Ketika Islam muncul pertama kali ke muka bumi, para pengikutnya berkumpul di sekitar Nabi ﷺ untuk mendapatkan ilmu dan ajaran Ilahi. Saat itu, jumlah mereka sangat sedikit sekali. Sebagai minoritas, mereka menghadapi penindasan dan kekejaman. Tapi, kaum muslim saling bekerja sama memperkuat ukhuwah. Semangat persaudaraan itulah yang membekas pada nasib dakwah Islam selanjutnya: memunculkan prinsip persatuan di antara muslimin.

هُوَ ٱلَّذِىٓ أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِۦ وَبِٱلْمُؤْمِنِينَ وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ ۚ لَوْ أَنفَقْتَ مَا فِى ٱلْأَرْضِ جَمِيعًا مَّآ أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّهُۥ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu menginfakkan segala (kekayaan) yang ada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.

Tapi kita, umat manusia, secara alamiah memiliki kecenderungan kepada hal-hal yang sejenis atau serupa. Kita tidak dibekali dalam mendefinisikan penyebab dan dasar-dasar perbedaan yang terjadi setelah wafatnya Nabi Muhammad ﷺ. Setelah kepergian nabi, efek bola salju dengan cepat memicu perpecahan di dalam tubuh umat Islam. Seperti menjalar ke seluruh aliran pemikiran yang berkelahi satu sama lain atas nama keyakinan yang sama.

Sebenarnya, perbedaan dalam penafsiran itu ada di berbagai bidang atau agama. Tapi yang terjadi pada Islam nampak lebih menonjol dalam sejarah agama-agama karena kita punya keterbatasan dalam mengungkap kebenaran. Beragam fakta yang selama ini terjadi seharusnya membuat kita merenungi hati nurani, agama, sejarah, dan kemanusiaan kita: apa yang harus kita lakukan untuk mengatasi kebencian sektarian ini?

Penganut mazhab Syiah yang setia kepada ‘Alī bertarung dengan sunnī yang setia kepada Abū Bakar dalam isu-isu yang bahkan kedua figur tersebut tidak pernah bayangkan sebelumnya! Pengikut Hanafi bergulat dengan pengikut Syiah Ja’farī ratusan kali lebih kuat dari pada Imam Ja’far dengan Abū Hanifah.

Dr. Haidar Hobbollah

Bagaimana kita bisa menggabungkan antara hubungan ukhuwah dengan keyakinan teologi dan hukum? Untuk menjawab pertanyaan itu, kita butuh satu prasyarat: mengenal satu sama lain dengan pikiran yang penuh rasa ingin tahu.

Dr. Haidar Muhammad Hobbollah menulis buku sederhana yang menjadi memorandum terbuka buat umat Islam: sunnī, Syiah, Ibādhi, sufi, dan sebagainya. Memo ini menjadi bentuk cinta dan kasih sayang, persaudaraan dan persahabatan. Buku ini memuat autokritik bagi siapapun untuk membuka lembaran baru. Karena autokritik, sangat mungkin memunculkan kekecewaan, terutama bagi sebagian besar pengikut Syiah. Namun Syekh Haidar berharap, memorandum yang ditulisnya ini bisa menginspirasi kita semua untuk saling menghormati dan menghargai.

Pemahaman kebanyakan pengikut Syiah dan sunnī tentang persatuan dan koeksistensi didasarkan pada asas manfaat, terutama potret politik darurat. Bukan kesatuan sejati yang dapat diraih dengan melihat kembali sejumlah praktik budaya atau posisi teologis. Persatuan yang didasarkan pada aspek politis tercermin dalam Konferensi Persatuan yang diadakan di Tehran sejak 1987. Isu yang kerap dibahas lebih banyak menyinggung politik Timur Tengah. Meski itu penting, tapi kasus sektarian sering kali muncul karena sifat-sifat teologis.

Syekh Haidar percaya ada banyak cendekiawan muslim, baik sunnī maupun Syiah, yang secara teologis dan praktis percaya pada bentuk persatuan dan koeksistensi sejati di antara umat Islam.

Dr. Haidar Muhammad Hobbollah lahir tahun 1973 di selatan Lebanon dari keluarga religius. Tahun 1995, dia pindah ke Iran untuk menyelesaikan studi tingkat tinggi bidang ilmu Al-Qur’an, hadis, usul fikih, dan fikih. Beberapa gurunya antara lain Sayid Mahmoud Hashemi Shahroudi, Syekh Javadi-Amoli, Syekh Baqir Al-Irawani, Ayatullah Vahid Khorasani, dan Sayid Kamāl Al-Haydarī.

Buku yang berjudul A Memorandum on Intersectarian Harmony in Islam dapat dibeli melalui penerbit Al-Burāq di sini.

Komentar Anda?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.