan Syiah.

“Apa saya tahu?” katanya. Ekspresi berpikir terlihat di wajahnya. “Ya, seharusnya saya tahu.” Dia coba menebak: “Ini sebuah perbedaan mendasar dalam keyakinan agama mereka. Suni terlihat lebih radikal dibandingkan Syiah. Atau sebaliknya. Tapi sepertinya suni yang lebih radikal dibandingkan Syiah.”

Apakah dia tahu Al Qaeda mengikuti yang mana? “Al Qaeda salah satu yang paling radikal, jadi sepertinya mereka suni,” jawabnya. “Saya mungkin saja salah, tapi sepertinya benar.”

Jeff Stein kemudian bertanya kepada Jo Ann Davis, apakah penting bagi seorang anggota kongres yang bertugas mengawasi agen-agen intelejen, untuk mengetahui pertanyaan tersebut? “Oh, ya menurut saya sangat penting,” katanya, “karena seluruh alasan Al Qaeda didasari oleh keyakinan mereka. Anda harus memahami dan mengetahui musuh Anda.”

Tidak semuanya memiliki jawabanya yang menyedihkan. Beberapa pejabat dan anggota kongres dengan mudah mengabaikan pertanyaan “menjebak” Jeff Stein. Tapi ia terus bertanya di sekitaran Capitol Hill dan para agen intelejen semakin memberikan tatapan kosong karena tidak tahu perbedaannya. Terlalu banyak pejabat yang bertugas memerangi terorisme tapi tidak peduli untuk mencari tahu, setidaknya, tentang musuh yang mereka perangi.[1]

Melihat ketidakpedulian musuh, saya teringat ucapan Imam Khomeini, bahwa ketika umat muslim baik suni maupun Syiah sedang sibuk saling berdebat, para musuh sedang membunuh mereka semua. “Mereka yang ingin menciptakan perpecahan antara saudara kami, syiah dan suni, adalah kelompok yang bersama musuh-musuh Islam. Mereka ingin membantu musuh Islam untuk menguasai umat muslim. Mereka adalah pengikut Amerika…” kata Imam Khomeini.[2]

Referensi:

[1] Stein, Jeff. “Can You Tell a Sunni From a Shiite?” The New York Times. 17 Oktober 2006

[2] “Suni-Syiah dalam Pandangan Imam Khomeini.” 27 Februari 2010.

3 respons untuk ‘Amerika Tidak Peduli Suni-Syiah

Komentar Anda?

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.