Ada seseorang yang kerap kali berkunjung ke blog ini (serta blog lainnya) dan konsisten dalam berkomentar tentang topik yang sama. Sesekali dia datang dan kembali meng-copy-paste hipotesisnya. Orang itu beranggapan bahwa konflik suni-Syiah disebabkan perebutan tahta ahlulbait. Dia juga mengatakan bahwa ahlulbait (dan keturunan nabi) sudah tidak ada, sehingga sepantasnya tidak perlu ada lagi konflik suni-Syiah.
Dia mungkin mencoba untuk menyederhanakan masalah. Sangat mungkin dia akan kembali lagi ke blog ini dan mengulang hipotesisnya. Saya jadi berpikir, kalau ahlulbait sudah tidak ada, mengapa nabi saw. mewasiatkan umatnya untuk berpegang teguh pada Alquran dan ‘itrah, ahlulbait (HR. Muslim)? Kalau Alquran suci, bagaimana mungkin dipadankan dengan yang tidak suci? Kalau Alquran kekal dan menjadi petunjuk hingga saat ini, bagaimana pantas dipadankan dengan sesuatu yang sudah tidak ada? Berikut ini sekelumit penjelasan tentang kata “ahlulbait” dalam Alquran yang saya kutip dari A Shi’ite Encyclopedia.
Lanjutkan membaca “Kata “Ahlulbait” dalam Alquran”