Setelah bertemu dengan ulama Syiah, Raya Shokatfard kembali ke rumah singgahnya. Di kamar, dia duduk termenung cukup lama—memikirkan bahwa dirinya seolah sedang melakukan perjalanan melintasi zaman serta merenungi sejarah agama ini. Bagaimana mungkin agama besar ini memiliki konflik berkepanjangan di antara pengikutnya?

Islam memang diyakini sebagai agama dengan nabi utusan terakhir yang paling mulia. Beliau membawa pesan sempurna yang telah Allah sampaikan kepada ratusan ribu nabi sebelumnya. Namun mengapa masalah pelanjut Nabi Muhammad saw. membuat segala sesuatunya menjadi rumit?

Menurut fakta sejarah, Abu Bakar tidak mencari nama, ketenaran, atau kekuasaan. Dia menjadi pelanjut nabi—tanpa ada keberatan dari tokoh penting—Ali bin Abi Thalib—yang dipilih oleh nabi sebagai pelanjutnya, menurut kepercayaan Syiah.

Raya Shokatfard telah membaca beberapa kitab terkait bukti-bukti yang dihadirkan pengikut Syiah bahwa Ali adalah pelanjut nabi yang terpilih. Namun, ketika Ali sedang memandikan jenazah nabi dan menyiapkan pemakamannya, segelintir orang dengan cepat memilih Abu Bakar sebagai pelanjut nabi dan semua orang diwajibkan membaiat atau jika tidak, akan berurusan dengan Umar.

Raya juga membaca dari buku-buku suni bahwa situasinya tidak sesederhana itu.

Rupanya, beberapa kaum ansar (penduduk asli Madinah) berkumpul di gubuk kecil yang bernama Saqifah dan membicarakan tentang pemilihan penggantinya sendiri. Setelah mengetahuinya, Umar langsung menjemput Abu Bakar dan bergabung dengan kelompok tersebut. Lalu Umar mengklaim bahwa pelanjut nabi harus berasal dari muhajirin (para pendatang). Setelah melalui perdebatan sengit, Umar mengambil tangan Abu Bakar, membaiat, dan memanggilnya khalifah atau penerus setelah nabi.

Dari sana, mereka langsung menuju masjid nabi dan mengajak semua orang untuk hadir dan membaiat Abu Bakar. Sementara Ali masih sibuk dengan pemakaman nabi.

Orang-orang akan bertanya-tanya, bagaimana mungkin segelintir orang bergegas memilih pengganti sementara jenazah nabi tercinta bahkan belum dimakamkan? Mengapa mereka tidak menghadiri pemakaman? Mengapa mereka sangat terburu-buru? Tidak ada indikasi atau bukti dari nabi yang menganjurkan umat Islam untuk memilih penggantinya dengan tergesa-gesa! Teka-teki inilah yang belum bisa dijawab oleh Raya.

Mayoritas muslim ahlusunah berpendapat bahwa pelanjut kepemimpinan saat itu dipilih oleh masyarakat. Tapi menurut Syiah, bagaimana mungkin? Tidak ada satupun dari keluarga nabi Bani Hasyim yang hadir di sana. Bahkan pamannya, Abbas, tidak diundang. Beliau sedang bersama Ali mempersiapkan pemakaman. Sehingga, klaim tersebut sebagai cara untuk memilih pengganti nabi tertolak oleh pengikut Syiah.

Lalu, jika caranya memang demikian, mengapa pada masa selanjutnya Abu Bakar langsung memilih Umar dan tidak menanyakan pendapat orang-orang saat itu? Kemudian, mengapa Umar memilih enam orang untuk memilih satu di antara mereka sendiri dan memerintahkan orang yang tidak setuju untuk dibunuh jika terdapat perselisihan?

Pengikut Syiah menyatakan bahwa satu-satunya kasus di mana masyarakat terlibat langsung dalam memilih pemimpin adalah saat penunjukkan Ali, setelah pembunuhan khalifah ketiga, Utsman.

Selama sisa waktu berada di Qom, Raya Shokatfard masih harus terus merenunginya.

Ikuti kelanjutan kisah Raya dalam mencari apa yang diyakininya sebagai kebenaran dalam serial artikel Dilema Suni-Syiah. Kisah ini disajikan ulang dalam Bahasa Indonesia atas persetujuan Raya Shokatfard.

3 respons untuk ‘Dilema Suni-Syiah (16): Setelah Wafatnya Nabi

  1. Semoga Allah senantiasa melindungi kita dari hal hal dan perbuatan yang
    menimbulkan mudhorot, aamiin

Komentar Anda?

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.