Imam Ḥasan Al-‘Askarī dan para imam ahlulbait selalu menekankan agar pengikut Syiah tidak memisahkan diri dari umat Islam. Mereka harus hidup sebagaimana seorang muslim tinggal dengan muslim lainnya. Seseorang bisa saja menjadi penganut Syiah namun keluarga dan lingkungannya bukan Syiah. Bagaimana dia seharusnya berperilaku? Imam ‘Askarī pernah mewasiatkan hal itu kepada para pengikutnya.

صلّوا في عشائرهم، واشهدوا جنائزهم، وعودوا مرضاهم، وأدّوا حقوقهم، فإنّ الرجل منكم إذا ورع في دينه، وصدق في حديثه، وأدّى الأمانة، وحسن خلقه مع الناس، قيل: هذا شيعي فيسرّني ذلك .

“Tunaikanlah salat berjemaah bersama mereka…” Janganlah kita memiliki dua masjid: satu untuk Syiah dan satu untuk suni. “Pergilah melayat jenazah mereka, jenguklah mereka jika di antaranya ada yang sakit, dan perhatikanlah hak-hak mereka…,” yaitu hak-hak keislaman dan sosial. “Jika kalian bertakwa, taat pada agama, jujur dalam lisan, amanah dan berakhlak mulia, kalian baru bisa disebut sebagai seorang Syiah. Perkara inilah yang membahagiakan hati kami.”

Para imam ahlulbait akan bangga jika kita memang layak untuk dibanggakan. Bukan karena saling beselisih satu sama lain, tapi karena warak dalam beragama, bertakwa, berkata jujur, menunaikan amanat, dan berakhlak baik kepada sesama manusia. Baik itu dengan perkataan, perbuatan, maupun dengan mengunjungi sesama.

اتقوا الله، وكونوا زيناً ولا تكونوا شيناً، جرّوا إلينا كل مودّة، وادفعوا عنّا كل قبيح، فإنّه ما قيل من حسن فنحن أهله، وما قيل من سوء فما نحن كذلك، لنا حق في كتاب الله، وقرابة من رسول الله، وتطهير من الله لا يدّعيه أحد غيرنا إلاّ كذّاب .

“Bertakwalah kalian kepada Allah dan jadilah perhiasan (zaynan) untuk kami, bukan menjadi aib (syainan) bagi kami. Ajaklah mereka untuk mencintai kami (ahlulbait)…,” melalui informasi yang kalian kabarkan kepada orang lain, mengenai perilaku, akhlak, mutiara hikmah, pengetahuan, dan persatuan yang diharapkan ahlulbait dari umat muslim. “…dan jauhkanlah orang-orang yang mencoba berbuat buruk atas kami. Karena sesungguhnya, segala kebaikan yang dinisbatkan pada kami, kami benar-benar telah melakukannya dan kami jauh dari perbuatan buruk.”

“Kami (ahlulbait) memiliki hak dalam kitab Allah dan kami adalah keturunan Rasul saw. Allah telah mensucikan kami sesuci-sucinya. Tak ada satupun yang mengklaim kedudukan kami kecuali mereka berbohong…” Karena ayat pensucian yang disebutkan dalam surah Al-Aḥzāb ayat 33 diturunkan kepada ahlulbait dan bukan yang lain.

اكثروا ذكر الله، وذكر الموت، وتلاوة القرآن، والصلاة على النبي (صلى الله عليه وآله)، فإنّ الصلاة على رسول الله عشر حسنات، احفظوا ما وصيّتكم به، واستودعكم الله، وأقرأ عليكم السلام.

“Perbanyaklah berzikir kepada Allah…” dan sudah menjadi tugas kita untuk terus mengingat Allah dalam setiap perkara. Hadirkanlah Allah dalam pikiran kita dan ingatlah Dia dalam hati kita. Jika Allah melarang sesuatu dan kita ingat kepada-Nya, kita berhenti lalu tinggalkan perkara tersebut. Jika Allah memerintahkan sesuatu dan kita ingat kepada-Nya, kita segera melakukannya.

“Perbanyaklah mengingat kematian…,” sebagaimana Rasulullah saw. bersabda bahwa hati bisa berkarat layaknya besi berkarat. Beliau saw. ditanya tentang bagaimana cara menghilangkan karat tersebut, yaitu dengan membaca Alquran dan mengingat kematian. “Perbanyak pula membaca Alquran serta berselawat kepada Rasulullah saw. Karena satu selawat untuk beliau memiliki sepuluh kebaikan. Peliharalah apa-apa yang kuwasiatkan ini. Semoga Allah menjaga kalian. Wassalamualaikum.”

Referensi:

Ceramah Ayatullah Moḥammed Ḥussein Faḍlallāh dalam peringatan wafat Imam Ḥasan Al-‘Askarī.

Komentar Anda?

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.