Doa buka puasa apa yang biasanya Anda baca? Jika jawabannya Allâhumma laka shumtu, maka itu sama seperti yang kebanyakan masyarakat baca selama ini. Doa itu sudah sejak lama diajarkan oleh guru mengaji bahkan biasa diputar oleh beberapa stasiun televisi saat bulan Ramadan. Tapi beberapa tahun belakangan, sebagian masyarakat dibingungkan oleh doa berbuka puasa versi lain yang sebelumnya jarang terdengar. Doa dengan awalan dzahabazh zhammâ’ diperkenalkan oleh sebagian masyarakat lain yang “tercerahkan”. Lanjutkan membaca “Meluruskan Doa Berbuka Puasa ‘Paling Sahih’”
Tag: benar
Beberapa hari terakhir, saya sempat terlibat “perang dingin” mengenai keunggulan antara akal dan hati. Saya sempat menulis update status: “Menurut Alquran akal adalah hujah dan menurut akal Alquran adalah hujah”. Perang semakin memuncak ketika saya menulis tentang keyakinan saya bahwa agama ini menjunjung tinggi akal. Tentu bukan sembarang akal, tapi akal yang sudah menjalani alur pikir yang benar.
Di sisi lain, pihak kontra meyakini bahwa hati adalah penentu benar atau salah. Sebenarnya saya juga meyakini hati adalah penentu kebenaran, apalagi jika dikaitkan dengan tema sufistik. Tapi ketidaksetujuan muncul ketika hati (yang memiliki tujuh lapisan ini) disamakan dengan perasaan (emosi). Ini sebabnya, saya kutip potongan artikel berikut yang saya tulis tahun 2006:
Ternyata hari lebaran ini (20/09) benar-benar digunakan oleh masyarakat untuk silaturahmi dan tentunya mudik. Hal ini secara sederhana terlihat dari jumlah pengunjung blog yang turun drastis sampai siang ini 😀 Makanya saya sempatkan untuk sedikit cerita dan ini (untuk pertama kalinya) saya tulis langsung di new post (karena biasanya pakai Ms. Word dulu).
Pertama tentang si “Minal Aidin” yang menjadi terkenal hanya saat lebaran. Tanpa memperhatikan tulisan aslinya (bahasa Arab, من العائدين والفائزين) banyak dari kita yang salah ketika menuliskannya ke Latin (mudah-mudahan saya nggak ikut-ikutan salah 😛 ). Ada yang “Minal Aidzin wal Faidzin” ada juga yang “Minal Aidhin wal Faidhin”. Latinnya saja salah apalagi buat mereka yang coba-coba nulis bahasa Arabnya.
Kedua, banyak dari kita yang cukup mengucapkan Minal Aidin wal Faizin – Maaf Lahir dan Batin. Seolah-olah kalimat itu terjemahan dan cukup menjadi “basa-basi” ucapan lebaran (apalagi SMS forward). Setahu saya kalau Min al-‘Â`idîn wa al-Fâ`izîn diterjemahkan akan menjadi “bagian dari orang-orang yang kembali (kepada fitrah) dan orang-orang yang menang”. Tapi apanya yang bagian? Apa maksudnya?