Tiap memasuki bulan Muharam, ucapan selamat bertebaran. Selamat Tahun Baru Islam, Happy Islamic New Year, Happy Muharram. Tapi apakah tahun baru hijriah itu momen perayaan suka cita? Atau saat yang tepat untuk merenungi tragedi besar dalam sejarah Islam? Khotbah Jumat atau pengajian tetap berjalan di bulan Muharam. Tapi nyaris tidak pernah menyebut tragedi Karbala.

Kehidupan berjalan seperti biasa. Itulah yang terjadi pada sebagian besar muslim ahlusunah. Bagi muslim Syiah, program harian untuk mengenang perjuangan Husain dan keluarga nabi dibuat. Muharam hampir identik dengan bulan duka untuk menghormati ahlulbait nabi. Mengapa dua mazhab besar ini seolah memiliki jalan yang berbeda di bulan Muharam?

Kegiatan majelis Syiah untuk memperingati tragedi Karbala bukan pertemuan khusus Syiah. Namun stigma terus dibuat seolah mengenang keluarga nabi adalah kegiatan aneh di luar Islam. Apakah Imam Husain mengorbankan jiwanya hanya untuk Syiah? Apakah peringatan Karbala hanya pelajaran bagi muslim Syiah?

Muslim ahlusunah mengaku menghormati pengorbanan Husain bin Ali. Namun acuh tak acuh—setidaknya secara lahiriah. Mengapa muslim ahlusunah tidak bergabung dalam majelis Syiah? Apakah orang Syiah memonopoli Imam Husain dan acara untuk mengenangnya? Tidak cukupkah keimanan mampu menyatukan kita? Padahal kita punya lebih banyak kesamaan dibandingkan dengan umat agama lain.

Pelajaran dari tragedi Karbala

Pengorbanan cucu Nabi saw. di Karbala melawan penguasa tiran bernama Yazid, tidak bertujuan untuk pengikutnya saja. Atau hanya untuk muslim saja. Pelajarannya adalah untuk seluruh umat manusia. Beliau mengajarkan kita untuk bangkit melawan tirani, penindasan, dan ketidakadilan. Saat itu, moralitas turun dan korupsi di umat Islam meningkat. Semua terjadi sejak Yazid mengambil alih kekuasaan. Sekitar 50 tahun setelah wafat Nabi Muhammad saw.

Menolak untuk tunduk pada rezim tiran adalah pilihan mudah bagi Imam Husain. Beliau yakin atas perintah kakeknya, Nabi Muhammad saw. Yazid ingin menghapus keluarga nabi dari memori umat Islam. Untung saja ada keberanian Zainab binti Ali. Sayidah Zainab berdiri tegak di singgasana Yazid. Menyuarakan apa yang terjadi di Karbala.

Embed from Getty Images

Muharam bukan sekadar bersedih

Ada muslim ahlusunah yang menjauhi tragedi keluarga nabi. Ada juga muslim Syiah hanya larut dalam ritual. Lalai merenungi pengorbanan besar ini. Memang, ada berbagai cara untuk mengungkapkan duka. Tapi Karbala bukan sekadar berkabung. Karbala mengajarkan berani mengatakan kebenaran, berdiri melawan penindasan dan tirani, tegar menghadapi kesulitan, memperjuangkan keadilan dan bersikap baik kepada semua orang termasuk musuh.

Jadikanlah tragedi Karbala dan perjuangan Imam Husain sebagai sumber persatuan. Bukan perpecahan. Imam Husain berjuang bukan supaya orang memusatkan perhatian pada dirinya. Beliau melindungi Islam. Islam yang bersih dari perpecahan.

Perayaan atau peringatan

Kalau orang yang kita cintai meninggal, sedihnya bukan hanya terjadi saat dia meninggal. Satu tahun berikutnya, memasuki bulan kematian, kita ingat. Kita sedih. Semakin sedih menjelang tanggal kematiannya. Kita ingat kebersamaan dengannya. Jika tanggal kematian orang yang kita cintai itu tanggal 1 Januari, orang bergembira tapi kita tidak. Kalau kita, umat Islam, mengaku mencintai Husain bin Ali, seperti yang diperintahkan Alquran dan Nabi saw., apa tidak boleh kita bersedih di momen peringatan kedukaanya?

Yazid berupaya membumihanguskan keturunan nabi. Tapi rencananya gagal. Karbala tetap hidup di hati para pecinta keluarga nabi. Kalau bukan karena minoritas umat Islam, tragedi Karbala mungkin semakin dilupakan. Itu terjadi jika kita terus acuh tak acuh dengan bulan Muharam. Apakah kita ingin membantu Yazid dengan menjadikan Muharam seperti bulan biasa? Berpura-pura tidak terjadi apa-apa dengan keluarga nabi?

Janganlah mengakui mencintai Nabi Muhammad saw. dan Imam Husain, jika memilih “bersuka cita” di tahun baru dan mengabaikan perjuangan mereka.

Referensi:

Naqvi, Ejaz (21 Agustus 2020). “No Happiness in ‘Happy New (Islamic) Year'”. Patheos.

Komentar Anda?

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.