Akal dan Hati, Bukan Perasaan

Beberapa hari terakhir, saya sempat terlibat “perang dingin” mengenai keunggulan antara akal dan hati. Saya sempat menulis update status: “Menurut Alquran akal adalah hujah dan menurut akal Alquran adalah hujah”. Perang semakin memuncak ketika saya menulis tentang keyakinan saya bahwa agama ini menjunjung tinggi akal. Tentu bukan sembarang akal, tapi akal yang sudah menjalani alur pikir yang benar.

Di sisi lain, pihak kontra meyakini bahwa hati adalah penentu benar atau salah. Sebenarnya saya juga meyakini hati adalah penentu kebenaran, apalagi jika dikaitkan dengan tema sufistik. Tapi ketidaksetujuan muncul ketika hati (yang memiliki tujuh lapisan ini) disamakan dengan perasaan (emosi). Ini sebabnya, saya kutip potongan artikel berikut yang saya tulis tahun 2006:

Lanjutkan membaca “Akal dan Hati, Bukan Perasaan”

Islam, Agama yang Disalahpahami di Barat

satharOleh: Dr. Syed Hasan Akhtar (Austin, Texas, USA)

Islam sangat disalahpahami di Barat. Alasan-alasannya dapat ditelusuri kembali ke masa Perang Salib. Kebodohan, ketakutan, kecurigaan, dan lain-lain menghalangi pengikut dari agama lain dalam menilai objektif dan jujur terhadap sebuah agama. Hasilnya adalah sejumlah kesalahpahaman, cerita palsu, dan catatan yang miring tentang Islam namun diterima sebagai “kebenaran” bahkan oleh agamawan Kristen dan sejarawan. Beberapa kesalahpahaman itu adalah:

Kesalahpahaman #1 – Allah adalah “Tuhan orang-orang Islam”

Banyak orang Kristen percaya bahwa Allah berbeda dari Tuhan Yesus. Faktanya ialah “Allah” dalam bahasa Arab secara sederhana berarti Tuhan Satu, seperti juga “Yahweh” dalam bahasa Yahudi, “Dieu” dalam bahasa Perancis, dan “Gott” dalam bahasa Jerman. Dia adalah Tuhan yang sama, Sang Maha Kuasa, the Omnipresent Deity, Sang Pencipta, Sang Penjaga, Pelindung Semesta Alam.

Lanjutkan membaca “Islam, Agama yang Disalahpahami di Barat”