Dua jam sebelum berlangsungnya salat Jumat, seperti biasanya mobil patroli polisi berkeliling di jalan-jalan 16 Azar, Qods, dan Enghelab yang mengitari Universitas Tehran, untuk melakukan sterilisasi dari kendaraan yang parkir dan lalu-lalang. Bukan masjid terbesar di Tehran, Masjid Motahari, ataupun haram Imam Khomeini yang menjadi tuan rumah mingguan salat Jumat di ibukota Iran, melainkan Universitas Tehran.[1]

Saya melewati pintu gerbang utama Universitas Tehran yang menjadi tempat masuk khusus pria; khusus pria karena wanita Iran juga mengikuti salat Jumat dan pintu masuk mereka berada di bagian terpisah. Sudah tahu telepon selular tidak diperkenakan dibawa masuk, saya melewati tempat penitipan telepon selular dan langsung menuju ke pemeriksaan pertama di gerbang kampus, pemeriksaan kedua sebelum memasuki tempat salat utama, dan pemeriksaan ketiga untuk masuk ke bagian yang lebih depan. Semua penjagaan ketat ini dilakukan karena pemerintah Iran tidak ingin lagi terjadi peristiwa bom bunuh diri, yang beberapa kali pernah menewaskan warga dan para ulamanya.

iran-500-rial-tehran

Tempat utama salat Jumat di Universitas Tehran ini bukan diselenggarakan di masjid kampus tetapi di sebuah area beratap besar, karena ibadah khusus di hari libur Jumat ini memang menjadi sebuah miniatur haji; di mana ribuan orang mengikuti salat ini tidak hanya untuk sekedar beribadah tetapi membangkitkan kembali kesadaran sosial. Ruangan besar tersebut dihiasi poster-poster besar bertuliskan asmaul husna, ayat suci, kalimat ucapan Imam Khomeini dan Ayatullah Khamenei mengenai Islam, kecaman terhadap Amerika Serikat, dan dukungan terhadap Palestina.

Tidak ada pengumuman hasil kotak amal Jumat pekan sebelumnya, sebelum khotbah Jumat dilakukan pembacaan ayat Quran, doa dan puji-pujian menjelang hari kelahiran Imam Hadi a.s. Momen berkumpulnya ribuan orang dalam sidang Jumat, juga menjadi kesempatan untuk mengingatkan rakyat mengenai kondisi terkini luar dan dalam negeri. Waktu itu, ketua Organisasi Nasional Standardisasi Iran mengingatkan tentang krisis yang terjadi di dunia. Ia juga meminta agar rakyat untuk terus menjaga ekonomi dalam negeri dengan menggunakan produk lokal sambil menekankan industri untuk meningkatkan kualitas produk.

Kekhasan lain dari salat Jumat di Iran ini adalah sesi pembahasan fikih sebelum dimulainya khotbah Jumat. Ayatullah Moghaddami, dalam waktu yang singkat, menjelaskan bahwa penegakkan amar makruf nahi mungkar tidak boleh dilakukan dengan segala cara dan mencederai hak-hak orang lain, misalnya melakukan gibah dengan dalil amar makruf nahi mungkar. Karena hal tersebut akan sia-sia.

Setelah azan Zuhur, barulah khotib Jumat, Ayatullah Mohammed Emami-Kashani, mengisi mimbar yang langsung disambut oleh salawat dan, seperti biasa, teriakan kehancuran bagi Amerika Serikat dan Israel: Marg bar Âmrikâ, Marg bar Isrâel. Meski Iran dituding bekerja sama dengan Israel dibalik layar, mungkin kecaman terhadap kehancuran Israel yang dilakukan dalam kerangka ibadah hanya dilakukan oleh warga Iran, setiap hari dan setiap minggunya.

iran-500-rial-salat

Ulama kelahiran tahun 1937 ini juga menyinggung gerakan salafi dan takfiri. “Salaf bermakna kembali pada para pendahulu. Makna ini benar dan kita semua harus mengikuti mereka. Namun salafi (saat ini) menjadikan agama sebagai kendaraan untuk menjalankan ideologi kejahatan. Mereka menggunakan makna (yang benar tersebut) untuk mengkafirkan (sebagian) umat muslim dan pengikut Syiah.” Seseorang yang mengaku sebagai pengikut salaf haruslah dilihat apakah dia mengikuti metode nabi saw. saat berperang melawan orang-orang musyrik atau tidak. “Beliau saw. tidak mengizinkan wanita, anak-anak, dan orang tua untuk berperang. Tapi kita melihat kejahatan para salafi justru yang membunuh wanita, anak-anak, dan orang tua.”[2] Ayatullah Mohammed Emami-Kashani mengingatkan para pengikut ahlusunah dan Syiah untuk mempelajari sirah Rasulullah saw.

Setelah mengimami salat Jumat, Ayatullah Emami-Kashani juga langsung memimpin pelaksanaan salat Asar. Sekitar pukul 13.30 waktu setempat, sekitar ratusan jemaah salat Jumat yang keluar dari Universitas Tehran, baik pria maupun wanita, langsung melakukan yel-yel anti-Amerika Serikat dan Israel serta membakar simbol-simbol kedua negara tersebut. Dua sisi mata uang Rial Iran pecahan 500 di atas juga mengisahkan mengenai Universitas Tehran dan salat Jumat. Kalau kita bisa melihat dengan jeli, ada seorang suni Kurdistan menjadi makmum salat Jumat dalam gambar di atas. Leave a comment if you see it…

Catatan:

[1] ^ Pengikut ahlusunah juga menyelenggarakan salat Jumat. Salah satu tempat yang menyelenggarakan salat Jumat berada di wilayah Meydan-e Shadighiyeh yang dikelola oleh warga Kurdi bermazhab Syafii. Pada tanggal 11 Oktober 2013 yang lalu, saya sempat menghadirinya bersama teman.

[2] ^ “۲۶ مهر؛ گزارش نماز جمعه تهران”. Hamshahri Online.

2 respons untuk ‘Salat Jumat Pertama di Universitas Tehran

  1. Org syiah tu emg kurang cerdas, ktka skrg makin marak muncul blog anti syiah tp org syiah hny pasif tdk mencoba membuat blog pro syiah utk menjelaskn apa itu syiah. sy malah salut dgn AHMADIYAH yg sgt agresif membwt blog2 utk menjwb web/blog yg anti ahmadiyah
    .

    1. Cerdas dibuktikan dengan ribuan kitab yang ditulis ulama untuk membantah tulisan anti-Syiah. Sudah dilakukan.

Komentar Anda?

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.