Kuliah di Universitas Iran

Berdasarkan pengalaman, saya merasa perlu untuk berbagi sedikit cerita tentang bagaimana kuliah di universitas umum di Iran. Universitas umum yang saya maksud adalah perguruan tinggi (non-kedokteran) yang berada di bawah Kementerian Ilmu Pengetahuan, Riset, dan Teknologi Iran,[1] bukan perguruan tinggi yang mengajarkan pendidikan agama untuk orang asing seperti Universitas Al-Mustafa yang berpusat di kota Qom.

Mengapa penting, karena jumlah mahasiswa Indonesia yang kuliah di universitas umum Iran bisa dikatakan sedikit—seingat saya jumlahnya saat ini kurang dari delapan orang. Ikatan Pelajar Indonesia (IPI)[2] yang menjadi “identitas” mahasiswa universitas umum di Iran masih kurang terdengar namanya. Karenanya, mahasiswa asal Indonesia yang ingin kuliah di universitas umum Iran, sedikitnya perlu mendapatkan informasi tentang gambaran kondisi di sana.
Lanjutkan membaca “Kuliah di Universitas Iran”

Alasan Keluar dari Universitas Tehran

Kamis, 10 Maret 2009. Saya membuat sebuah notes di Facebook mengenai daftar universitas yang ingin saya jadikan sebagai tempat melanjutkan pendidikan. Dengan menggunakan Google Earth, saya berkeliling dan “melihat” tiga universitas pertama yang berada di Iran dan menempatkan Fakultas Ekonomi Universitas Tehran di urutan pertama. Urutan kedua adalah Universitas Shahid Beheshti dan berikutnya Universitas Imam Sadiq. Sementara tempat tujuan yang saya anggap alternatif terakhir, berada di Malaysia.[1]

Selasa, 1 Oktober 2013. Empat tahun lebih sudah berlalu dan saat tulisan ini dibuat, saya sedang berada di Iran dan berstatus sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Tehran. Namun apa yang terbayangkan empat tahun yang lalu jauh berbeda dengan realitas yang saya hadapi. Alhamdulillah, “cita-cita” untuk setidaknya tiba di sini memang tercapai, tapi saya memutuskan untuk tidak melanjutkannya. Apakah saya sudah gila?
Lanjutkan membaca “Alasan Keluar dari Universitas Tehran”

Hujan Darah dan Katak dalam Alquran

Meskipun judul di atas terkesan heboh, tapi saya bukan termasuk orang yang suka mengaplikasikan (tathbîq) apa yang telah terjadi ke dalam Alquran. Seolah-olah mencari kebenaran dan pembenaran dari luar untuk dimasukkan ke dalam Alquran. Padahal tanpa kejadian itu semua, Alquran tetaplah Alquran yang kemuliaan dan kebenarannya tidak berkurang.

Meski sudah terjadi beberapa tahun yang lalu, fenomena hujan berwarna merah kembali ramai dibicarakan. Di India, para penduduk lokal daerah Kerala menemukan baju-baju yang dijemur berubah warna menjadi merah seperti darah. Mereka melaporkan adanya bunyi ledakan dan cahaya terang yang mendahului turunnya hujan yang dipercaya sebagai ledakan meteor.

Lanjutkan membaca “Hujan Darah dan Katak dalam Alquran”