Jika berbicara tentang haji dan Iran, orang-orang yang antipati terhadap Syiah—karena ketidaktahuannya—akan mengatakan bahwa ciri khas kelompok Syiah adalah “melakukan demonstrasi dan perusakan di kota suci Mekah pada musim haji setiap tahun dengan mengatasnamakan revolusi Islam.”[1] Peristiwa yang tidak dapat dilupakan baik oleh kelompok anti-Syiah maupun pemerintah Iran—yang diperingati setiap tanggal 6 Zulhijah—terjadi pada tahun 1987 dan menewaskan lebih dari 400 orang.

Sebelum revolusi Islam Iran tahun 1979, pemerintahan raja Pahlevi melakukan penekanan terhadap segala aktivitas ibadah yang berkaitan langsung dengan masalah sosial, seperti salat berjemaah. Begitu pula pada pelaksanaan ibadah haji, yang terpengaruh tekanan penguasa negeri-negeri muslim pada masa itu, jauh dari ruh sejatinya dan tidak memperhatikan sisi filosofi pertemuan akbar tahunan umat Islam tersebut. Padahal ayat Quran menyatakan: Allah menjadikan Kakbah sebagai baitulharam agar umat manusia bangkit (QS. Almaidah: 97)

Imam Khomeini yang memimpin revolusi Islam Iran yakin—berdasarkan ayat dan riwayat—bahwa agama Islam bertujuan membimbing manusia dalam seluruh dimensi kehidupan individual dan sosial. Karena hubungan sosial dan politik merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia, maka Imam Khomeini memandang bahwa agama Islam yang memperhatikan aspek ibadah dan akhlak individual semata tetapi mencegah umat Islam dari menentukan masalah-masalah sosial dan politik adalah Islam yang menyimpang.[2]

Berlepas diri dari agresor seperti Israel (khamenei.ir)

Islam Mengatur Sosial-Politik

Imam Khomeini menyebut Islam yang menjauhkan diri dari masalah sosial-politik sebagai “Islam Amerika”. Meski demikian, Islam model seperti itu sudah ada sejak dahulu. Sebelum terjadinya tragedi besar Karbala di hari Asyura, Imam Husain bin Ali sedang berada di Mekah untuk melakukan ibadah haji. Untuk menjaga kesucian kota Mekah, Imam Husain yang lebih memahami filosofi haji memutuskan untuk meninggalkan kota Mekah menuju Karbala. Sementara banyak orang menasihatinya untuk berdiam di sana, sebagaimana keinginan Yazid agar Imam Husain hanya beribadah, sementara agama Islam yang sejati semakin rusak akibat kemungkaran yang merajalela.

Sebab itu, setelah kemenangan revolusi, di samping membentuk pemerintahan Islam, Imam Khomeini juga menghidupkan syiar-syiar sosial Islam dan mengembalikan spirit politik ke dalam hukum-hukum Islam. Salah satu caranya adalah dengan menghidupkan salat Jumat dan salat id di berbagai penjuru negeri yang dikemas berdasarkan “ibadah politik” dan mengemukakan berbagai problema yang menimpa masyarakat Islam, baik dalam maupun luar negeri.[3]

Sejak tahun 1981[4] atau dua tahun setelah revolusi, jemaah haji Iran selalu mengadakan demonstrasi melawan Amerika Serikat dan Israel, sebagai simbol berlepas diri (baraah) dari fenomena kemusyrikan dan kekufuran serta mengajak segenap kaum muslimin agar bersatu.[5] Perlahan, jemaah haji dari berbagai negara turut serta dalam gerakan kebangkitan tersebut.

Gejala yang mengkhawatirkan ini membuat Amerika Serikat menambah tekanannya kepada pemerintah Arab Saudi untuk mencegah pengaruh gerakan tersebut. Sampai akhirnya tahun 1987, dinas keamanan Arab Saudi menutup rute yang rencananya akan dilewati demonstran sehingga membuat jemaah haji dan polisi berhadap-hadapan. Ada beragam kontroversi di balik insiden tersebut—baik dari pihak Iran maupun Saudi, namun yang jelas berdasarkan keterangan pejabat Saudi, lebih dari 400 orang tewas: 275 jemaah haji Iran, 85 polisi Saudi, dan 42 jemaah haji dari berbagai negara.[6] seperti Lebanon, Palestina, dan Irak. Di samping itu, lebih dari lima ribu orang mengalami luka-luka. Mayoritas korban yang syahid adalah perempuan dan orang tua.[7]

Apa saja pesan Sayid Ali Khamenei, pemimpin tertinggi di negara Iran, kepada para jemaah haji? Baca tausiahnya di Halaman 2.

2 respons untuk ‘Hajinya Orang Iran dan Kebangkitan Islam

  1. Reblogged this on alwayshikmah and commented:
    Tulisan yg sangat bermanfaat.. khususnya karna kluarga saya sedang menunaikan ibadah haji tahun ini..

  2. ibadah haji selain pelaksanaan ibadah juga di jadikan sarana berpolitik,
    “kalo bener pendapat si komeni” tsb, timbul pertanyaan
    knapa saat haji wada Rasul saw tdk mengumumkan kepada umat yg semuanya sdg terkonsentrasi di mekkah berkumpul melaksanakan ibadah haji tentang siapa pengganti beliau sebagai pesan politik (pemimpin setelah beliau) dan keagamaan (imam sbg pokok keimanan) padah hal tsb merupakan hal yg teramat penting, ( kira kira rasul saw bertakiyah gak ya ? takiyah kan wajib ???)

    haji model baru agama saba dan fatimiyah sekarang di teruskan anak cucu warga kufah dan majusi “haji ke mekah bawa spanduk bawa senjata tajam membikin rusuh, teriak teriak diluar kata kata talbiyah. weleh weleh

Tinggalkan Balasan ke hikmahyahya Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.