Dai superstar asal Mumbai, Zakir Naik, mengklaim dirinya sebagai aktivis perdamaian. Melalui stasiun televisinya, Peace TV, dia menyampaikan pesan kepada lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia. Meski demikian, Zakir gagal dalam menyatukan berbagai kelompok dan mazhab Islam di India. Buktinya, berbagai kelompok masih merayakan Idulfitri pada hari yang berbeda-beda.
Namun perjalanan waktu berbuah hasil. Zakir Naik berhasil untuk menyatukan ulama muslim India, baik ahlusunah maupun Syiah. Mereka bersatu dan sepakat untuk mendesak tindakan tegas terhadap Zakir dan saluran medianya. Zakir Naik, yang cenderung mengadopsi ideologi salafi, dianggap keliru dalam menafsirkan ayat Quran sehingga dapat menyesatkan umat.[1]
Para ulama muslim India tersebut menuntut pelarangan Peace TV yang disiarkan dari Dubai. Pada tahun 2012, stasiun televisi tersebut telah diblokir di India setelah badan intelijen mencium aroma anti-nasionalisme. Meski demikian, siaran dan kumpulan ceramah Zakir Naik masih bisa ditonton melalui internet.
Lalu mengapa tokoh suni dan Syiah di India bersatu menolak gagasan Zakir Naik? Bulan Ramadan tanggal 1 Juli 2016, serangan mematikan di Dhaka, Bangladesh, menewaskan 20 orang. Dua dari tujuh pelaku teror disebut sebagai penggemar dan terinspirasi oleh ceramah Zakir Naik. Dua hari setelah aksi teror, pemerintah Bangladesh melarang kanal milik Zakir Naik.
Mohammad Nurur Rahman Barkati, ulama terkenal asal Bengal, mengkritik Zakir Naik karena dinilai menyesatkan umat Islam. Imam masjid Tipu Sultan ini juga menuduh Zakir sebagai penimbun kekayaan. “Siapa yang mendanai dia? Pemerintah harus melakukan investigasi!” Sementara Maulana Asjad Raza Qadri, pemimpin kelompok Barelvi bermazhab Hanafi, mengecam ujaran kebencian Zakir. Ceramahnya dinilai bertentangan dengan nilai keislaman dan kultur India. Sebelumnya, Zakir Naik pernah mengkritik sufisme dan menyebut para guru sufi dan orang-orang yang menziarahi makam sebagai “penyembah kuburan”. Dewan Ulama dan Guru Agama India menuntut pihak keamanan untuk menangkap Zakir Naik.
Sementara ulama Syiah asal Lucknow, Maulana Kalbe Jawad Naqvi, menuntut pelarangan ceramah dan buku-buku Zakir Naik yang dianggap menjerumuskan pemuda muslim pada aksi terorisme. “Zakir Naik bagian dari jaringan terorisme yang didanai Arab Saudi,” tuduhnya.
Tak hanya firkah Hanafi, sufi, dan Syiah yang mengecam Zakir Naik. Kelompok Deobandi, yang kerap diasosiasikan dengan Wahabi turut mengecam Zakir Naik. Menurut madrasah Deobandi, Islam haruslah diajarkan oleh ulama yang memiliki jejak keilmuan serta kitab terpercaya, bukan oleh autodidak yang pengetahuannya di luar dari mazhab ahlusunah yang empat.
Tak hanya mendulang kecaman, Zakir Naik juga memiliki pendukung yang membela perjuangannya, khususnya dari wilayah Kashmir. Ali Shah Geelani, pemimpin kelompok Hurriyat, mengecam media India dan mengatakan bahwa aksi teror tidak berhubungan dengan Zakir. Zakir Naik sendiri telah mengeluarkan video yang menolak segala tuduhan dan mengatakan bahwa dirinya telah berulang kali mengutuk ISIS.
Meski demikian, tak diragukan bahwa ideologi Zakir Naik yang bernuansa salafi memiliki pengaruh pesat di India dan seluruh dunia, meski mengalami penolakan di wilayah Inggris, Kanada, dan Malaysia. Tahun 2015, kerajaan Arab Saudi menganugerahi Zakir Naik uang tunai sebesar 200.000 dolar AS atas pengabdiannya pada Islam.
Bersatunya suni dan Syiah mengecam Zakir Naik mengingatkan pada kejadian tahun 2007. Saat itu, Zakir Naik mendoakan Yazid putra Muawiyah, figur di balik terbunuhnya cucu Nabi Muhammad saw., Husain bin Ali. Bahkan Zakir menyebut tragedi yang terjadi di Karbala sebagai perang politik.[2] Namun, apakah pelarangan terhadap gagasan dan pendapat seseorang dianggap langkah yang tepat?
Referensi:
[1] ^ Rizvi, Uzair Hasan (11 Juli 2016). “Muslim clerics in India unite against superstar televangelist Zakir Naik.” Scroll.in. Diakses pada 11 Juli 2016.
[2] ^ Wajihuddin, Mohammed (6 Juli 2017). “Mumbai Shias, Sunnis had sought action against preacher.” The Times of India. Diakses pada 11 Juli 2016.
Menurut madrasah Deobandi, Islam haruslah diajarkan oleh ulama yang memiliki jejak keilmuan serta kitab terpercaya, bukan oleh autodidak yang pengetahuannya di luar dari mazhab ahlusunah yang empat.
____
Hmmm, kalo memang seperti itu jadi sulit juga.
Copas komentar dari komentar di blog tetangga:
Al-Hafidz Ibnu Hajar mengomentari seseorang yang otodidak berikut ini:
ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ( ﺍَﻱْ ﺃَﺑَﺎ ﺳَﻌِﻴْﺪِ ﺑْﻦِ ﻳُﻮْﻧُﺲَ ) ﻛَﺎﻥَ ﺻَﺤَﻔِﻴًّﺎ ﻻَ ﻳَﺪْﺭِﻱ ﻣَﺎ ﺍﻟْﺤَﺪِﻳْﺚُ ( ﺗﻬﺬﻳﺐ ﺍﻟﺘﻬﺬﻳﺐ ﻟﻠﺤﺎﻓﻆ ﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ /6 347 )
“Abu Said bin Yunus adalah orang otodidak yang tidak mengerti apa itu hadis” (Tahdzib al-Tahdzib VI/347)
al-Hafidz Ibnu Hajar dan adz-Dzahabi memberi contoh nama lain tentang shahafi:
174 – ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟْﻤَﻠِﻚِ ﺑْﻦِ ﺣَﺒِﻴْﺐِ ﺍﻟْﻘُﺮْﻃُﺒِﻲ ﺃَﺣَﺪُ ﺍْﻷَﺋِﻤَّﺔِ ﻭَﻣُﺼَﻨِّﻒُ ﺍﻟْﻮَﺍﺿِﺤَﺔِ ﻛَﺜِﻴْﺮُ ﺍﻟْﻮَﻫْﻢِ ﺻَﺤَﻔِﻲٌّ ﻭَﻛَﺎﻥَ ﺑْﻦُ ﺣَﺰْﻡٍ ﻳَﻘُﻮْﻝُ ﻟَﻴْﺲَ ﺑِﺜِﻘَﺔٍ ﻭَﻗَﺎﻝَ ﺍﻟْﺤَﺎﻓِﻆُ ﺃَﺑُﻮْ ﺑَﻜْﺮِ ﺑْﻦِ ﺳَﻴِّﺪِ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻓِﻲ ﺗَﺎﺭِﻳْﺦِ ﺍَﺣْﻤَﺪَ ﺑْﻦِ ﺳَﻌِﻴْﺪِ ﺍﻟﺼَّﺪَﻓِﻲ ﺗَﻮَﻫَّﻨَﻪُ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟْﻤَﻠِﻚِ ﺑْﻦِ ﺣَﺒِﻴْﺐٍ ﻭَﺍِﻧَّﻪُ ﺻَﺤَﻔِﻲٌّ ﻻَ ﻳَﺪْﺭِﻱ ﺍﻟْﺤَﺪِﻳْﺚَ ( ﻟﺴﺎﻥ ﺍﻟﻤﻴﺰﺍﻥ ﻟﻠﺤﺎﻓﻆ ﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ /4 59 ﻭﻣﻴﺰﺍﻥ ﺍﻻﻋﺘﺪﺍﻝ ﻟﻠﺬﻫﺒﻲ /2 652 )
“Abdul Malik bin Habib al-Qurthubi, salah satu imam dan pengarang kitab yang banyak prasangka, adalah seorang otodidak. Ibnu Hazm berkata: Dia bukan orang terpercaya. al-Hafidz Ibnu Sayyidinnas berkata bahwa Abdul Malik bin Habib adalah otodidak yang tak mengerti hadis” (Lisan al-Mizan 4/59 dan Mizan al-I’tidal 2/652)
Begitu pula al-Hafidz Ibnu an-Najjar berkata:
ﻋُﺜْﻤَﺎﻥُ ﺑْﻦُ ﻣُﻘْﺒِﻞِ ﺑْﻦِ ﻗَﺎﺳِﻢِ ﺑْﻦِ ﻋَﻠِﻲٍّ ﺃَﺑُﻮْ ﻋَﻤْﺮٍﻭ ﺍﻟْﻮَﺍﻋِﻆُ ﺍﻟْﺤَﻨْﺒَﻠِﻲُّ .… ﻭَﺟَﻤَﻊَ ﻟِﻨَﻔْﺴِﻪِ ﻣُﻌْﺠَﻤًﺎ ﻓِﻲ ﻣُﺠَﻠَّﺪَﺓٍ ﻭَﺣَﺪَّﺙَ ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﻜُﻦْ ﻟَﻪُ ﻣَﻌْﺮِﻓَﺔٌ ﺑِﺎﻟْﺤَﺪِﻳْﺚِ ﻭَﺍْﻻِﺳْﻨَﺎﺩِ ﻭَﻗَﺪْ ﺻَﻨَّﻒَ ﻛُﺘُﺒًﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟﺘَّﻔْﺴِﻴْﺮِ ﻭَﺍﻟْﻮَﻋْﻆِ ﻭَﺍﻟْﻔِﻘْﻪِ ﻭَﺍﻟﺘَّﻮَﺍﺭِﻳْﺦِ ﻭَﻓِﻴْﻬَﺎ ﻏَﻠَﻂٌ ﻛَﺜِﻴْﺮٌ ﻟِﻘِﻠَّﺔِ ﻣَﻌْﺮِﻓَﺘِﻪِ ﺑِﺎﻟﻨَّﻘْﻞِ ﻻَﻧَّﻪُ ﻛَﺎﻥَ ﺻَﺤَﻔِﻴًّﺎ ﻳَﻨْﻘُﻞُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻜُﺘُﺐِ ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﺄْﺧُﺬْﻩُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺸُّﻴُﻮْﺥِ ( ﺫﻳﻞ ﺗﺎﺭﻳﺦ ﺑﻐﺪﺍﺩ ﻻﺑﻦ ﻧﺠﺎﺭ /2 166 )
“Utsman bin Muqbil bin Qasim bin Ali al-Hanbali… Ia telah menghimpun kitab Mu’jam dalam beberapa jilid dan mengutip hadis, padahal ia tidak mengetahui tentang hadis dan sanad. Ia juga mengarang kitab-kitab tafsir, mauidzah, fikih dan sejarah. Di dalamnya banyak kesalahan, karena minimnya pengetahuan tentang riwayat. Sebab dia adalah otodidak yang mengutip dari beberapa kitab, bukan dari para guru” (Dzailu Tarikhi Baghdad II/166)
Ibnu al-Jauzi dan adz-Dzahabi juga berkomentar tentang shahafi:
114 ﺧَﻼَﺱُ ﺑْﻦُ ﻋَﻤْﺮٍﻭ ﺍﻟْﻬِﺠْﺮِﻱ : ﻳُﺮْﻭَﻱ ﻋَﻦْ ﻋَﻠِﻲٍّ ﻭَﻋَﻤَّﺎﺭٍ ﻭَﺃَﺑِﻲ ﺭَﺍﻓِﻊٍ ﻛَﺎﻥَ ﻣُﻐِﻴْﺮَﺓُ ﻻَ ﻳَﻌْﺒَﺄُ ﺑِﺤَﺪِﻳْﺜِﻪِ ﻭَﻗَﺎﻝَ ﺃَﻳُّﻮْﺏُ ﻻَ ﻳُﺮْﻭَ ﻋَﻨْﻪُ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﺻَﺤَﻔِﻲٌّ ( ﺍﻟﻀﻌﻔﺎﺀ ﻭﺍﻟﻤﺘﺮﻭﻛﻴﻦ ﻻﺑﻦ ﺍﻟﺠﻮﺯﻱ /1 255 ﻭﺍﻟﻤﻐﻨﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﻀﻌﻔﺎﺀ ﻟﻠﺬﻫﺒﻲ /1 210 )
“Khalas bin Amr al-Hijri. Diriwayatkan dari Ali, Ammar dan Abi Rafi’ bahwa Mughirah tidak memperhatikan hadisnya. Ayyu berkata: Janganlan meriwayatkan hadis dari Khalas bin Amr, karena ia otodidak” (adh-Dhu’afa wa al-Matrukin 1/255 dan al-Mughni fi Dhu’afa’ 1/210)
Imam ar-Razi dan Ibnu ‘Adi juga melarang mempelajari hadis dari shahafi:
ﺑَﺎﺏُ ﺑَﻴَﺎﻥِ ﺻِﻔَﺔِ ﻣَﻦْ ﻻَ ﻳُﺤْﺘَﻤَﻞُ ﺍﻟﺮِّﻭَﺍﻳَﺔُ ﻓِﻲ ﺍْﻻَﺣْﻜَﺎﻡِ ﻭَﺍﻟﺴُّﻨَﻦِ ﻋَﻨْﻪُ … ﻋَﻦْ ﺳُﻠَﻴْﻤَﺎﻥَ ﺑْﻦِ ﻣُﻮْﺳَﻰ ﺍِﻧَّﻪُ ﻗَﺎﻝَ ﻻَ ﺗَﺄْﺧُﺬُﻭْﺍ ﺍﻟْﺤَﺪِﻳْﺚَ ﻋَﻦِ ﺍﻟﺼَّﺤَﻔِﻴِّﻴْﻦَ ﻭَﻻَ ﺗَﻘْﺮَﺃُﻭْﺍ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤُﺼْﺤَﻔِﻴِّﻴْﻦَ ( ﺍﻟﺠﺮﺡ ﻭﺍﻟﺘﻌﺪﻳﻞ ﻟﻠﺮﺍﺯﻱ /2 31 ﻭﺍﻟﻜﺎﻣﻞ ﻓﻲ ﺿﻌﻔﺎﺀ ﺍﻟﺮﺟﺎﻝ ﻻﺑﻦ ﻋﺪﻱ /1 156)
“Bab tentang sifat orang-orang yang tidak boleh meriwayatkan hukum dan sunah darinya… Dari Sulaiman bin Musa, ia berkata: Janganlah mengambil hadis dari orang otodidak dan janganlah belajar al-Quran dari orang yang otodidak” (al-Razi dalam al-Jarhu wa at-Ta’dil 2/31 dan Ibnu ‘Adi dalam al-Kamil 1/156)
Dengan demikian, orang yang otodidak dalam hadis yang tidak memiliki guru bukanlah ahli hadis, karya kitab-kitabnya banyak ditemukan kesalahan-kesalahan dan para ulama melarang mengutip riwayat darinya.
aku kurang sependapat dengan anda
1. Dr zakir naik tidak autodidak bukankah dia merupakan salah satu murid Ahmed Deedat.
2. Apakah Rasululloh SAW Suni atau Syiah? ….bukan keduanya.. Rasululloh hanya seorang muslim. adakah hadits yg mengatakan bahwa rasul syiah :p atau suni :p
3. kenapa umat muslim abal-abal yg berkepentingan politik selalu membuat sekte? karna mereka telah diperalat tentu saja.
4. dalam hadist ngga ada tuh agama islam suni atau siah.
Maaf,.. Sepertinya dalam hadist juga gak ada khawarits.
Semua hal setelah Rasulullah, akan berkembang sesuai zaman.
Tapi harus tetap ada jalur dan tuntunan yg resmi dari para pewaris nabi, yaitu Ulama yg jelas sanad-nya.
Maaf untuk kedua kalinya. Kali ini saya hanya komen sedikit saja:
Saya mengenal Filosof Imran Husen, muridnya Iqbal. Beliau jauh lebih pintar dibandingkan Doktor Zakir naik. Lihat saja komentar mereka berdua terhadap almaidah 51 dimana Zakir Naik berhasil meyakinkan rakyat Jakarta bahwa Ahok termasuk penista agama. Ini terindikasi bahwa beliau tidak memahami bahwa Almaidah 51 berhubungan dengan Almaidah 82, dimana Ahok termasuk fenomena almaidah 82. Sementara Imran Husen memahami bahwa Allah tidak melarang kaum Muslimin berteman karib dengan semua Nasrani di ayat 51 tetapi masih ada Nasrani di ayat 82, dimana mereka berhubungan baik dengan kaum Muslimin yang toleran dan tidak radikal. Itulah Nasrani Zimmi. Fenomenanya dapat dilihat di Rusia, Cina dan Amerika Latin.
Disini pembaca bisa melihat contih video kedua mereka:
https://achehkarbala.blogspot.co.id/2017/05/respon-buat-video-video-imran-hussein.html