Raya Shokatfard, wanita kelahiran tahun 1949, sudah menyusuri sejarah panjang suni dan Syiah. Mengapa semua itu dia lakukan? Alasan pertama adalah keinginan untuk mengenal para imam keturunan nabi. Raya merasakan daya tarik untuk mengenal kehidupan dan ajaran mereka. Terutama, pesan nabi dalam hadis sahih yang menjelaskan betapa pentingnya mereka. Alasan kedua, Raya ingin memperjelas banyak isu kontroversial yang mengganjal hubungan suni-Syiah.

Isu pertama adalah hadis tsaqalain (dua pusaka). Studi mengenai sanad hadis tersebut dari sumber ahlusunah menyebutkan mengenai keaslian hadis tsaqalain. Rasulullah saw bersabda, “Sungguh aku tinggalkan kepada kalian dua pusaka penting: Kitab Allah dan keluargaku, ahlulbaitku. Keduanya tidak akan pernah terpisahkan hingga datang menjumpaiku di Telaga.” Situs al-islam.org menurut Raya memberikan penjelasan rinci tentang berbagai narasi hadis dan keasliannya, termasuk bukti yang digunakan pengikut Syiah soal klaim Ali sebagai khalifah setelah nabi.

Hampir tidak mungkin kita bisa menyangkal hadis itu. Poin penting pertama menyebutkan tentang kedudukan Ali sebagai pelanjut/maula/pelindung. Sementara poin yang lain berbicara tentang hubungan antara ahlulbait dengan Alquran. Hadis ini sangat diabaikan oleh pengikut ahlusunah, namun mendapat perhatian penting oleh Syiah.

Studi dan bukti mengenai keasliannya membuat Raya dan kita semua berkewajiban untuk menaruh perhatian lebih terhadap hadis tersebut. Bagi Raya, seseorang harus mengenal dengan benar siapa itu ahlulbait nabi serta menjadikan ajaran mereka sebagai hal penting setelah Kitabullah dan rasul-Nya. Menurut riwayat itu, ahlulbait dan Quran tidak akan terpisahkan hingga hari akhir.

Riwayat dari para imam Syiah tentu saja berasal dari ajaran nabi saw. Namun apakah mungkin, para penguasa suni dahulu—karena pertentangan politik dengan keluarga nabi, menghalangi hadis-hadis tersebut sampai ke orang-orang sehingga sentimennya terasa hingga saat ini? Atau mungkinkah juga penganut Syiah bereaksi—karena keluarga nabi dibunuh oleh beberapa penguasa Umayyah dan Abbasiah, sehingga mereka meninggikan kedudukan ahlulbait hingga tak masuk akal?

Embed from Getty Images

Sejarah periwayatan hadis

Mayoritas pengikut ahlusunah tahu bahwa Abu Bakar membakar lebih dari 500 hadis dan ajaran nabi saw. karena takut masyarakat mencampurinya dengan Quran. Lalu Umar lebih keras melarang orang menulis dan meriwayatkan sabda nabi. Sejarah menyebutkan, pada kekuasaan Umar bin Abdulaziz (atau hampir 200 tahun setelah wafat nabi), pelestarian ajaran dan riwayat nabi baru digalakkan. Jadi saat itu, seluruh sahabat nabi sudah meninggal dan yang tersisa hanyalah riwayat mulut ke mulut. Lalu orang akan bertanya-tanya, seberapa otentikkah riwayat-riwayat tersebut?

Bukhari dan Muslim telah melakukan usaha terbaik mereka untuk mengikuti rantai perawi. Kadang merka beri predikat asli, lemah, atau di antara keduanya. Tapi ada hal yang perlu diperhatikan. Misalnya, bagaimana bisa hampir 4.000 riwayat nabi melalui Abu Hurairah atau lebih dari 3.000 hadis dari Aisyah lolos begitu saja di saat adanya larangan periwayatan oleh khalifah? Tak diragukan lagi, kalau di antara ribuan riwayat tersebut, beberapa di antaranya ada yang otentik. Namun jauhnya jarak membuat kita sulit untuk memastikan tingkat keasliannya.

Sekarang, mari kita lihat riwayat yang disampaikan oleh keluarga nabi. Tidak ada satupun di antara mereka yang peduli dengan larangan. Riwayat disampaikan oleh Ali kepada keturunannya. Pengikut Syiah percaya bahwa Ali memiliki banyak tulisan dari ajaran nabi yang dia sampaikan kepada anak-anaknya. Jadi, sepertinya masalah terpecahkan. Kita tinggal mengambil riwayat dari para imam Syiah dan kita tahu itu semua otentik. Iya, kan? Nah ternyata, di sini kita juga punya masalah!

Meskipun ahlulbait adalah orang terbaik yang menjaga ajaran nabi, ada masa ketika riwayat mereka hilang atau bercampur dengan riwayat palsu. Belum lagi pandangan ekstrem tentang para imam yang para imam sendiri tidak pernah mengakui hal tersebut.

Lalu, apa yang harus Raya lakukan dengan semua pertentangan ini?

Ikuti kelanjutan kisah Raya dalam mencari apa yang diyakininya sebagai kebenaran dalam serial artikel Dilema Suni-Syiah. Kisah ini disajikan ulang dalam Bahasa Indonesia atas persetujuan Raya Shokatfard.

Satu respons untuk “Dilema Suni-Syiah (17): Sejarah Periwayatan Hadis

Komentar Anda?

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.