Salah satu trends yang sedang hangat dibicarakan di Twitter saat ini terkait dengan keislaman adalah #IfKhadijaCanDoIt. Khadijah adalah istri pertama Nabi Muhammad saw. yang beliau sebut sebagai wanita paling mulia; selain Mariam, Fatimah, dan Asiyah istri Firaun. Hashtag itu muncul dari beberapa wanita muslim dan bahkan non-muslim yang berbicara tentang perlakuan standar ganda terhadap pria dan wanita dalam masyarakat muslim.
Beberapa di antara mereka—wanita muslim—percaya bahwa penyakit sosial yang terjadi khususnya di masyarakat Islam muncul akibat dari perlakuan buruk terhadap wanita. Gagasannya adalah kalau Khadijah a.s. bisa melakukannya, kenapa kami wanita muslim tidak bisa? Sementara sebagian pria muslim mengatakan bahwa “Islam telah memberikan hak kepada wanita”, para wanita tersebut membenarkan seraya menuntut hak tersebut harus dikembalikan kepada mereka.
Ada beberapa pengalaman yang menjadi alasan untuk dipertanyakan para wanita pengusung #IfKhadijaCanDoIt. Sayoncé sering mendengar perkataan menyedihkan dari para remaja muslimah: “Andai saya dilahirkan sebagai pria.” Saya sendiri pernah mendapat pertanyaan dari seorang teman wanita, “Mengapa aturan dalam Islam menyulitkan wanita?” Sayoncé mengatakan, “Bukan Islam yang menghambat wanita, tetapi kultur.”
Halima, misalkan, mengkritik mengapa dalam seminar kewanitaan, yang lebih sering muncul sebagai pembicara adalah pria dan microphone untuk penanya hanya diberikan di bagian pria. Sementara Najma mengatakan fakta yang membuat pria harus bersiap-siap: Khadijah melampaui masanya ketika melamar Nabi Muhammad saw. lebih dahulu meski usianya lebih tua. Tapi kini, beberapa wanita mesti menunggu dilamar hingga usianya sudah tidak muda.
Lain lagi dengan Wiam yang mengatakan adanya larangan dari anggota keluarga untuk ikut serta dalam kegiatan terkait dengan Palestina karena berbaur dengan pria. Halima, yang paling vokal bersuara, juga mengatakan bahwa guru mengaji kakaknya ketahuan melihat video porno tapi akan memukul wanita karena memperlihatkan pergelangan kaki.
“Karena dia kan laki-laki” atau “Karena orang tua mencintaimu dan ingin menjagamu” adalah jawaban yang tidak tepat untuk membenarkan perilaku standar ganda di masyarakat muslim, menurut Aamina Mohamed dan Sayoncé. Karena faktanya, menurut Aisha Saeed, manusia pertama yang memberikan kekuatan bagi Nabi Muhammad saw. adalah Khadijah a.s. dan semuanya bisa berubah menjadi lebih baik jika seluruh pria memperlakukan wanita sebagaimana Rasulullah memperlakukan Khadijah.
Ainee Fatima juga mengatakan hal yang pedas: “Para pria menolak untuk menikahi janda karena mereka ‘ternodai’ tapi nabi menikahi para janda.” Tidak hanya permasalah di atas. Samina Rai mengatakan banyak hal lain yang perlu dipertanyakan: pendidikan, waris, kebebasan, hijab, mengunjungi masjid, dst.
Tentu saja #IfKhadijaCanDoIt mendapat kritik khususnya dari beberapa pria muslim; yang mungkin keliru memahami maksud hashtag tersebut atau menganggap bahwa ide tersebut melewati batas. Abū Marīyā, misalkan, mengira bahwa para “feminis” pengusung #IfKhadijaCanDoIt adalah para pembenci pria dan menginginkan perubahan pada agama Islam sambil mencatut nama Khadijah a.s. Sementara Abū Maryam menyebut mereka kelompok idiot.
Ketika pria seperti Ameen menggunakan #IfKhadijaCanDoIt untuk menuntut balik: “Jangan menggunakan kata-kata vulgar” atau “Gunakan hijab dengan benar,” atau sebagaimana yang Samayya katakan, “Kalau ingin menghormati Khadijah, mengapa pada saat yang sama kalian (para wanita) tidak mengikuti teladannya?” Eman juga mengatakan, “Pria yang menyuruh wanita untuk meniru Khadijah harus berperilaku seperti Muhammad saw.”
Tetapi beberapa pria muslim lain memahami maksud hashtag #IfKhadijaCanDoIt. Zaid Shahid mengatakan bahwa seluruh elemen masyarakat termasuk wanita harus diberdayakan. Josh Shahryar, yang membuat hashtag #WhyMuslimMen, sekali mengatakan: “Jadi, apa solusinya? Bagaimana para pria bisa memahaminya? Sangat sederhana. D.E.N.G.A.R.K.A.N. W.A.N.I.T.A. M.U.S.L.I.M.”
Salam
hashtag dan postingannya membingungkan, yg mau diungkap sbnrnya apa? Ttg tindakan Sayyidah Khadijah RA yg duluan melamar Rasulullah SAW atwkah tentang akhlak agung Khadijah RA sbg istri, ibu dan pejuang islam? Tweetnya kebnyakan menuntut kesetaraan gender bahkan cenderung spt kaum feminis yg menurut sy udh kebablasan shngga tdk lg memikirkan kodrat dan fitrahnya masing2.
Salam. Beberapa wanita tersebut juga menjadikan tema dan ide-ide (yang menurut saya tidak perlu untuk dimuat di tulisan) sebagai dalih harusnya wanita untuk berubah dari kondisinya yang sekarang. Menurut saya, feminis bukan istilah yang negatif.
Reblogged this on Ala~Lisa.
Istri Rasul banyak.. bisa ngak di ulas karena ini bisa menjadi acuan kita untuk mengagumi jiwa RAsulullah
Menurutku…gak gampang utk menjadi seperti khadijah…apakah kita mampu meneladani beliau baik dr segi akhlak maupun jihadnya dlm menyumbangkan hartanya habis2an utk perjuangan suaminya…