Masjid Al-Ijtihad di daerah Setiabudi, Sudirman, termasuk di antara masjid yang mulai sulit ditemukan. Bukan hanya karena letaknya yang berada di himpitan gedung-gedung tinggi, tapi juga karena aroma tradisinya. Beduk tua yang dipukulkan sebelum azan, tongkat yang mengiri khatib naik ke atas mimbar, dan salawat yang dilantunkan terdengar setiap kali nama Muhammad disebut. Sesuatu yang langka semenjak masjid-masjid diokupasi kelompok puritan.

Menempati mimbar dan berbicara dengan logat Betawi khas, khatib mengatakan bahwa Imam Ghazali telah mengecam pengikut Imam Syafii. Imam Ghazali mengecam orang yang hanya mengikuti cara benar-salah wudu dan syarat-rukun salat Imam Syafii, tapi tidak mengikuti akhlak dan ibadahnya Imam Syafii.

Imam Syafii, menurut sebuah kisah, telah hafal Quran pada usia tujuh tahun. Tapi bagaimana dengan kita atau anak-anak kita yang menyebut dan mengaku sebagai pengikut Imam Syafii? Pernah, perwakilan diplomat asal Palestina datang ke Indonesia. Dia menceritakan tentang hal yang paling ditakuti dari serangan Israel: terbunuhnya ribuan anak-anak berusia 10 tahun yang sudah hafal Alquran.

Kecaman Imam Ghazali ini tidak hanya berlaku bagi pengikut Imam Syafii, tapi juga imam mazhab yang lain. Termasuk mereka yang mengaku sebagai pengikut Imam Jafar atau Syiah Ali. Khatib itu bahkan menegaskan, kalau menjadi pengikut Imam Syafii saja belum mampu, bagaimana kita mau mengaku menjadi umat Muhammad saw.?

Ucapan khatib itu mengingatkan pada aksi panggung Haddad Alwi. Setiap kali memimpin salawat di atas panggung, ia selalu bertanya kepada hadirin dan meminta mereka mengangkat tangan sebagai bukti pernyataan umat Muhammad. Malu sekali rasanya mengklaim sebagai pengikut Muhammad. Malu karena sudah pantaskah kita mengaku-aku sebagai umatnya?

Seperti kata khatib tadi, banyak yang mengaku umat Muhammad, mengaku umat muslim, tapi di kampung-kampung masih terlibat keributan hanya karena masalah kecil. Tidak hanya di kampung, keributan pun juga dilakukan oleh muslim terpandang berpakaian jas dan berdasi di gedung parlemen. Inikah wajah asli kita, muslim?

Khatib tadi, semoga Allah memanjangkan usianya, mengingatkan kita tentang pentingnya memperingati maulid dan syiarnya sangat luar biasa. Tentu bukan sekedar syiar peringatan maulid, tapi kembali mengikuti dan meneladani Nabi Muhammad saw. yang harus lebih disyiarkan.

5 respons untuk ‘Imam Ghazali Mengecam Pengikut Imam Syafii

  1. bener banget, ngaku sebagai mu’min saja masih berpikir berkali-kali
    apa iya kita ini mu’min, kalau iya, atas pengakuan siapa? teman kah? ustad kah? habib kah? atau Allah?
    padahal tanda2nya belom nampak pada diri kita.. ck ck …
    lebih simple lagi, ngaku sebagai hamba Allah saja masih sebatas pengakuan… hehehe
    padahal katanya pengakuan sebagai hamba Allah itu memerlukan pengakuan spiritual yang bersifat empiris dengan bimbingan seorang guru yang benar (benar juga relatif.. hahaha)

    walhasil yang penting kita optimis (bukan mengaku-ngaku dan ge er.. hehehe) dan husnudhon dengan berdoa agar dimasukkan ke dalam gologan ummat Muhammad SAAW sejati.. amiinn….

Komentar Anda?

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.