Langkah Efektif Membaca Buku Islami

Oleh: Wajahat Hussain

Banyak dari kita memiliki koleksi buku-buku islami yang mencakup beragam topik pengetahuan. Tapi jika setiap kali kita melihat buku itu lalu tidak bisa mengingat perubahan dalam hidup karena buku itu, berarti kita telah berbuat tidak adil terhadap pengetahuan yang ada di dalamnya. Banyak dari kita membaca buku hanya untuk mengoleksi, tapi tidak mendapatkan banyak (manfaat) darinya.

Hal ini sangat disayangkan karena karya penulis seperti Ayatullah Muthahhari dan Allamah Thabathabai tidak dapat dipahami sepenuhnya hanya dengan sekali baca. Banyak dari ulama seperti ini telah menghabiskan waktu puluhan tahun untuk mempelajari tema tertentu, sehingga kita seharusnya membutuhkan waktu yang sama. Artikel ini akan menjelaskan langkah sederhana yang dapat diterapkan oleh setiap pembaca untuk mendapatkan hasil maksimal dari buku-buku islami pilihan.
Lanjutkan membaca “Langkah Efektif Membaca Buku Islami”

Beragama Tanpa Keikhlasan: Tidak Adanya Akhlak

Bagaimana mungkin ada orang yang terlihat alim, berpakaian layaknya ulama, merasa dekat dengan agama tapi berlaku kasar? Lalu menuduh orang lain yang tidak sepaham dengan dirinya sebagai ahli bidah? Bahkan ada yang sampai melakukan aksi teror bom? Perlahan, orang  seperti ini justru membuat masyarakat menduga: janga-jangan agamalah penyebab perbuatan mereka itu. Di sisi lain, masyarakat awam terkecoh dengan penampilan lahiriah mereka yang terkesan saleh.

Lanjutkan membaca “Beragama Tanpa Keikhlasan: Tidak Adanya Akhlak”

Kritik dan Rekonstruksi Hadis Suni-Syiah

Oleh: Ayatullah Dr. Husaini Qazwini

Hadis yang kami temui dalam Shahîh al-Bukhârî ada manfaatnya bagi kami. Kami akan berdalil dengannya; bukan berarti kami menerima seluruh riwayat dalam Shahîh al-Bukhârî. Kami berhujah dengan riwayat yang membenarkan kata-kata kami dan menolak hujah mereka. Ini adalah kaidah wajib bagi orang berakal. Merujuk pada apa yang berkaitan dengan peristiwa ini, yaitu nabi yang mulia saw… berdiri dan kencing. Hadis ini dibawakan Bukhari dalam sahihnya (jil. 1, hlm. 62, hadis no. 224 dan beberapa tempat lain):

أَتَى النَّبِىُّ سُبَاطَةَ قَوْمٍ فَبَالَ قَائِمًا

Beliau mendatangi tempat pembuangan sampah suatu kaum dan kencing berdiri. Kami mengatakan riwayat ini, perbuatan ini, bertentangan dengan kemaksuman akhlak dan adab seorang nabi. Karena nabi yang mulia dibanggakan dengan: “Sesungguhnya engkau di atas akhlak yang mulia.” Beliau mempunyai seluruh keindahan akhlak mulia. Manusia kencing berdiri dianggap orang yang tercela dan dianggap suatu aib.
Lanjutkan membaca “Kritik dan Rekonstruksi Hadis Suni-Syiah”