Di banyak negara muslim dengan jumlah populasi Syiah yang signifikan, kekhawatiran akan tingginya tensi pertentangan suni-Syiah membayangi masyarakat. Menurut penelitian Pew Research Center[1], 67 persen warga Lebanon mengakui ketegangan antara suni dan Syiah merupakan kekhawatiran terbesar mereka; di Irak sebesar 52 persen; di Afghanistan sebanyak 44 persen; tapi di Azerbaijan yang jumlah populasi Syiahnya lebih dari dua pertiga, hanya dua persen dari mereka yang mengatakan ketegangan antara dua mazhab Islam terbesar itu sebagai masalah besar.

Apa yang membuat Azerbaijan berbeda? Menurut Paul Goble dari The Jamestown Foundation[2], Azerbaijan memiliki tiga alasan utama yang membuat angka kekhawatiran perselisihan warga suni dan Syiah relatif rendah.

Pertama, kebijakan anti-keagamaan yang diterapkan Soviet membuat hanya sedikit warga Azerbaijan yang memahami sepenuhnya perbedaan di antara dua kelompok Islam tersebut. Karena hidup tanpa adanya pengajaran agama dan sedikitnya masjid yang aktif, warga republik tersebut tidak memiliki akses penuh terhadap perbedaan di antara kedua kelompok.

Ketika generasi mudanya menerima pendidikan Islam yang lebih banyak, warga Azerbaijan secara umum cenderung membagi-bagi umat muslim di negara mereka dengan “orang Turki” dan lainnya dengan “orang Iran”; pembagian tersebut bukan disebabkan oleh perbedaan doktrin tetapi lebih karena penyokong dana di belakang mereka. Turki membangun beberapa masjid baru di Azerbaijan pada tahun 1990-an, termasuk yang terbesar, dan Iran membangun masjid lainnya.

Kedua, perbedaan suni dan Syiah di Azerbaijan diredupkan dengan nasionalisme. Hasilnya bukan hanya kegagalan penjajahan Armenia, tapi juga ditambah dengan usaha pemerintah untuk mempromosikan nasionalisme sekuler dalam gaya modern Turki. Sehingga ketika orang-orang Azerbaijan berbicara tentang perbedaan suni-Syiah, mereka mengingatkan diri sendiri untuk tidak membagi-bagi di antara bangsa mereka sendiri, tetapi membagi di antara mereka dengan kelompok etnis lain, seperti Lezgin, yang dianggap sekutu Iran.

Ketiga, penegasan berulang kali dari pemerintah bahwa sejarah negeri mereka membentuk masyarakat Azerbaijan sebagai orang-orang yang kosmopolitan dan toleran dibandingkan muslim negara lainnya. Baku memiliki hubungan yang baik dengan komunitas Yahudi dan Israel. Toleransi antaragama tersebut membuat Azerbaijan terpisah dari banyak dunia Islam dan mempengaruhi warganya untuk menjadi lebih toleran terhadap keragaman agama di negara mereka.

Tapi semua itu bukan berarti tidak ada masalah sama sekali antara pemerintah Azerbaijan dengan penganut Syiah. Pihak berwenang telah memindahkan beberapa masjid Syiah, bukan karena keberpihakan terhadap suni tetapi lebih karena kekhawatiran bahwa masjid-masjid “orang Iran” tersebut berpotensi menciptakan ketidakstabilan politik.

Derasnya arus informasi ajaran Islam yang diterima generasi muda yang lahir tahun 1980—dan kini menjadi mayoritas—juga menciptakan kekhawatiran. Ditambah lagi dengan instabilitas politik Timur Tengah yang sering kali membawa isu suni-Syiah.[3] Tanpa pemahaman yang baik terhadap sejarah kedua mazhab, toleransi di antara keduanya pada masa depan dapat terancam.

Referensi:

[1] ^ “Many Sunnis and Shias Worry About Religious Conflict”. Pew Research Center. Diakses pada 1 Januari 2015.

[2] ^ Goble, Paul (13 November 2013). “Few Azerbaijanis Distinguish Between Sunni and Shia Islam”The Jamestown Foundation.

[3] ^ Rovshenoglu, Kenan dan Bayram Balci (6 September 2013). “Syria, Azerbaijan and the Sunni-Shia Divide”. The Globalist.

4 respons untuk ‘Menjaga Toleransi Suni dan Syiah di Azerbaijan

  1. Menarik sekali. Saya selalu senang membaca tulisannya mas Ali Reza yang selalu bervisi menyatukan islam tapi tetap tidak kehilangan jati dirinya. Terus berkarya ya. Semoga Allah selalu memberkahi.

  2. Ini tS dari mana,siapa,sumber mana..? Wkwk

    kalo PROPAGANDA kyk gini..maaf..MURAHAN broo..!!

    INDONESIA SUDAH PINTARR..wkwk

    gk ada Syiah ,gk ada sunni
    yg ada ISLAM..

  3. pintar, tetapi kalau masih anti syi’ah namanya ya gak pinter bro. Kata Syeikh Al Azhar Suni Syi’ah itu saudara. Anehnya MUI jawa Timur menciptakan fatwa syi’ah sesat. Jadi yang tersesat berarti MUI ya bro.

Komentar Anda?

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.