Seorang teman mengirimkan berita berjudul “Iran kutuk serangan Israel terhadap jalur Gaza” sambil berkata, “Apa gunanya mengutuk?” Sebuah kutukan sebagaimana demonstrasi adalah ekspresi penolakan terhadap kebatilan—yang direpresentasikan oleh Israel—dan dukungan terhadap rakyat Palestina. Empati memberikan kekuatan kepada mereka yang mengalami kesulitan, karena menumbuhkan keyakinan bahwa bahwa mereka tidak sendirian. Kutukan dan demonstrasi juga menjadi media untuk melunakkan kembali orang-orang yang terlanjur membatu.
Sejak kelahirannya, Iran telah mendukung Palestina lebih dari sekedar kutukan: menutup kedutaan Israel dan menggantinya dengan kedutaan Palestina, membentuk lembaga pemerintahan dan non-pemerintahan untuk menggalang dana bagi rakyat Palestina, dan membuka kantor Hamas di Tehran.[1] Iran juga telah memberikan bantuan senjata termasuk ratusan roket, misil anti-tank, pengetahuan teknologi untuk membuat proyektil, pelatihan dan pendidikan di Iran, serta ratusan juta dolar dana segar.[2]
Mari kita sejenak berjalan menuju Iran untuk melihat refleksi kebijakan politik Iran terhadap Palestina dengan cara yang sederhana: nama jalan. Konon. alasan yang paling sering digunakan ketika memilih sebuah nama untuk dijadikan nama jalan adalah nilai ketokohan, kepahlawanan, atau jasa-jasa yang telah diberikan. Faktor lain bisa jadi adalah sebuah simbol dari tema tertentu yang ingin diingatkan kepada masyarakat atau diperjuangkan. Setelah revolusi Islam Iran, nama-nama keislaman lazim digunakan untuk menggantikan beberapa nama-nama bearoma kepersiaan dan westernis.
Misalnya, nama jalan Shahreza diganti menjadi Enghelab (Revolusi); Farahabad, yang identik dengan nama istri kaisar, diganti menjadi Piroozi (Kemenangan). Nama jalan Churchill diganti menjadi Neauphle-le-Château, sebuah desa di Perancis tempat pengasingan Imam Khomeini; nama jalan Roosevelt diganti menjadi Shahid Mofateh; nama Los Angeles diganti menjadi Hejab.[3]
Felestin Square
Sebelum revolusi Islam Iran, alun-alun ini dikenal dengan nama Medan Istana (Meydân-e Kâkh). Namun kini daerah yang terletak di persimpangan Jalan Felestin dan Jalan Taleqani dinamai Meydân-e Felestin. Daerah ini biasanya dijadikan sebagai tempat berkumpul masyarakat untuk memberikan dukungan yang berkaitan dengan isu-isu Palestina ataupun Lebanon. Jika kita berjalan ke arah Timur terdapat sebuah bioskop yang juga bernama Felestine.
Persis di bagian barat medan tersebut terdapat Masjid Jami Imam Sadiq dan jika kita terus menyusuri jalan tersebut akan mendapati Jalan Qods dan komplek Universitas Tehran. Di bagian Barat ibu kota Tehran ini juga terdapat sebuah distrik bernama Qods.
Jalan Rachel Corrie
Seperti di Ramallah, Tepi Barat, ibu kota Iran juga memiliki jalan dengan nama Rachel Corrie, seorang aktivis perdamaian asal Amerika Serikat yang tewas oleh buldoser bersenjata milik tentara Israel di kota Rafah, Gaza Selatan. Saat itu, Corrie yang masih berusia 23 tahun berjuang melawan usaha penghancuran rumah warga Palestina. Pemberian nama tersebut sebagai bentuk penghargaan atas perjuangan Corrie. Kabar terakhir menyebutkan terjadi penundaan atas peresmian nama terebut akibat birokrasi antara dewan kota dan Kementerian Luar Negeri.
Referensi:
[1] ^ Ramana, Siddharth. “The Hamas-Iranian Relationship and Its Trans-nasional Impact”. World Analysis.
[2] ^ “Iranian Support of Hamas”. Intelligence and Terrorism Information Center at the Israel Intelligence Heritage & Commemoration Center. Silakan juga untuk membaca “Iranian Support for the Palestinian Terrorist Organizations”.
[3] ^ “Nâm-e Khayâbân…”. Seratnews.ir.