Memaknai Hari Bumi Menurut Islam

Sebelum tanggal 22 April 1970 resmi ditetapkan sebagai Hari Bumi, Islam memiliki konsep tersendiri tentang bagaimana memaknai hakikat penciptaan bumi dan menjaganya. Dalam penanggalan hijriah, tanggal 25 Zulkaidah disebut sebagai Dahwul Ardh yang secara bahasa berarti “Dibentangkannya Bumi”.Allah Swt. berfirman terkait dengan Dahwul Ardh dalam surah an-Nâzi’ât ayat 30: Dan ketika bumi dihamparkan-Nya. Menurut riwayat dari Nabi Muhammad saw., hari tersebut merupakan hari ketika bumi dihamparkan atau dibentangkan bagi kemaslahatan manusia.  Riwayat lain menyebutkan bahwa rahmat dan berkah diturunkan pertama kali pada hari itu.

Earth Day. Green Planet. oleh AlexandraFKarenanya hari ini merupakan hari yang penting dalam memaknai penciptaan bumi. Riwayat lain bahkan menyebutkan barang siapa yang berpuasa pada hari itu maka puasanya senilai dengan berpuasa 70 tahun. Setelah mengetahui keutamaan hari tersebut, apakah kita merayakan hari bumi versi Islam tersebut hanya dengan berpuasa ataukah perjuangan kita seharusnya lebih dari itu? Tentu hal ini akan bergantung kepada visi kita tentang hari penting ini, dan untuk memahami dengan benar tentang pentingnya hari ini, kita harus mengenal bumi lebih baik.

Bagaimana Dahwul Ardh bisa sesuai dengan masa kini dan bagaimana seharusnya kita merayakannya?

Islam tidak turun untuk waktu dan orang-orang tertentu. Hukum dan ajarannya berlaku pada setiap masa. Kita harus menyadari keyakinan penting ini dan melihat universalitas ajaran agama. Hari Dahwul Ardh yang Nabi dan para imam sebutkan dalam riwayat bukanlah hari perayaan pada masa mereka saja. Tapi merupakan hari yang dirayakan pada setiap zaman dan tempat. Masalah yang bumi hadapi pada masanya mungkin berbeda dengan masalah yang bumi hadapi saat ini. Tapi keduanya (mereka dan kita) hidup di bumi yang sama.

Tugas kita setiap saat, ketika hari bumi Islam ini dirayakan, harus dapat mengingatkan kita pada pemberian kasih-sayang Tuhan, alasan mengapa bumi diciptakan, apakah sudah dimanfaatkan sebagaimana tujuan penciptaannya, krisis yang dihadapinya saat ini, perbaikan atas berbagai krisis, dan seterusnya. Hal itu akan benar-benar menjadi sebuah perayaan akan kepedulian dan keyakinan yang sesungguhnya, dan sebuah perayaan akan rasa syukur kepada Sang Pencipta yang menciptakan bumi untuk kebaikan manusia.

Seseorang harus mencoba untuk “berpuasa” yang sesungguhnya dengan memastikan setiap anggota tubuh juga berpuasa. Dia juga harus merasakan sakitnya orang yang kelaparan dan memikirkan tentang alasan mengapa harus ada golongan di bumi ini yang kelaparan ketika negara dengan ekonomi besar membuang makanan mereka setiap tahun untuk menjaga nilai mata uang mereka. Demikian juga doa harus dibaca dengan tulus dan sungguh-sungguh. Ritual mulia ini merupakan elemen penting agar manusia lebih dekat kepada Penciptanya.

Tapi di samping semua itu, kita harus mencoba untuk memahami permasalahan bumi saat ini dan berkontribusi segala yang kita bisa di hari penting ini. Kontribusi kita dapat berbagai bentuk. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut:

  1. Menulis opini di artikel untuk majalah atau berita dan memberitahukan masyarakat tentang krisis yang diciptakan manusia di bumi yang fana ini.
  2. Mendidik masyarakat dengan cara mereduksi masalah yang terdiri atas dampak berbahaya yang menanti manusia.
  3. Mempraktikkan apa yang bisa kita ajarkan pada masyarakat tentang bahaya yang dihadapi bumi.
  4. Membuat keputusan tegas dan menyelesaikan masalah dengan memanfaatkan bumi untuk kebaikan dan menjamin kelangsungan alam berikutnya selamanya.

Kita berdoa kepada Allah swt. agar kita dapat memanfaatkan bumi ini sebagaimana tujuan penciptaannya dan kita memohon dengan sungguh-sungguh kepada-Nya untuk mencabut rasa tidak pernah puas para pedagang kapitalisme dunia yang serakah, yang karena merekalah bumi ini mengalami krisis besar.

Penerjemah: Ali Reza Aljufri © 2009

Baca Juga: Memahami Bumi Lebih Baik

Catatan: Saya tambahkan sebuah riwayat dari Mafâtîh Al-Jinân, dari Hasan bin Ali al-Wasya berkata: Pernah aku bersama ayahku dan saat itu aku masih remaja; kami makan malam bersama Imam Ridha as. pada malam ke-25 Zulkaidah dan beliau berkata, “Malam ke-25 Zulkaidah adalah malam kelahiran Ibrahim as., Isa putra Mariam as. dan dibentangkannya bumi (dahwul ardh) dari bawah Kakbah. Barang siapa yang berpuasa pada hari itu maka seperti berpuasa 60 bulan,” dan dalam riwayat lain berkata, “Sungguh pada hari itu akan muncul al-Qaim (al-Mahdi) as.”

Disunahkan untuk melakukan salat dua rakaat yang dikerjakan pada waktu dhuhâ, di setiap rakaat setelah membaca surah al-Fatihah dilanjutkan membaca surah asy-Syams lima kali, kemudian membaca doa sebagaimana tercantum dalam Mafâtîh atau silakan klik tautan berikut: Dua 25 Zulkaidah.

2 respons untuk ‘Memaknai Hari Bumi Menurut Islam

  1. Salam… Ustadz… catatan antum sangat menarik sekali untuk dibaca sekaligus diamalkan untuk catatan yg bersifat amalan. Selanjutnya ana mohon izin share atas catatan antum ini untuk ana paste didinding facebook ana ustadz… niat ana adalah syiar ajaran Ahlul Bayt… Kalau boleh… syukron ana ucapkan… semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan dan perlindunganNya selalu ke antum dan keluarga…
    Allahumma sholli ‘alaa Muhammad wa aali Muhammad…

    1. Alaikumussalam. Dilarang keras memanggil saya ustaz, tapi kalau share tulisan silakan. Ilahi amin. Semoga rahmat dari Allah juga diberikan kepada antum sekeluarga 🙂

Komentar yuk!

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.