“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki” (QS. Ali Imran: 169)
Peristiwa Karbala merefleksikan benturan antara kebaikan melawan kejahatan, kesalehan melawan keburukan, dan antara Imam Husain (pemimpin kebaikan) melawan Yazid (pemimpin kejahatan). Imam Husain as. adalah pribadi yang revolusioner, pribadi yang saleh, pemimpin agama, imam bagi umat (negara) Islam. Sebagai representatif kakeknya, Nabi Muhammad, perhatian utama Imam Husain adalah untuk menjaga dan melindungi Islam dan memberi petunjuk kepada umat muslim. Di sisi lain, kekuatan pemerintah yang ada (Muawiyah dan Yazid) berdiri tegak karena kekuatan pedang. Mereka menggunakan kekuatan fisik untuk memerintah kerajaan muslimin meskipun dengan segala cara yang haram.
Misi Imam Husain as. sangatlah unik, gerakan revolusioner politik sekaligus agama dalam sejarah dunia. Beliau melakukan perbuatan yang mahadahsyat dan tetap bergema melintasi negara-negara muslim. Beliau memiliki kekuatan pendorong dan elemen yang mungkin berkembang sepanjang sejarah Islam, khusunya dalam atmosfir jihad (perjuangan suci di jalan Tuhan). Teladan Imam Husain tetap teringat dengan jelas dan hidup bagi generasi dan berabad-abad. Kebangkitan, pergerakan, dan ide-idenya tetap memiliki pengaruh yang dalam hati nurani dan kesadaran kekuatan muslimin.
Nabi Muhammad saw. diriwayatkan bersabda, “Sebaik-baik jihad adalah ungkapan kebenaran kepada pemerintahan yang zalim.”
Imam Husain as. menyaksikan kondisi sosial dan politik yang semakin memburuk dan sangat menyadari bahwa kebijakan umum pemerintahan tidak terikat dengan prinsip-prinsip Islam. Beliau merasakan penderitaan sekian banyak umat dan memutuskan untuk menjalankan kewajiban agamanya, menjadi pemimpin yang menjalankan tugasnya dan figur penting yang mampu mengembalikan nilai-nilai Islam. Karena itulah beliau bangkit. Revolusinya merupakan pelajaran penting dan perilakunya diilhami dengan sempurna. Imam Husain as. memasukkan pengorbanan jiwa, harta, keluarga, status sosial dan ancaman teror serta kekejaman. Beliau dengan sabar melintasi ratusan kilometer, berpindah siang dan malam. Protes dahsyat yang beliau lahirkan datang di titik waktu paling kritis. Kenyataannya, cucu Nabi telah bersumpah untuk mengorbankan jiwanya.
Kemudian, Karbala membuktikan dentuman yang melibatkan kebenaran Islam melawan kebatilan, keimanan melawan kekafiran, dan yang tertindas melawan penindas, keyakinan melawan kekuatan fisik. Karbala berhubungan dengan perlawanan terhadap penindasan, tanpa menghiraukan apapun kerugiannya. Di Karbala, Imam Husain—cucu Nabi berusia 57 tahun—mengorbankan totalitasnya dan melakukannya dengan hebat. Tujuannya adalah untuk menggagalkan rencana yang Muawiyah atur dengan baik bagi anaknya, Yazid, untuk mendirikan kekuasaan Bani Umayyah yang permanen di atas umat Islam (meskipun harus mengenyampingkan prinsip Islam), tapi melakukannya atas nama Islam. Dengan baik, Imam Husain as. berhasil menggagalkan rencana tersebut dan beliau menunjukkan keburukan sifat-dasar Umayyah meskipun harus mengorbankan nyawanya.
Dengan cepat beliau menjadi martir (syahid) bersama anak-anaknya, keluarga dan sahabatnya. Tubuh sucinya dimutilasi dan kepalanya diarak dari Karbala, ke Kufah dan akhirnya Damaskus. Kaum wanitanya dijadikan tawanan dan berjalan melintasi gurun. Beliau sendiri sudah memperkirakan semua itu tapi tidak ada kata menyerah.
Sebuah kebangkitan yang dipimpin oleh pribadi mulia dan paling diterima bagi seluruh umat, kebangkitan yang terhormat sebagai gerakan yang penuh dengan (semangat) spiritual, moral dan teladan agama. Karena pentingnya kepribadian ini, kami merasa terhormat untuk menyajikan hal ini.
Sebuah revolusi yang mahaluhur harus dipelajari, diteliti dan benar-benar dipahami. Pelajaran harus diambil darinya. Di sini kami mencatat bahwa bangsa yang terbelakang dan tertindas harus suatu hari nanti mengikuti jejak langkah Imam Husain jika mereka menghadapi penguasa zalim.
Sebuah syair berbahasa Urdu menyebutkan:
Insaan Ku Bedaar Tou Ho Lene Do, Har Qaum Pukaraygi Hamare Hain Hussain
Berilah manusia kesempatan untuk mencapai kesadaran, setiap suku bangsa akan berteriak, “Husain milik kami!”
Qatl-e-Hussain Asl Main Marg-e-Yazid Hai, Islam Zinda Hota Hai Har Karbala Kai Baad
Dalam pembunuhan Husain, sesungguhnya kematian Yazid. Dalam setiap Karbala merupakan kebangkitan Islam.
Karbala taman pedang-pedang, darah dan inspirasi bagi jutaan pena. Karbala adalah kalimat kebenaran… Nyanyian bagi bibir waktu… Karbala adalah syair, sajak bagi kesedihan dan penderitaan. Karbala tidak pernah berlalu begitu saja. Mataharinya tidak pernah terbenam dalam ufuk sejarah. Kesedihannya tidak pernah bisa dihapus dari kesadaran manusia merdeka oleh konspirasi tirani.
Di Karbala awan-awan darah menurunkun hujannya dan generasi martir dan revolusioner berakar dan menghasilkan tunas. Suara dari teriakan tak gentar Imam Husain masih bergema di lembah Karbala, berdering di telinga waktu. Inilah angin topan yang melukai dan menggetarkan para tirani. Inilah sebuah gunung berapi darah, dengan keras mengguncangkan singgasana penguasa zalim. Membangunkan kesadaran bebas dan menggerakan bersamanya manusia dengan semangat revolusi dan jihad. Suaranya masih bergema di telinga manusia:
“Demi Allah, saya tidak akan pernah memberikan tanganku seperti orang yang telah dihinakan, tidak juga aku akan melarikan diri seperti seorang budak.”
Siapa sebenarnya Husain? Apa latar belakang dari keunikan dan keluarbiasaannya ini serta siapa pribadi besarnya? Pribadi besar dalam sejarah, legenda kepahlawanan, kalimat kebanggaan dan kehormatan tidak kurang dari cucu Nabi Muhammad dan putra dari putrinya Fatimah Az-Zahra dan sepupu dan suaminya, Pemimin Orang-Orang Beriman, Ali putra Abu Thalib putra Abdul Muthalib putra Hasyim. Karenanya hanya faktalah yang tersisa, “Tidak pernah ada Husain sebelumya dan tidak pernah ada setelahnya.”
Tujuan dari karya ini hanya untuk menyajikan ringkasan peristiwa sejarah terbesar yang pengorbanannya tiada bandingbagi Pemimpin Para Martir (Sayyidusy Syuhadâ), Imam Husain as., berasal dari benih Ibrahim as. melalui Nabi Muhammad saw., memberikan keamanan bagi Kebenaran dan kemanusian dari kehilangan pada kedustaan selamanya, yang bagi para utusan telah simpulkan dengan wahyu Alquran, Kalam Tuhan Terakhir. Jika ada sesuatu yang telah dilakukan atau akan dilakukan, untuk menyelamatkan Kebenaran, hanya melalui kepemimpinan yang telah ditakdirkan untuk itu, dan Imam Husain salah satu yang telah dipilih.
Penerjemah: Ali Reza Aljufri © 2009
komentator pertamaaa 😀
selamat tahun baru hijriah…
btw, mau ngajak utk ikutan tasyakuran blog dila di http://dhila13.wordpress.com/2009/12/17/tasbih-bukan-kontes-biasa-sticky/ dalam rangka tahun baru hijriah dan milad dila di bulan muharram yang beruntung nanti akan dapat sebuah novel sebagai bingkisan.. dateng yaa… 🙂
Subhanallah artikelnya menarik mengungkap sejarah imam hussein di karbala yang telah terlupakan oleh umat islam. seharusnya semangat imam hussein dapat dijadikan pelajaran untuk tetap berjuang mengungkap kebenaran dan melawan tirani kezaliman. keep work. great job!