Tumbuh di wilayah utara New Jersey pada akhir tahun 90-an, keluargaku mulai menjalin persahabatan dengan sebuah keluarga Syiah Bohra yang tinggal tidak jauh dari tempat kami. Meskipun perbedaan teologis di antara suni dan Syiah yang membuat dua kelompok ini terpisah sudah dimaklumi bersama, keluarga kami tetap kompak dan menjadi sangat dekat; terlebih putra mereka yang bernama Murtaza seusia denganku dan kami pergi ke sekolah bersama.

Kesamaan di antara kami bukan hanya itu. Ayahku dan ayah Murtaza sama-sama besar di Calcutta, India. Kedua keluarga tinggal di lingkungan dengan sosio-ekonomi yang serupa. Ibu kami menjadi cukup dekat karena perbincangan awal mengenai hal-hal yang disukai dan tidak disukai di dalam keluarga. Keduanya memiliki keterikatan dengan masing-masing mazhab. Meskipun disadari bahwa kami berasal dari keluarga suni sedangkan mereka keluarga Syiah Bohra, kami tidak menjadikan perbedaan tersebut sebagai alasan untuk berpisah sebagaimana kami menggunakan kesamaan di antara kami untuk terus bersama. Ketika waktu salat datang, keluarga kami akan salat dalam satu jemaah sementara mereka akan salat dengan jemaah lain. Ada beberapa isu teologi dan ibadah yang membedakan kami, tapi tidak menjadikan alasan kami untuk tidak dekat. Kami tidak sepakat pada semua hal, tapi juga tidak memaksakan agar yang lain sepaham dengan kami.

Setelah hampir dua belas tahun tidak bertemu, usaha untuk jalan bersama sering kali gagal, dan membiarkan hidup memainkan perannya, aku akhirnya mendapatkan kesempatan untuk pergi dan makan malam bersama Murtaza pada bulan September 2013. Dia baru saja kembali ke Amerika Serikat setelah belajar selama tujuh tahun di seluruh dunia. Dia telah belajar di sebuah pesantren (seminari) Syiah Bohra di Pakistan di mana dia menghafalkan Alquran dan menyelesaikan studinya di lembaga yang sama, menghabiskan waktu belajar di seluruh Timur Tengah, dan keilmuannya juga diakui di berbagai disiplin keilmuan Islam dari lembaga-lembaga selama perjalanannya. Murtaza sedang menyelesaikan studi sarjananya dalam Studi Perdamaian dan Konflik di Swarthmore College, Pennsylvania.

Kilas Balik

Kami tertawa mengingat masa-masa indah yang telah kami lalui bersama keluarga. Tidak dapat dibayangkan bagaimana kami tidak berbicara selama bertahun-tahun, tapi kami masih berada dalam jalur kehidupan yang sama. Kami berdua menghafal Alquran dan memiliki ketertarikan pada studi keislaman, sehingga berencana untuk melanjutkan studi yang lebih tinggi. Kami juga aktif di masjid-masjid kami. Sebagian besar percakapan kami malam itu terfokus pada aktivitas kami dalam masing-masing mazhab. Anehnya—sebagaimana yang akan saya jelaskan berbagai tantangan yang aku hadapi sebagai seorang akvitis pemuda—Murtaza juga memberi tahu bahwa komunitasnya juga menghadapi masalah-masalah sosial yang sama. Entah itu program kepemudaan, penyakit sosial, kesenjangan antara yang tua dan muda, dan banyak hal lainnya, kami menemukan bahwa kedua mazhab ini berada dalam perahu yang sama ketika berbicara mengenai aktivisme keislaman.

Selain humor dan kenangan yang menjadi bagian dari percakapan kami, tidak satupun dari kami yang menghindar untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan sulit tentang perbedaan akidah di antara kami. Sebagai suni, aku mencari jawaban atas masalah-masalah yang berkaitan tentang sahabat nabi, peran Iran sebagai pusat keagamaan, dan banyak lagi; sementara pertanyaan Murtaza lebih kepada perbedaan sejarah, pengembangan komunitas, dan pandangan suni terhadap pengikut Syiah. Itu hanyalah beberapa perselisihan yang kami bicarakan. Kami tidak berdebat; tapi berdialog bersama dengan beberapa potong piza, roti lapis, dan bubble tea. Meskipun kami berdua mendapatkan jawaban, tapi kami telah menemukan sesuatu yang lebih penting daripada yang kami cari—kami menemukan kesadaran yang dapat membantu komunitas kami lebih toleran satu sama lain.

Apa saja yang dipelajari oleh kedua sahabat ini? Lanjut Halaman 2.

Komentar Anda?

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.