Dunia menjadi saksi. Saksi atas kekejaman dan kejahatan mengerikan terhadap kemanusiaan. Genosida, warga sipil terbunuh akibat perang, dan pengabaian hak asasi manusia. Peristiwa pahit itu mengingatkan tentang sejarah. Contoh dan pelajaran masa lalu yang dilupakan. Tapi sejarah punya pesan universal di dalamnya. Sudah disampaikan hampir 1400 tahun yang lalu. Terus berdering bagi seluruh umat manusia hingga hari ini.

Setiap tahun, tanggal 10 Muharam, dikenal dengan hari Asyura. Jutaaan muslim seluruh dunia memadati majelis. Meneriakkan dedikasi mereka pada seorang pria bernama Husain. Seorang cucu Nabi Muhammad saw. Mereka berkumpul memperingati kemartirannya. Sebuah pengorbanan yang dilakukan olehnya, keluarganya, dan sahabatnya. Terjadi pada tahun 680 M di kota Karbala, Irak.

Peristiwa bersejarah bukan hanya contoh di antara banyak hal yang dunia saksikan lagi dan lagi. Husain dikenang sebagai pahlawan sepanjang masa. Sumber kebenaran, moralitas, dan keteguhan. Cita-citanya sangat kontras dengan masyarakat saat itu. Korupsi merajalela. Para elit, sambil asyik mengejar hedonistik fana, terang-terangan mengabaikan hak kaum tertindas. Husain berdiri melawan masyarakat di mana keadilan dirusak oleh rezim yang dipimpin pria bernama Yazid.

Beberapa abad telah berlalu. Generasi telah menggantikan figur tersebut. Tapi kondisi saat mereka masih hidup tetap sama sampai sekarang. Banyak negara dijangkiti korupsi. Orang tertindas yang melarat diabaikan. Keadilan tidak ditegakkan. Moralitas yang mendasari semua prinsip dilemahkan.

Aneh sekali ketika para pecinta Husain bin Ali yang meneriakkan perjuangannya justru diserang, diteror, dan ditekan. Di Indonesia, orang yang memperingati Asyura justru kecam. Disebut kelompok sesat. Dikatakan pelaku bidah. Di Pakistan, tak jarang peringatan 10 Muharam diwarnai aksi bom bunuh diri. Media mungkin mengatakan sejarah masa lalu sebagai “penyebab”. Tapi orang yang kritis sadar, ini bukan sekadar perselisihan sejarah.

Pesan universal tidak terikat oleh mazhab atau keyakinan. Husain a.s. tidak membela sebuah kelompok. Dia beserta keluarga dan sahabat, membela sebuah ideologi atas nama kemanusiaan. Mereka yang cinta Husain datang dari berbagai kelompok. Suni atau Syiah, muslim atau nonmuslim. Risalahnya diamini tokoh dunia. Mahatma Gandhi mengatakan, “Saya belajar dari Husain bagaimana orang ditindas meraih kemenangan.”

Meski tragedi Asyura direkam dalam konteks sejarah Islam, pelajaran dan dampaknya sangat luas. Permusuhan, kebencian, hingga pembunuhan terhadap penyeru pesan Husain bin Ali adalah musuh perdamaian, persatuan, dan keadilan. Tindakan keji itu tidak berbeda dengan perbuatan Yazid tahun 680 M.

Cobalah kita gali puing-puing yang tersisa dari kekacauan, kemarahan, pembunuhan tersebut. Tampak jelas, orang-orang yang menentang pesan perdamaian dan keadilan, pesan sejati Husain, adalah musuh bersama. Mereka tidak berdiri di sisi kemanusiaan. Mereka mungkin berkedok muslim, membawa dalih keislaman, tapi mereka jauh dari Islam. Sangat mengecewakan tindakan itu digeneralisasi. Gambaran dari mereka menutupi pesan yang diperjuangkan Husain berabad-abad yang lalu. Jangankan sebagai muslim, tindakan mereka jauh terlepas dari kemanusiaan.

Jika kalian menghapus nama, tanggal, dan detail peristiwa, memahami peringatan Asyura adalah bukti pengabdian pada nilai universal. Itulah esensi dari nilai kemanusiaan. Janganlah kita tertipu dengan memberi umpan lingkaran setan dengan saling membenci. Pelajarilah pesan sejati Husain dan tragedi sejarah. Marilah kita berdiri untuk kemanusiaan.

Referensi:

Kamani, Zehra (1 Mei 2020). “A Unifying Message for Humanity”. Iqra Online.

Komentar Anda?

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.